Share

Bab 3 Cari Pengantin Pria

Retta masuk ke kamar sang papa. Kamar presidential suite itu begitu terasa dingin sekali ketika keheningan melingkup. Lebih lagi Papa Sean yang melayangkan tatapan tajam begitu menghujam. Retta sudah menduga jika papanya pasti akan sangat murka dengan apa yang baru saja terjadi.

Papa Sean mengusap wajahnya kasar. Dia berusaha keras untuk mencerna dengan baik keadaan yang ada. Mama Stela yang berada di sebelahnya pun berusaha untuk menenangkan. Shera yang berada di samping sang adik pun tak kalah takut. Papanya tidak pernah marah, tetapi kali ini wajah sang papa begitu mengerikan.

“Apa ini janji yang kamu berikan pada Papa, Retta? Kamu sendiri yang memilih pria itu, tetapi kamu sampai tidak tahu jika pria itu sudah menikah? Apa kamu tidak bisa mencari tahu dulu latar belakangnya sebelum menjalin hubungan?” Akhirnya suara Papa terdengar. Bersama dengan kekecewaan yang begitu teramat besar.

“Maaf, Pa.” Retta hanya bisa menangis. Dia harus mengabaikan rasa sakit di dalam hatinya untuk kali ini. Karena hal yang terpenting kali ini adalah meminta maaf pada papanya.

“Apa setelah maaf semua selesai? Kamu tahu bukan acara pernikahan tinggal besok dan kamu bilang maaf begitu saja.” Papa Sean benar-benar frustrasi kali ini. Besok akan ada banyak orang yang datang. Orang-orang penting. Mereka semua sudah bersiap untuk acara besok dan jika sampai semua gagal, mau ditaruh mana muka seorang Sean Alexander.

“Sayang, sabar. Kita pikirkan baik-baik solusinya.” Mama Stella berusaha untuk menenangkan suaminya. Dia tahu bagaimana kacaunya suaminya kali ini.

Papa Sean menjatuhkan tubuhnya di sofa. Rasanya sudah tidak dapat memikirkan solusi lagi mengingat pernikahan tinggal besok. Orang-orang sedang dalam perjalanan ke pulau dewata. Beberapa juga sudah ada yang datang dan menginap di hotel. Bagaimana bisa dia membatalkan begitu saja.

“Iya, Pa. Tenang dulu. Kita cari solusinya.” Shera tidak tega pada sang papa. Namun, lebih tidak tega adalah melihat adiknya yang begitu terluka. Dia hanya bisa membawa sang adik ke dalam pelukannya.

“Bawa adikmu ke kamarnya.” Mama Stella memberikan perintah pada Shera.

Shera pun membawa Retta ke dalam kamarnya. Sepanjang perjalanan Retta terus menangis. Dia benar-benar kecewa dengan yang terjadi di dalam hidupnya. Dia pikir hidup akan indah yang dibayangkan, tetapi nyatanya tak seindah itu. Padahal pernikahannya tinggal di depan mata. Sayangnya, semua hancur seketika.

Shera membantu Retta untuk duduk. “Segala hal bisa saja terjadi, jadi jangan menyalahkan diri.” Dulu Shera pun juga pernah mengalaminya. Pertunangannya gagal, walaupun akhirnya takdir membawa calon suaminya kembali padanya.

“Tapi, aku begitu bodoh hingga tidak tahu jika dia pria beristri.” Retta menangis. Dia menyalahkan dirinya kenapa harus jatuh pada pria yang salah.

“Aku rasa pria-pria sekarang tidak terlihat sudah punya istri dan anak.” Shera mengingat bagaimana suaminya masih tampak seperti itu.

“Lalu bagaimana dengan papa?” Retta teramat takut dengan sang papa. Dia tahu jika ini pasti pukulan berat untuk sang papa.

“Dengar, semua sudah berantakan, jadi kamu harus bertanggung jawab penuh atas semua ini. Jadi apa pun keputusan papa, kamu harus setuju.” Shera sendiri tidak tahu apa yang akan terjadi. Dia juga tidak punya solusi untuk masalah adiknya kali ini.

“Aku akan bertanggung jawab penuh dengan semuanya.” Retta sadar jika memang itu yang harus dilakukaknya. Tak mau membuat sang papa kecewa lagi.

“Baiklah, sekarang tenangkan dirimu dan rapikan penampilanmu.” Shera melihat rambut sang adik sudah mirip singa karena aksi jambak-menjambak tadi. Belum lagi baju Retta sempat terkoyak karena telah ditarik oleh istri Gerald.

Shera keluar dari kamar Retta. Menemui sang papa yang masih diam memikirkan apa yang harus dilakukannya untuk menyelamatkan nama baiknya. Tepat saat itu, Al-suami Shera datang. Kali ini suaminya itu tidak membawa serta dua anaknya. Ternyata anaknya sedang bersama dengan Rylan dan Lora.

“Sebenarnya apa yang terjadi?” Al yang dikabari Rylan jika ada pertengkaran antara Retta dan calon suaminya langsung bergegas menghampiri keluarga istrinya itu.

“Gerald sudah menikah,” jawab Shera.      

Al yang mendengar akan hal itu begitu terkejut. Dia tidak menyangka jika pria yang akan menikahi adik iparnya itu sudah menikah. Walaupun sering mendengar dari istrinya jika keluarga tidak suka, Al tidak menyangka akan seperti ini jadinya.

“Lalu bagaimana dengan pernikahannya besok?” Satu hal yang dipikirkan Al adalah hal itu.

 “Itulah yang sedang dipikirkan.” Suara Shera tampak tidak bersemangat.

“Jika pernikahannya dibatalkan dan kita mengganti semua akomodasi dari tamu undangan bagaimana?” Mama Stella pun memberikan ide.

Dahi Papa Sean berkerut dalam. Bukan seberapa uang yang harus dia keluarga, tetapi untuk menyampaikan hal itu bagaimana caranya. “Apa maksudmu kita hubungi satu-satu dan memberikan kompensasi pada mereka layaknya pembatalan pesawat terbang?” tanyanya.

“Iya, semacam itu.” Mama Stella tersenyum malu ketika idenya terlihat tidak bagus untuk suaminya.

“Tapi, cara itu yang mungkin bisa kita pakai, Pa.” Shera pun tampak setuju dengan ide sang mama. Dari pada membuat orang-orang kecewa karena sudah datang ke pernikahan.

 “Lalu kita akan jadi santapan pencari berita?” tanya Papa Sean. “Di koran-koran bisnis akan tertera, ‘anak pengusaha hotel Sean Wijaya tidak jadi melangsungkan pernikahan’, apa begitu maksudmu?” Papa Sean menaikkan satu oktaf suaranya.

Shera menelan salivanya. Merasa yang dikatakan papanya ada benarnya. Jika ada kabar seperti itu pasti harga sahamnya juga akan menurun, akan berdampak pada banyak hal di perusahaannya. “Lalu bagaimana?” tanyanya lirih.   

Semua keluarga dalam dilema sekali. Mereka tidak tahu harus berbuat apa untuk menyelamatkan nama baik keluarga.

Di saat keluarga sedang membahas akan hal itu, dari kamar Retta mendengar pembicaraan keluarganya. Rasanya sesak sekali ketika mendapati keluarganya. Dia merasa bersalah sekali ketika harus membuat keluarganya kalang kabut seperti ini.

Retta menutup kembali pintu kamarnya. Rasanya, sesak yang dirasakan semakin bertambah. Satu hal yang membuat Retta kecewa adalah kenyataan dia telah ditipu selama setahun. Dia pikir tidak bertemunya mereka berdua karena kesibukan masing-masing bekerja, tetapi ternyata Gerald tidak sibuk bekerja melainkan sibuk dengan keluarganya sendiri. Jika mungkin dia tahu Gerald sudah memiliki istri, dia tidak akan senekad itu.

Di luar, mereka semua masih memikirkan cara bagaimana mengantasi masalah yang sedang terjadi. Pernikahan yang gagal pasti akan jadi berita heboh dan akan membuat malu.

“Bagaimana jika pernikahan tetap dilaksanakan?” Al pun memberikan ide. Dia berpikir mungkin akan jauh lebih baik jika pernikahan tetap dilanjutkan.

“Dilanjutkan bagaimana maksud kamu?” Shera yang mendengar ide sang suami pun menyanggahnya. “Kamu tahu sendiri jika calon suami Retta tidak ada.”

“Kita cari calon pengantin pria saja.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status