Sekali lagi, pintu penthouse terbuka dengan suara mekanik yang khas. Arvino masuk dengan tergesa-gesa, jasnya belum sempat dilepas, napasnya tersengal-sengal,dia baru saja pulang dari rapat internal Mahendra Corp yang seharusnya berlangsung hingga malam, tetapi hatinya terasa gelisah, seolah ada yang tidak beres.“Kayla?” serunya, suaranya bergema di antara dinding putih dan lantai marmer yang mengilap, namun tidak ada jawaban.Arvino meletakkan tas kerjanya di sofa dan langsung menuju kamar,kamar itu masih kosong, lemari pakaian Kayla sedikit terbuka, dan semakin jelas bahwa sebagian besar bajunya tidak ada,pandangannya tertuju pada meja rias, di mana cincin pernikahan yang pernah ia berikan tergeletak, dan di atasnya terdapat sepucuk surat yang terbuka, isinya masih terngiang di kepalanya.“Aku harus menyelamatkan diriku sendiri.”Arvino segera mengeluarkan ponselnya dan mencoba menelepon Kayla sekali, dua kali, tiga kali, tetapi tetap tidak aktif.“Kayla, tolong angkat, teleponnya.
Last Updated : 2025-09-04 Read more