Home / Romansa / Perginya istri Rahasia Ceo / Bab 1. Kayla, istri Rahasia.

Share

Perginya istri Rahasia Ceo
Perginya istri Rahasia Ceo
Author: V3yach

Bab 1. Kayla, istri Rahasia.

Author: V3yach
last update Last Updated: 2025-09-04 14:00:46

“Mbak, air panasnya sudah saya tuangkan. Mau saya bantu siapkan rotinya juga?” tanya Bu Tati sambil meletakkan teko kaca berisi air panas di meja makan.

Kayla mengangguk pelan. “Terima kasih, Bu Tati. Biar saya yang mengurusnya, Ibu istirahat saja, ya.”

Pelayan tua itu tersenyum lembut. Kayla bisa melihat kerutan di wajahnya saat tersenyum, tetapi ada ketulusan yang membuat suasana penthouse yang dingin terasa sedikit lebih hangat. Setelah Bu Tati kembali ke kamarnya, Kayla menuang teh chamomile ke dalam cangkir putih polos. Aroma menenangkan mulai tercium perlahan.

Di luar jendela, langit Jakarta mendung. Angin sore meniup tirai tipis, membuatnya bergoyang lembut. Penthouse itu mewah, dengan lantai marmer, furnitur elegan, dan lukisan-lukisan mahal di dinding. Namun bagi Kayla, semua itu terasa seperti sangkar,Sangkar indah untuk seorang istri yang tak pernah diakui.

Hampir setahun telah berlalu sejak hari itu. Hari ketika ia dan Arvino Mahendra menikah secara diam-diam di sebuah villa pribadi di Puncak. Hanya ada penghulu, pengacara, dua saksi dari keluarga Mahendra, dan selembar kontrak yang ditandatangani.

Tidak ada pelaminan. Tidak ada foto bersama. Tidak ada doa restu dari keluarga Kayla, karena mereka bahkan tidak tahu.

Arvino Mahendra, pria ambisius dan pewaris Mahendra Group, CEO muda yang dikenal serius dalam bisnis, menikahinya demi sebuah kesepakatan yang bahkan Kayla tidak sepenuhnya mengerti.

Sejak hari itu, inilah rumahnya. Penthouse yang megah, tetapi sepi. Arvino jarang pulang. Ia paling sering muncul hanya untuk menandatangani dokumen, mengganti pakaian, atau menerima telepon penting. Mereka hampir tidak pernah makan bersama. Bahkan berbincang pun hanya sebatas formalitas.

Kayla mengambil buku sketsa dari meja kerjanya. Ia mencoba mengisi waktu dengan menggambar. Dulu, ia memiliki mimpi menjadi desainer interior. Namun sejak menikah dengan Arvino, hidupnya terhenti di penthouse ini.

Bukan karena dilarang.

Tetapi karena tidak ada tempat yang bisa ia kunjungi sebagai "istri rahasia".

Saat ia sedang menggambar garis lengkung sofa, ponselnya berdering. Nama "Arvino" muncul di layar. Jantung Kayla berdebar, seperti biasa. Ia ragu untuk menjawab.

Namun akhirnya ia menekan tombol hijau.

“Ya, Vin?”

Suara pria itu terdengar dingin seperti biasanya. “Aku butuh pasporku. Ada di laci bawah meja kerjaku, kan? Bisa tolong fotokan dan kirim sekarang? Aku sedang di kantor.”

Kayla menarik napas pelan. “Baik. Sebentar.”

Tanpa basa-basi, sambungan terputus.

Kayla menatap layar yang kembali gelap. Tak ada ucapan terima kasih, tak ada pertanyaan tentang kabar. Hanya perintah.

Dia berjalan ke kamar kerja Arvino, membuka laci, memotret paspor, dan mengirimnya lewat pesan.

Baru saja dia menaruh kembali paspor itu, matanya menangkap sekilas sebuah map hitam di bagian dalam laci. Sedikit ragu Namun rasa ingin tahunya mendorongnya. Perlahan, Kayla menarik map itu. Di dalamnya, terdapat undangan dengan tulisan emboss emas. Logo Keluarga Andjani tercetak jelas.

"Pertunangan Resmi Arvino Mahendra & Cassandra Andjani." Tangan Kayla bergetar.

Sebelum pikirannya melayang lebih jauh, suara interkom berbunyi. Secara refleks, Kayla meletakkan kembali map itu dan bergegas menuju panel interkom.

"Ada tamu atas nama Cassandra, Nona. Kami sudah mengkonfirmasi dari pihak Tuan Arvino."

Kayla tertegun.

Cassandra datang?

Dengan cepat, Kayla menjawab, "Maaf, tidak bisa diterima sekarang. Tuan rumah sedang tidak ada."

"Baik, Nona. Akan kami sampaikan."

Kayla menutup panel. Lututnya terasa lemas.

Wanita itu hampir datang ke rumah ini.

Ke rumah di mana Kayla berstatus sebagai istri Arvino.

Kayla memeluk tubuhnya sendiri. ada getaran di dadanya yang sulit ia kendalikan. udara di penthouse yang biasanya dingin kini membuat kulitnya menggigil.

Hari itu, untuk pertama kalinya sejak pernikahannya, Kayla menyadari bahwa posisinya bukan hanya tersembunyi ... tapi juga bisa kapan saja diabaikan.Dan Arvino? Dia bahkan tidak merasa perlu menjelaskan apapun padanya.

***

Pukul 11 malam. Arvino baru pulang. Jasnya masih rapi, wajahnya tenang. Ia menemukan Kayla duduk di ruang tamu, matanya sembab.

"Kamu belum tidur?" tanyanya sambil melepas jam tangan.

"Kamu akan bertunangan?" suara Kayla lirih, namun tajam.

Arvino berhenti sejenak. "Kamu lihat undangannya."

"Jadi itu benar?"

Pria itu menatapnya datar. "Kayla, kita sudah sepakat. Pernikahan ini bukan karena cinta. Kau tahu itu sejak awal."

Kayla berdiri. "Tapi aku istrimu, Arvino. Istri sah. dan kamu akan bertunangan dengan wanita lain di depan media, sementara aku bahkan tidak bisa keluar rumah tanpa menyamar!"

"Ini untuk kepentingan perusahaan. Cassandra adalah anak dari mitra strategis."

"Lalu aku apa? Sekadar pion?"

"Jangan dramatis."

Pernyataan itu menghancurkan sisa harapan yang ia miliki.

Kayla menatapnya. Ada luka, air mata, dan sedikit dendam yang baru mulai tumbuh.

"Baik, Arvino," katanya pelan. "Lakukan saja apa maumu. tapi jangan harap aku akan diam selamanya."

Tanpa menunggu jawaban, Kayla melangkah ke kamar. Menutup pintu pelan, namun tegas.

 Arvino masih berdiri di balkon  kamarnya,namun pikirannya gelap.Dia menyadari Kayla terluka. Ia tahu bahwa pernikahan ini adalah penjara bagi gadis itu, tetapi satu hal yang pasti, ia tidak mampu melepaskannya. Sayangnya, dunia tidak memberi ruang bagi cinta yang lahir dari sebuah kesepakatan.

Dan sementara itu, di kamarnya, Kayla menatap langit-langit. Cincin pernikahan masih melingkar di jari manisnya, tetapi untuk apa? Apakah ia masih dianggap istri, atau hanya sekadar pelengkap dalam skenario bisnis?

Kayla memejamkan mata, berusaha mengusir perasaan sesak yang mengendap di dadanya. Namun, semakin ia menutup mata, bayangan Arvino justru semakin jelas. Wajahnya yang dingin, tatapan matanya yang datar, dan suara tegasnya saat menyebut nama Cassandra … semua itu terukir tajam dalam ingatannya.

“Kenapa harus aku?” bisiknya pelan, hampir tak terdengar.

Dia menggigit bibir bawahnya dengan kuat, berusaha menahan tangis yang kembali menggerogoti tenggorokannya. Namun, dadanya sudah terlalu penuh. Rasa sesak itu tak bisa lagi ditahan. Isakan kecil akhirnya keluar juga, mengguncang bahunya yang kurus.

Kayla menarik selimut dan memeluk dirinya sendiri dengan erat.

“Aku lelah, Tuhan …” bisik Kayla suaranya serak. "Aku benar-benar lelah.”

Tidak ada jawaban, hanya suara detak jam dinding dan suara kendaraan yang samar dari jalanan jauh di bawah sana.

Kayla melirik ke meja rias. Di sana, sebuah bingkai foto kecil menghadap ke tembok. Sudah lama ia membalik foto itu. Foto dirinya dan Arvino, yang diambil diam-diam oleh Bu Tati saat mereka pertama kali masuk ke penthouse ini sebagai “pasangan suami istri”. Arvino bahkan tidak menyadari dirinya sedang difoto.

Saat itu, hatinya masih penuh harapan. Kayla duduk di pinggir ranjang, meraih bingkai itu, dan membaliknya kembali. Ia menatap gambar dirinya yang tersenyum kecil, dan Arvino yang berdiri di sampingnya dengan tangan di saku. Tatapan pria itu memang tidak pernah tertuju padanya.

“Kenapa aku bisa sebodoh ini?” gumamnya, lalu meletakkan kembali foto itu menghadap ke dinding. Ia tidak sanggup melihatnya lebih lama.

Kayla bangkit dan berjalan ke jendela besar di kamarnya. Ia membuka gorden perlahan.di balik semua kemewahan itu, hidupnya terasa begitu sepi.

Tangannya menyentuh kaca. Dingin. “Apakah aku akan selalu begini? Terjebak dalam hubungan tanpa nama, tanpa masa depan?”

Kayla mendongak, memandangi bintang yang nyaris tak terlihat karena polusi cahaya kota.

“Kalau aku pergi … apakah dia akan peduli?” bisiknya pelan.

Dalam keheningan, dia menarik napas panjang dan kembali duduk di ranjang. Tangannya meraba cincin di jari manisnya. Ia mencopotnya perlahan, menatap lingkar logam kecil itu.

“Hanya benda mati …," ujarnya pelan, “tapi kenapa rasanya seperti rantai di jiwaku?”

Ia menggenggam cincin itu erat-erat, lalu membukanya lagi dan meletakkannya di atas meja. Hatinya terasa kosong.

Beberapa saat ia terdiam, membiarkan pikirannya melayang ke berbagai kemungkinan.

Tiba-tiba, ponselnya berbunyi. Sebuah pesan masuk, dari …

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Perginya istri Rahasia Ceo    Bab 5. Kayla Memulai karirnya.

    Hari-hari Kayla di kota kecil itu terasa lambat, sangat berbeda dari kesibukan Jakarta. Di pagi hari, ia membantu ibunya merapikan rumah atau berbelanja di pasar, sementara di siang hari, ia mulai bekerja di sebuah studio interior yang dikelola oleh sahabat lama ibunya. Meskipun studio itu tidak besar, cukup ramai karena dipercaya menangani proyek rumah-rumah minimalis dan kafe modern di kota tersebut.Awalnya, Kayla hanya berniat membantu dengan tugas-tugas ringan, namun karena bakatnya dalam menggambar sketsa dan merancang konsep ruang, pemilik studio menawarkan pekerjaan tetap. Ia akhirnya menerima tawaran tersebut, lebih untuk mengisi kekosongan hatinya daripada sekadar mencari nafkah.Suatu sore, Seorang pria masuk dengan langkah percaya diri. Tubuhnya tinggi, wajahnya tenang, dan dari cara dia menyapa pemilik studio, jelas bahwa dia bukan orang asing,Kayla yang berdiri di meja kerja tiba-tiba tertegun.“Reyhan?” bisiknya, hampir tidak percaya.Pria itu menoleh, terhenti, dan tat

  • Perginya istri Rahasia Ceo    Bab 4. Arvino Bingung Kayla Pergi.

    Sekali lagi, pintu penthouse terbuka dengan suara mekanik yang khas. Arvino masuk dengan tergesa-gesa, jasnya belum sempat dilepas, napasnya tersengal-sengal,dia baru saja pulang dari rapat internal Mahendra Corp yang seharusnya berlangsung hingga malam, tetapi hatinya terasa gelisah, seolah ada yang tidak beres.“Kayla?” serunya, suaranya bergema di antara dinding putih dan lantai marmer yang mengilap, namun tidak ada jawaban.Arvino meletakkan tas kerjanya di sofa dan langsung menuju kamar,kamar itu masih kosong, lemari pakaian Kayla sedikit terbuka, dan semakin jelas bahwa sebagian besar bajunya tidak ada,pandangannya tertuju pada meja rias, di mana cincin pernikahan yang pernah ia berikan tergeletak, dan di atasnya terdapat sepucuk surat yang terbuka, isinya masih terngiang di kepalanya.“Aku harus menyelamatkan diriku sendiri.”Arvino segera mengeluarkan ponselnya dan mencoba menelepon Kayla sekali, dua kali, tiga kali, tetapi tetap tidak aktif.“Kayla, tolong angkat, teleponnya.

  • Perginya istri Rahasia Ceo    Bab 3 . Memutuskan Pergi diam - diam.

    Kayla berdiri di depan lemari pakaian, menatap deretan gaun sederhana miliknya,semua itu tampak seperti kenangan masa lalu yang kini tak lagi berarti,tangannya sedikit bergetar saat melipat pakaian dan memasukkannya satu per satu ke dalam koper,dia menarik napas dalam-dalam, lalu duduk di tepi ranjang. Matanya terpaku pada ponsel yang tergeletak di meja kecil tidak ada pesan masuk, tidak ada panggilan ,Arvino belum memberi kabar sejak pagi,tentu saja pria itu terlalu sibuk dengan segala urusan pertunangannya dengan Cassandra.Perlahan dia menatap bayangannya di cermin Wajah yang dulunya bersinar kini tampak lesu. Bibirnya pucat, mata berkantung, tetapi ada sesuatu yang baru sorot matanya kini tak lagi rapuh,Hari ini Kayla akan pergi bukan sebagai pelarian, tetapi sebagai langkah penyelamatan.Di lantai 21 gedung Mahendra Corp, Arvino duduk di ruang rapat, dikelilingi oleh para direktur dan manajer proyek,presentasi mengenai kerja sama dengan perusahaan keluarga Andjani sedang berlangs

  • Perginya istri Rahasia Ceo    Bab 2. Kedatangan Surat Undangan.

    Beberapa saat setelah suara pesan dari ponselnya terdengar, Kayla menatap layar dengan tatapan kosong. "Kenapa kamu belum tidur?" pesan dari Arvino.Setelah membaca pesan itu ,dia sempat ingin membalas, tetapi akhirnya meletakkan ponsel itu kembali di samping bantal tanpa memberikan jawaban.“Untuk apa aku membalasmu, Vin?” ujarnya pelan. "Kamu bertanya setelah menghancurkan hatiku.kamu bertanya setelah merencanakan pertunangan dengan wanita lain, sementara aku masih tinggal di rumahmu sebagai istrimu."Kayla menarik selimut dan berbaring menyamping, memunggungi jendela. Matanya kembali berkaca-kaca, tetapi kali ini ia tidak menangis. Ia hanya terdiam, dalam keheningan yang menyelimuti malam itu.Sebelum menutup mata, ia menatap satu titik di dinding kosong, berpikir bahwa mungkin besok tidak akan ada yang berubah.Namun, mungkin suatu hari nanti, dia akan menemukan kekuatannya. Dan saat itu tiba, Arvino tidak akan siap untuk kehilangan.***Keesokan harinya, seperti biasa, Kayla me

  • Perginya istri Rahasia Ceo    Bab 1. Kayla, istri Rahasia.

    “Mbak, air panasnya sudah saya tuangkan. Mau saya bantu siapkan rotinya juga?” tanya Bu Tati sambil meletakkan teko kaca berisi air panas di meja makan.Kayla mengangguk pelan. “Terima kasih, Bu Tati. Biar saya yang mengurusnya, Ibu istirahat saja, ya.”Pelayan tua itu tersenyum lembut. Kayla bisa melihat kerutan di wajahnya saat tersenyum, tetapi ada ketulusan yang membuat suasana penthouse yang dingin terasa sedikit lebih hangat. Setelah Bu Tati kembali ke kamarnya, Kayla menuang teh chamomile ke dalam cangkir putih polos. Aroma menenangkan mulai tercium perlahan.Di luar jendela, langit Jakarta mendung. Angin sore meniup tirai tipis, membuatnya bergoyang lembut. Penthouse itu mewah, dengan lantai marmer, furnitur elegan, dan lukisan-lukisan mahal di dinding. Namun bagi Kayla, semua itu terasa seperti sangkar,Sangkar indah untuk seorang istri yang tak pernah diakui.Hampir setahun telah berlalu sejak hari itu. Hari ketika ia dan Arvino Mahendra menikah secara diam-diam di sebuah vil

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status