Share

Bab 3

Author: Felicia
Siang menjelang sore, laptop Jenny tiba-tiba mati. Untuk menyelesaikan pekerjaannya, dia meminjam laptop Yogi.

Saat menunggu transfer berkas, sebuah pesan baru masuk. Jenny tanpa sadar membukanya dan melihat pesan dari kantor hukum.

"Yogi, malam ini kantor mengadakan makan malam bersama. Apa kamu mau mengajak pacarmu?"

Melihat pesan itu, tangan Jenny agak gemetar.

Selama tiga tahun pernikahan, Yogi tidak pernah mengungkapkan hubungan mereka ke publik. Jadi, di mata orang luar, pria itu selalu dianggap masih lajang.

Itulah sebabnya saat Jenny pergi ke kantor hukum untuk berkonsultasi, tidak satu pun orang yang mengenalinya.

Kali ini, apakah Yogi akan mengajaknya pergi?

Jenny tidak tahu, dan juga tidak berani berharap.

Melihat pesan itu, Yogi langsung mendongak, melirik istrinya sejenak, seperti sedang membaca ekspresinya.

Menyadari pandangan itu, Jenny tersenyum tipis.

"Apa kamu mau ajak aku pergi?"

Tersirat makna lain dalam pertanyaannya. Sudah tiga tahun, apakah Yogi ingin mengungkapkan hubungan mereka?

Yogi tidak tahu harus menjawab apa. Bibirnya bergerak, tetapi tidak ada suara yang keluar.

Kesunyian itu terasa seperti pisau yang menusuk dada Jenny, menimbulkan rasa sakit yang tumpul.

Dia menahan sakit hati itu dan memasang wajah acuh tak acuh, berpura-pura santai.

"Aku ada urusan malam ini. Kalau kamu mau ajak aku, mungkin aku juga nggak sempat."

Yogi yang awalnya tegang, kini tampak lega dan kembali ke ekspresi biasanya.

"Kalau begitu, lain kali ada kesempatan, aku akan mengajakmu."

Jenny tidak menanggapi.

Dia menutup matanya dengan tangan, menjawab dalam hati.

Lain kali?

Yogi ....

Tidak ada lain kali.

Malam itu, Yogi pergi sendiri. Begitu masuk ke ruangan, beberapa rekan kerja yang mabuk langsung mendekatinya.

"Sudah tiga tahun dan belum pernah bawa pacar ke sini, Yogi. Nggak asyik, nih!"

"Ayo kenalkan kami dengan adik ipar. Sampai kapan mau kamu sembunyikan?"

Karena terus didesak, Yogi membuka ponselnya.

Dua pilihan muncul, Melina, atau Jenny.

Setelah ragu cukup lama, akhirnya dia membuka foto profil yang pertama dan mengirimkan pesan padanya.

Tak lama kemudian, Melina datang ke lokasi.

Saat dia membuka pintu, mata semua orang di ruangan itu berbinar dan langsung berseru kagum memuji pilihan Yogi.

Setelah minum beberapa putaran, salah satu pengacara, Pak Toni, merasa ingin ke toilet. Sebelum pergi, dia menyerahkan sebuah amplop dokumen kepada Yogi dan memintanya untuk turun dan menyerahkannya kepada seorang wanita.

Sebagai tanda niat baik, dia tentu saja tidak akan menolak. Dia membawa nomor itu ke bawah dan melihat sekilas informasi dalam dokumen.

Setelah menunggu cukup lama tanpa melihat siapa pun, dia mengambil ponselnya dan memasukkan nomor tersebut, tetapi mendapati bahwa nomor itu sudah disimpan di ponselnya.

Begitu melihat nama Jenny muncul di layar, Yogi langsung tertegun di tempat.

Dia mengeluarkan dokumen pembagian harta gono-gini dari dalam map, hendak membukanya untuk melihat lebih jelas, tetapi tiba-tiba sebuah lampu mobil yang menyilaukan menyorot ke arahnya.

Dia setengah menutupi matanya dan mendongak. Setelah melihat sosok Jenny, muncul rasa curiga di hatinya. Dia mengangkat dokumen di tangannya dan bertanya padanya.

"Surat Perjanjian Pembagian Harta Gono-Gini? Jenny, apa maksudmu?"

Jenny juga terkejut karena kejadian ini diketahui oleh Yogi, tetapi dia dengan tenang berbohong tanpa menunjukkan emosi, "Ini untuk Chacha yang mau bercerai. Aku cuma membantu mengatur pertemuannya dengan Pak Toni."

Naluri Yogi mengatakan bahwa semuanya tidak sesederhana seperti yang dikatakan Jenny.

Dia mengerutkan kening dan hendak membuka surat perjanjian itu untuk melihat lebih jelas, tetapi tiba-tiba ada tangan yang melingkar di lengannya dari belakang.

"Kak Yogi, bukannya kamu pergi menemui klien? Kok lama banget nggak kembali?"

Melihat Melina menempel padanya dengan sikap akrab, Yogi langsung gugup dan canggung, sama sekali tidak berani melihat ekspresi istrinya. Dia juga tidak tahu harus menjelaskan bagaimana.

Namun, dibandingkan memberikan penjelasan, dia lebih tidak ingin menjauhkan Melina, yang saat ini mendekatinya dengan penuh inisiatif.

Jenny justru lebih tenang dan berwibawa daripada yang dia bayangkan.

Dia mengambil dua langkah maju, mengambil dokumen dari tangan Yogi, lalu membungkuk sedikit. Nada bicaranya terdengar dingin dan jauh.

"Terima kasih, Pak Yogi. Aku dan temanku sedang sibuk mengurus perceraian, jadi nggak akan mengganggu lebih lanjut."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (8)
goodnovel comment avatar
Shishi Adelia
apa judulnya kak? nama aplikasinya webfic?
goodnovel comment avatar
Tirayan Nababan
laki" yg memikirkan wanita lain pd hal dia sudah menikah, perlu dibuang jauh"
goodnovel comment avatar
Tirayan Nababan
endingnya gak tau kita kurang puas
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pergilah, Temukan Dia   Bab 19

    Sudut bibir Jenny yang tersenyum berkedut beberapa kali.Sepertinya dia memang pernah mengatakan hal itu.Namun, dunia menjadi saksi, dia hanya mengatakannya untuk memaksa Yogi segera bercerai. Dia tidak pernah berniat untuk berbicara lebih dalam dengan pria ini.Siapa yang mau berbicara canggung dengan mantan suami setelah mendapat akta cerai!Bukannya orang biasanya merayakan lembaran baru dengan teman baik, sambil minum bersama?Meski Jenny selalu menepati janjinya, tetapi pada saat yang indah ini, dia tidak ingin mengganggu suasana hatinya sendiri. Dia pun mencari alasan."Aku memang bilang begitu tadi. Tapi, aku nggak bilang harus bicara sekarang, 'kan? Lain kali saja, tunggu aku ada waktu."Yogi tidak melepaskan tangannya."Setelah kejadian terakhir waktu kamu menipu aku untuk menandatangani perjanjian cerai dan tiba-tiba menghilang, sangat sulit bagiku untuk mempercayai kata-katamu. Kamu bahkan mengganti semua kontak. Kalau setelah ini kamu pergi lagi, aku harus cari kamu ke man

  • Pergilah, Temukan Dia   Bab 18

    Hanya butuh sepuluh menit, Jenny sudah mencocokkan informasi yang dikumpulkan dan menemukan semua dokumen yang diperlukan.Setelah memeriksa dengan saksama, dia membawa amplop dokumen keluar dan melihat Yogi yang tergeletak di ambang pintu, membuatnya menyipitkan mata.Apa lagi yang dia lakukan sekarang?Jangan-jangan mau pura-pura sakit untuk menunda tanggal perceraian?Saat berjalan mendekatinya, Jenny merasa sangat waspada, suaranya penuh keraguan."Kamu nggak enak badan?"Kalimat itu bukan menunjukkan perhatian, melainkan sebuah pertanyaan penuh kecurigaan.Yogi tentu bisa membedakannya.Dia menggelengkan kepala, menopang diri di pintu untuk berdiri, lalu memaksakan senyuman tipis."Nggak apa-apa, ayo pergi."Melihat Yogi membuka pintu, Jenny akhirnya perlahan menurunkan kewaspadaannya dan mengikutinya.Dalam perjalanan kembali ke kantor catatan sipil, keduanya tidak berbicara lagi.Jenny terus melihat jam tangannya, memperkirakan waktu. Untuk mengejar waktu, begitu turun dari mobi

  • Pergilah, Temukan Dia   Bab 17

    Jenny tidak mempercayainya.Bagi Yogi, itu adalah pukulan yang sangat berat.Namun, dia juga tahu bahwa dengan tangannya sendiri, dialah yang mengikis habis kepercayaan yang dimiliki Jenny terhadapnya. Dia hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri.Hasil ini, sebenarnya sudah berkali-kali dia bayangkan dalam hatinya, dan masih berada dalam batas yang bisa dia terima.Dia menarik napas dalam-dalam, suaranya justru makin tegas."Akan kubuktikan kalau apa yang kukatakan itu benar, Jenny. Bisakah kamu kasih aku satu kesempatan lagi?"Mobil telah masuk ke area parkir bawah tanah dan berhenti. Jenny membuka sabuk pengaman, lalu pintu mobil. Suaranya terdengar seperti sudah bosan mendengar Yogi."Berikan sertifikat cerai itu padaku. Setelah itu, terserah kamu mau membuktikan apa pun."Setelah berkata begitu, Jenny tidak memedulikan reaksi Yogi dan langsung berjalan menuju lift.Pembicaraan yang berputar-putar itu akhirnya kembali lagi ke topik perceraian. Yogi kini benar-benar sadar bahwa Jenny

  • Pergilah, Temukan Dia   Bab 16

    Tepat di perempatan lampu merah, Yogi menghentikan mobilnya dan menatap Jenny dengan tatapan dalam."Bukan karena nggak puas. Kalau kamu benar-benar mau bercerai, aku bahkan rela keluar tanpa membawa apa pun. Aku juga nggak bermaksud mengancammu, aku cuma merasa masih ada banyak hal yang belum aku pahami. Aku nggak rela."Mendengar kata "nggak rela" keluar dari mulut Yogi, ekspresi terkejut sekilas muncul di wajah Jenny."Apa yang nggak rela? Nggak rela karena diceraikan tanpa pemberitahuan? Atau nggak rela karena aku yang lebih dulu mengajukan cerai?""Bukan itu, Jenny."Melihat ekspresi bingung di wajahnya, Yogi tersenyum pahit. Suaranya rendah dan mengandung rasa sesal yang sulit dijelaskan."Aku nggak rela disalahpahami olehmu. Aku nggak rela kamu nggak kasih aku satu pun kesempatan. Aku nggak rela harus memutus hubungan denganmu sepenuhnya."Kali ini, giliran Jenny yang terdiam.Dia tidak benar-benar mengerti maksud dari perkataan Yogi.Bukannya dia sudah menyukai Melina selama be

  • Pergilah, Temukan Dia   Bab 15

    Setelah mendengar dari Pak Toni bahwa Jenny kembali ke Lintangjaya, Yogi langsung berusaha mengatur pertemuan dengannya, tetapi ditolak mentah-mentah.Yogi merasa agak kecewa, tetapi tidak punya pilihan lain selain menunggu dengan sabar sampai Jenny datang mencarinya.Selama itu, Yogi membaca ulang surat perjanjian cerai dan kesepakatan pembagian harta berkali-kali dengan cermat, sambil membandingkannya dengan penataan interior rumah lama untuk membeli banyak barang.Dengan harapan tipis bahwa Jenny akan memaafkannya, dia mencoba mengembalikan penataan interior rumah ke kondisi semula, berharap segalanya bisa kembali normal.Hari demi hari berlalu, dan pada akhir September, Yogi akhirnya menerima telepon dari Pak Toni.Jenny mengajaknya bertemu.Namun, lokasinya di depan kantor catatan sipil.Harapan Yogi yang besar seketika sirna.Meski begitu, dia tetap datang, tanpa membawa apa pun.Melihat Yogi datang dengan tangan kosong, Jenny langsung tahu bahwa persetujuan cerai hanyalah keboho

  • Pergilah, Temukan Dia   Bab 14

    Pada hari ketujuh setelah kepergian Jenny, Yogi hampir mencapai batasnya.Saat dihadapkan pada jurang tanpa jalan mundur, dia justru menjadi lebih sadar.Meskipun masa tenggang untuk perceraian sudah berakhir, prosedurnya belum selesai.Baik untuk mengurus sertifikat perceraian maupun mengajukan gugatan cerai, Jenny tetap harus kembali.Setelah menyadari hal ini, Yogi yang terpuruk mulai bangkit kembali.Dia mengajukan penghentian cuti dan kembali ke firma hukum, lalu hal pertama yang dia lakukan adalah menemui Pak Toni.Selama beberapa hari ini, Pak Toni telah meneruskan banyak pesan dari Yogi, dan saat melihat kondisi Yogi yang tampak kurus dan lelah, dia merasa iba.Dia baru akan menghiburnya, Yogi malah lebih dulu berbicara dengan nada yang sudah kembali tenang."Pak Toni, tolong beri tahu dia bahwa aku setuju bercerai. Suruh dia kembali untuk mengurus sertifikat perceraian."Mendengar ini, Pak Toni nyaris menyemburkan teh yang sedang diminumnya."Langsung setuju begitu saja? Nggak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status