Share

Bab 6

"Siapa, sih, Ma?" Rasya mulai menengok.

Di ruang tamu seorang wanita terlihat menopang kakinya. Gaun pendek berwarna marun dipadu dengan high heels lima senti menghiasi kaki mulus di sana. Wajahnya putih mulus, terlihat sekali perawatan teratur.

Rasya tersenyum ke arahnya. Meski sang wanita memunggungi, tetapi lelaki itu sudah menduga akan ada hari yang indah.

Suami dari Indri itu membenahi penampilannya meski sederhana. Meski hanya kaus oblong dan celana selutut, ia dengan percaya diri menghampiri. Senyumnya tak henti-hentinya bersinar.

"Ra," ucapnya lalu duduk di sebelah wanita itu. Berjarak hanya beberapa jengkal saja.

"Hai, Mas Rasya? Aku lagi bosan aja, jadi main ke sini. Boleh, enggak?" Laura, anak pengusaha kaya yang kini bekerjasama dengan perusahaan tempat Rasya bekerja mengulas senyuman.

"Boleh, dong. Main aja, masa enggak boleh." Lelaki itu terkekeh. Ada rasa kagum melihat wanita berkelas di hadapannya.

Tak lama setelah itu, Alma datang dengan nampan dua gelas berisi air sirup. "Minum dulu, Sayang! Udara panas gini, paling enak minum es."

"Makasih, Tante." Laura segera menerima gelas dari Alma. Ia meneguknya segera.

"Laura, ajak, tuh si Rasya jalan. Dia juga bosan kayaknya di rumah terus. Mana belum makan." Alma menunjukkan senyum terbaiknya.

Rasya tersipu malu. Ia senyam-senyum dari tadi. Menatap wanita cantik seperti mendapat aliran kesegaran.

"Belum makan? Kebetulan banget, nih, Tan. Aku juga belum. Tante, ikut aja sekalian. Kita makan di restoran milik Papa." Laura begitu antusias. "Tapi, bagaimana dengan ...." Wanita itu menghentikan ucapannya karena teringat istri Rasya.

"Kamu aja sama Rasya. Tidak perlu pikirkan kami yang di rumah." Alma yang paham langsung mengalihkan pembicaraan. Ia terus mendukung rencana Laura. Jangan tanya bagaimana ekspresi Rasya ketika dia mendapat tawaran makan malam dengan wanita cantik, anak pengusaha ternama.

Akhirnya, mereka pergi juga. Hanya berdua, penampilan pun menjadi sorotan. Rapi, wangi dan sempurna. Mereka seperti sepasang suami istri sungguhan.

Saat ini, Indri tertidur dengan putranya. Ia tak tahu kalau Rasya pergi bersama wanita lain. Lelah merajai batinnya hingga terlelap setelah melepas sakit dalam dada.

Bangun-bangun sudah tengah malam, Indri melihat ke sebelahnya dan ternyata kosong. Ia mencoba bangkit dan mencari Rasya. Setelah membuka pintu, rumah ternyata sudah dalam keadaan gelap.

Ia hanya mengambil minum dari kran galon lalu kembali ke kamar. Mencoba menelpon Rasya dengan ponsel jadulnya, juga tak diangkat. Indri lemas.

"Ke mana kamu, Mas? Malam-malam begini belum pulang." Indri menatap benda bulat di dinding. Terus bergerak tanpa henti.

Baru saja bergumam, Indri mendengar deru mobil memasuki halaman. Ia menilik dari jendela kamar. Benar, mobil Rasya datang. Indri segera keluar kamar lalu membuka pintu utama.

"Mas, dari mana saja?" tanya Indri saat Rasya sudah berada di hadapannya.

"Aku ada urusan." Setelah menjawab, lelaki itu melewati istrinya begitu saja.

Indri menutup pintu kembali lalu mengekor di belakang Rasya. Sampai di kamar, Rasya langsung tidur tanpa melepas kemejanya. Ia tidur dengan memunggungi putranya, memeluk guling.

Indri mencoba menjadi istri yang baik. Ia melepas sepatu suaminya lalu ikat pinggang setelah itu. Namun, Rasya malah berdecak seperti tak suka.

.

"Mas, aku mau masak." Indri mendekati suaminya yang tengah berkaca. Menyempurnakan penampilannya karena hendak pergi ke kantor.

"Hem. Ambil, tuh, di dompet. Lima puluh aja, dicukup-cukupin!" Lelaki itu menjawab tanpa menatap istrinya.

Comments (8)
goodnovel comment avatar
Nurli Eriza
udah jd pembantu aja sekalian,ngpin repot2 ndri.
goodnovel comment avatar
Nurli Eriza
makan tuh ndri, jadi istri setia. salihah.
goodnovel comment avatar
meg
cwenya bego amat ya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status