Share

Bab 2 Sudah Menikah

Apa yang diucapkan wanita itu seketika membuat Retta melepaskan cengkeramannya. Dia begitu terkejut dengan yang didengarnya. Suami orang? Retta mengulang apa yang dikatakan oleh wanita itu padanya. Jelas jika yang dimaksud adalah calon suaminya. Tidak mungkin orang lain. Karena wanita itu menyerangnya karena calon suaminya.

Di saat Retta sudah melepas cengkeraman, Rylan memberikan kode pada calon suami Retta untuk berusaha melepaskan cengkeraman wanita yang diketahui adalah istri pria itu.

Pria itu pun melakukannya. Hingga akhirnya sang istri melepaskan cengkeraman di rambut Retta.

Mereka berdua sudah begitu kacau. Rambut sudah bak singa karena aksi jambak-jambakan. Jika wanita yang diketahui adalah istri calon suami Retta sudah menangis sejak tadi, Retta baru menangis sekarang. Dia begitu kecewa mendengar kenyataan pahit baru saja.

“Apa benar jika dia istrimu?” Retta menatap calon suaminya. Mencoba memastikan apa yang didengarnya benar.

“Apa kamu tidak mengerti apa yang aku katakan tadi jika kamu itu perebut suami orang?” tanya wanita itu dengan nada menyindir. “Jelas-jelas kalimat itu menjelaskan jika dia sudah menikah!” tegasnya kembali sambil menunjuk calon suami Retta.

Retta memilih mengabaikan wanita yang mengaku sebagai istri calon suaminya itu. Dia memilih untuk menatap pria yang dicintainya itu. Memastikan pada calon suaminya itu. Dia masih berharap jika calon suaminya menyangkalnya dan mengatakan jika perempuan yang datang itu hanya mengada-ada saja. Sayangnya, tidak ada jawaban dari calon suaminya. Pria itu menutup rapat mulutnya.

“Hai, apa kamu dengar pertanyaan Retta? Apa dia istrimu?” Rylan menjadi ikut kesal.  Pria pengecut yang ada di depannya benar-benar menyebalkan. Bukan segera menjawab agar semua masalah selesai. Justru pria itu diam saja. Ingin rasanya dia melayangkan bogem mentah, tetapi dia tidak punya hak apa-apa. Dia bukan siapa-siapa Retta.

“Apa kalian berdua tidak dengar tadi aku bilang apa?” Wanita bergegas mengambil sesuatu di tasnya. Ternyata yang dia keluarkan adalah buku nikah miliknya. “Lihat ini, dia adalah suamiku.” Dia menunjukkan buku nikah miliknya..

Retta dan Rylan mengalihkan pandangan pada buku nikah yang ditunjukkan oleh wanita tersebut. Mereka berdua melihat foto calon suami Retta terpampang di buku nikah. Retta juga melihat jika nama calon suaminya itu terpampang jelas. Semua tertulis dan terlihat jelas. Jadi semua benar adanya jika calon suaminya sudah menikah. Karena bukti yang dibawa sang istri sudah sangat valid.

“Wah … ternyata kamu suami orang.” Rylan menggeleng kepala heran. Bisa-bisanya pria yang akan dinikahi oleh wanita yang dicintainya itu adalah suami orang. Mungkin ini adalah anugerah untuknya, mengingat sejak tadi dia mendoakan Retta batal menikah.

Berbanding terbalik dengan Rylan yang merasa kenyataan yang ada adalah anugerah, Retta yang mengetahui jika calon suaminya adalah suami orang, merasa jika semua ini adalah sebuah bencana. Bagaimana bisa dirinya terkecoh selama ini. Tidak mengetahui jika pria yang dipacarinya setahun ini adalah suami orang. Hati Retta hancur berkeping-keping mendengar kenyataan pahit ini.

“Kenapa kamu lakukan ini? Padahal kita akan menikah besok.”  Retta menangis. Impiannya seketika hancur. Menikah dengan orang yang dicintainya ternyata tidak membuat Retta mendapatkan kebahagiaan. Karena pada kenyataannya orang yang dicintainya adalah suami orang.

“Retta, aku bisa jelaskan!” Pria itu masih berusaha meraih tangan Retta.

 “Apa kamu gila ingin menjelaskan pada wanita ini?” Wanita itu berusaha menarik tubuh suaminya. “Apa kamu sadar jika kamu punya anak? Setega ini kamu ingin menikah dengan wanita ini.” Istri pria itu langsung memukul bertubi-tubi. Meluapkan kekesalannya. Dia juga sama kecewanya dengan suaminya.

Retta semakin kecewa ketika tidak hanya sudah menikah, tetapi calon suaminya itu punya anak. Sungguh ironi ketika dia tidak mengetahui hal itu.

Adegan dramatis itu begitu menyita perhatian banyak orang. Calon suami Retta terus saja dipukuli oleh sang istri, sedangkan Retta hanya bisa menangis. Rylan yang tidak tega, berusaha untuk menenangkan Retta. Memegangi bahu Retta. Dia yakin sekali jika Retta sedang sangat rapuh sekali.

“Security, usir mereka.” Di saat adegan itu terjadi, terdengar suara sesorang. Papa Sean yang sedaru radu berdiri menyaksikan adegan anaknya tadi langsung memanggil petugas keamanan hotel. Papa Sean yang dihubungi Shera langsung menuju ke lobi untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi. Alangkah terkejutnya dia ketika melihat seorang wanita menunjukkan buku nikah.

Retta yang mendengar suara papanya, langsung menoleh ke sumber suara. Memastikan di mana keberadaan sang papa. Dilihatnya sang papa berdiri tegak berjarak satu meter dari tempatnya berdiri. Terlihat matanya berapi-api ketika memerintahkan petugas keamanan untuk membawa calon suaminya. Dia sudah menebak jika papanya pasti mendengar semua yang baru saja terjadi.

Di sana ada sang mama dan kakaknya yang berdiri di samping sang papa. Mereka memandangi Retta dan dua orang di depannya.

Petugas keamanan langsung menarik paksa calon suami Retta dan istrinya. Meminta mereka untuk keluar dari hotel. Retta hanya bisa pasrah ketika itu adalah titah dari sang papa.

“Retta, aku bisa jelaskan semua ini.” Pria itu masih terus berusaha membujuk Retta.

“Tidak ada yang perlu dijelaskan. Semua sudah jelas. Kamu sudah membohongi aku, dan kamu masih berani untuk menjelaskan!” Satu tamparan melayang di pipi pria itu. “Enyahlah dari hidupku. Jangan pernah kamu menunjukan dirimu padaku lagi!” Retta membuang wajahnya. Tak mau melihat pria itu lagi. Dia terlampau sakit hati dengan kebohongan yang diperbuat.

“Retta.” Pria itu masih memanggil. “Aku bisa jelaskan.” Dia yang ditarik oleh petugas keamanan terus berusaha untuk memanggil calon istrinya.

Retta hanya bisa menangis meratapi keadaannya kali ini. Jelas-jelas ini adalah sesuatu yang membuatnya malu sekaligus sakit.

“Semua yang di sini, tidak ada yang boleh menceritakan kepada orang luar. Jika kalian ketahuan menceritakan apa yang baru saja terjadi, aku akan melakukan tindakan hukum pada kalian. Apa yang terjadi baru saja, anggap saja tidak pernah terjadi.” Suara Papa Sean menggelegar di keheningan lobi karena orang-orang hanya diam menyaksikan drama yang baru saja terjadi.

Semua orang yang mendengar akan hal itu mengangguk. Terutama para karyawan. Mereka tidak akan berani menceritakan hal ini pada orang lain karena tahu konsekuensi yang ditanggung akan berat.

“Shera, bawa adikmu ke kamar!” Papa Sean memerintahkan Shera untuk menghampiri adiknya. Tak menunggu lama Papa Sean berbalik. Diikuti oleh istrinya.

Shera yang diperintahkan papanya membawa adiknya, langsung menghampiri adiknya. Rylan yang sedari tadi memegangi bahu Retta langsung melepaskannya. Memberikan ruang untuk Shera membawa adiknya.

“Terima kasih, Rylan.” Shera tersenyum pada Rylan. Dia tahu jika pria itu yang tadi melerai pertikaian.

“Sama-sama.” Rylan tersenyum.

Shera segera membawa Retta ke kamarnya. Retta hanya bisa pasrah ketika kakaknya membawanya pergi. Dia sudah menebak jika papanya pasti akan sangat murka setelah kejadian ini. 

Retta tidak bisa membayangkan juga, apa yang akan terjadi besok. Pernikahannya akan diadakan besok, sedangkan pengantin pria sudah tidak ada. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status