Beranda / Romansa / Perginya istri Rahasia Ceo / Bab 2. Kedatangan Surat Undangan.

Share

Bab 2. Kedatangan Surat Undangan.

Penulis: V3yach
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-04 14:17:33

Beberapa saat setelah suara pesan dari ponselnya terdengar, Kayla menatap layar dengan tatapan kosong. 

"Kenapa kamu belum tidur?" pesan dari Arvino.

Setelah membaca pesan itu ,dia sempat ingin membalas, tetapi akhirnya meletakkan ponsel itu kembali di samping bantal tanpa memberikan jawaban.

“Untuk apa aku membalasmu, Vin?” ujarnya pelan. 

"Kamu bertanya setelah menghancurkan hatiku.kamu bertanya setelah merencanakan pertunangan dengan wanita lain, sementara aku masih tinggal di rumahmu sebagai istrimu."

Kayla menarik selimut dan berbaring menyamping, memunggungi jendela. Matanya kembali berkaca-kaca, tetapi kali ini ia tidak menangis. Ia hanya terdiam, dalam keheningan yang menyelimuti malam itu.

Sebelum menutup mata, ia menatap satu titik di dinding kosong, berpikir bahwa mungkin besok tidak akan ada yang berubah.

Namun, mungkin suatu hari nanti, dia akan menemukan kekuatannya. Dan saat itu tiba, Arvino tidak akan siap untuk kehilangan.

***

Keesokan harinya, seperti biasa, Kayla mencoba mengalihkan pikirannya. Ia berada di dapur, menggenggam sendok kayu dan mengaduk adonan roti untuk sore ini. Ini adalah salah satu cara untuk mengisi waktu dan menjaga kewarasannya di tengah kesunyian hidup.

Tiba-tiba, suara dari interkom membuat Kayla mengerutkan dahi.

"Paket, Bu Kayla."

Ia mengelap tangannya dan menekan tombol interkom.

"Dari siapa, Pak?"

"Tidak ada nama pengirim, tapi paketnya resmi. dari sebuah butik di kawasan Menteng. Saya akan membawanya ke atas, ya?"

Kayla mengangguk meski orang di bawah tidak akan melihatnya. "Baik. Tolong letakkan saja di depan pintu."

Beberapa menit kemudian, bel berbunyi. Kayla membuka pintu dan melihat kotak persegi panjang mewah dengan pita emas melingkar di atasnya.Kayla membawa kotak itu masuk ke ruang tengah. Ada sesuatu yang aneh dalam hatinya. Kotak itu terasa berbeda dari biasanya.

Dengan tangan yang sedikit gemetar, ia membuka pita dan mengangkat tutupnya perlahan. Matanya terbelalak. sebuah undangan dengan nama-nama yang sangat ia kenal.

Arvino Mahendra & Cassandra Andjani. Sebuah Undangan Pertunangan Resmi.

Kayla mengangkat kartu tebal itu, membaca setiap hurufnya berulang kali seolah berharap ada kesalahan cetak. Namun tidak ada. Nama suaminya. Nama pria yang tidur di ranjang yang sama dengannya, tinggal di penthouse yang sama, dan telah hidup bersamanya hampir satu tahun, kini akan bertunangan.

Dan undangan itu dikirim kepadanya. Seolah-olah dia bukan siapa-siapa. Seolah statusnya sebagai istri hanyalah kesalahan administratif yang bisa dihapus dan dilupakan. Seolah ia tidak pernah ada.

Beberapa saat kemudian Pintu penthouse terbuka perlahan. Arvino masuk, masih mengenakan jas kerja. Ketika melihat Kayla duduk di ruang tengah dengan kotak undangan terbuka di pangkuannya, Kayla menghela napas panjang.

"Kayla ..." Panggil Arvino suaranya terdengar pelan.

Kayla menatapnya. Wajahnya datar, tetapi matanya memancarkan ribuan kata yang tak terucap.

"Bagus, rupanya kamu tidak perlu repot-repot menyembunyikannya semuanya lagi,padaku kan? Bahkan mengirim undangannya langsung padaku. Keren, Arvino. Sangat berkelas," katanya dengan nada lembut namun tajam.

Arvino menggeser posisinya dan meletakkan tas kerjanya. "Aku tidak tahu siapa yang mengirim undangan itu ke Tapi mungkin itu Cassandra. atau ibunya. aku tidak pernah ..."

"Tapi kau akan melakukannya, kan? Bertunangan. Dengan Cassandra," potong Kayla.

Arvino hanya terdiam, dan setelah beberapa detik Kayla mendesaknya.

"Jawab aku, Vin. Jangan beri aku tatapan kasihan itu. Jawab saja."

"Ya," katanya akhirnya. "Aku akan bertunangan."

Kayla tertawa kecil, pahit. "Bagus. Sangat jujur kali ini. Terima kasih, Tuan Mahendra."

"Kayla, dengarkan aku. Pertunangan ini tidak mengubah apa pun, kau akan tetap menjadi istriku!"

"Tidak mengubah?" suara Kayla meninggi. "Kau bercanda? Kau akan bertunangan di depan wartawan, pejabat, tokoh penting, dan kau bilang tidak mengubah apa pun?"

"Kau tahu ini semua bisnis. Ayah Cassandra adalah investor besar. Ini bagian dari kesepakatan jangka panjang yang jelas sangat menguntungkan ..."

"Kesepakatan, kesepakatan, kesepakatan!" Kayla berdiri, suaranya bergetar. "Selalu itu alasanmu. semua yang kau lakukan selalu demi kesepakatan. Lalu bagaimana denganku, Vin? Aku bagian dari kesepakatan yang mana?"

"Kau bukan kesepakatan. Aku ..."

"Kau menikahiku bukan karena cinta. aku tahu itu. tapi asal kau tahu ,aku juga bukan mainan yang bisa kau sembunyikan dan buang begitu saja, seakan aku ini hanya pajangan, Vin."

Arvino berdiri. "Aku tidak pernah berniat membuangmu. Aku hanya terseret dalam semua ini. Kayla, ini rumit."

"Tidak, Vin. Ini tidak rumit. Ini sangat sederhana. Kau memilih. dan kau tidak memilihku."

Suasana ruangan menegang. Napas Kayla tersengal. Ia memeluk dirinya sendiri, mencoba menenangkan degup jantung yang berdebar kencang.

Arvino menatapnya. "Aku tidak bisa membatalkan pertunangan ini. Tapi aku juga tidak bisa membiarkanmu pergi."

"Kau ingin aku tetap di sini? Duduk manis di balik tirai penthouse, menyaksikan kau menggenggam tangan perempuan lain di TV nasional?"

Arvino diam, tidak menjawab apa yang diucapkan Kayla.

"Kau pengecut, Arvino," bisik Kayla akhirnya. "Pengecut karena tidak berani melawan dunia untuk satu hal yang benar. dan aku … yang bodoh karena pernah berharap."

Kayla mengambil undangan itu, meremasnya perlahan, lalu melemparkannya.

"Aku tidak akan datang ke acara pertunanganmu. tapi aku pastikan akan datang ke harimu yang paling menyakitkan, Vin. Hari saat kau sadar apa yang sudah kau buang."

Setelah itu Kayla pergi meninggalkan Arvino sendirian, Malam itu Kayla duduk di tepi ranjangnya, undangan pertunangan itu telah dibakar. Namun perasaan itu masih membakar dadanya lebih panas dari api manapun.

Dia menatap pantulan dirinya di cermin. Wajahnya pucat. Mata bengkak. Namun sorot matanya keras. Ia mengeluarkan koper dari bawah tempat tidur. Satu per satu, ia mulai melipat pakaiannya.

Langkah kaki Arvino terdengar di lorong. Ia muncul di ambang pintu.

"Kau mau ke mana?"

"Pergi."

"Tidak akan kubiarkan."

"Kau tidak bisa menghentikanku karena aku bukan boneka, dan aku bukan tahananmu."

"Kayla, dengarkan aku. Aku tahu ini menyakitkan. Aku tahu aku salah. Tapi beri aku waktu. Setelah pertunangan ini selesai, aku akan mencari jalan keluar."

"Kau pikir aku akan menunggumu sambil melihat berita pertunanganmu? Aku bukan boneka, Vin."

"Kau pikir ini mudah bagiku? Setiap kali aku melihatmu, aku ..."

"Apa? Ingat bahwa aku hanya pengisi waktu sampai Cassandra siap?"

Arvino terdiam. Lalu, dengan suara yang lebih lembut, ia berkata, "Aku tidak ingin kehilanganmu."

"Terlambat, Arvino," bisik Kayla. "Kau sudah kehilangan aku, hanya saja kau belum menyadarinya."

Dan malam itu  Kayla tidur dengan koper setengah penuh di samping ranjang. tapi ia belum pergi. Belum sekarang. Karena sebelum saatnya tiba, sebelum ia melangkah pergi, ia harus memastikan dirinya cukup kuat untuk tidak menoleh ke belakang.

Dan itu, akan segera datang, saat penyesalan akan datang dengan sia-sia.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Perginya istri Rahasia Ceo    Bab 5. Kayla Memulai karirnya.

    Hari-hari Kayla di kota kecil itu terasa lambat, sangat berbeda dari kesibukan Jakarta. Di pagi hari, ia membantu ibunya merapikan rumah atau berbelanja di pasar, sementara di siang hari, ia mulai bekerja di sebuah studio interior yang dikelola oleh sahabat lama ibunya. Meskipun studio itu tidak besar, cukup ramai karena dipercaya menangani proyek rumah-rumah minimalis dan kafe modern di kota tersebut.Awalnya, Kayla hanya berniat membantu dengan tugas-tugas ringan, namun karena bakatnya dalam menggambar sketsa dan merancang konsep ruang, pemilik studio menawarkan pekerjaan tetap. Ia akhirnya menerima tawaran tersebut, lebih untuk mengisi kekosongan hatinya daripada sekadar mencari nafkah.Suatu sore, Seorang pria masuk dengan langkah percaya diri. Tubuhnya tinggi, wajahnya tenang, dan dari cara dia menyapa pemilik studio, jelas bahwa dia bukan orang asing,Kayla yang berdiri di meja kerja tiba-tiba tertegun.“Reyhan?” bisiknya, hampir tidak percaya.Pria itu menoleh, terhenti, dan tat

  • Perginya istri Rahasia Ceo    Bab 4. Arvino Bingung Kayla Pergi.

    Sekali lagi, pintu penthouse terbuka dengan suara mekanik yang khas. Arvino masuk dengan tergesa-gesa, jasnya belum sempat dilepas, napasnya tersengal-sengal,dia baru saja pulang dari rapat internal Mahendra Corp yang seharusnya berlangsung hingga malam, tetapi hatinya terasa gelisah, seolah ada yang tidak beres.“Kayla?” serunya, suaranya bergema di antara dinding putih dan lantai marmer yang mengilap, namun tidak ada jawaban.Arvino meletakkan tas kerjanya di sofa dan langsung menuju kamar,kamar itu masih kosong, lemari pakaian Kayla sedikit terbuka, dan semakin jelas bahwa sebagian besar bajunya tidak ada,pandangannya tertuju pada meja rias, di mana cincin pernikahan yang pernah ia berikan tergeletak, dan di atasnya terdapat sepucuk surat yang terbuka, isinya masih terngiang di kepalanya.“Aku harus menyelamatkan diriku sendiri.”Arvino segera mengeluarkan ponselnya dan mencoba menelepon Kayla sekali, dua kali, tiga kali, tetapi tetap tidak aktif.“Kayla, tolong angkat, teleponnya.

  • Perginya istri Rahasia Ceo    Bab 3 . Memutuskan Pergi diam - diam.

    Kayla berdiri di depan lemari pakaian, menatap deretan gaun sederhana miliknya,semua itu tampak seperti kenangan masa lalu yang kini tak lagi berarti,tangannya sedikit bergetar saat melipat pakaian dan memasukkannya satu per satu ke dalam koper,dia menarik napas dalam-dalam, lalu duduk di tepi ranjang. Matanya terpaku pada ponsel yang tergeletak di meja kecil tidak ada pesan masuk, tidak ada panggilan ,Arvino belum memberi kabar sejak pagi,tentu saja pria itu terlalu sibuk dengan segala urusan pertunangannya dengan Cassandra.Perlahan dia menatap bayangannya di cermin Wajah yang dulunya bersinar kini tampak lesu. Bibirnya pucat, mata berkantung, tetapi ada sesuatu yang baru sorot matanya kini tak lagi rapuh,Hari ini Kayla akan pergi bukan sebagai pelarian, tetapi sebagai langkah penyelamatan.Di lantai 21 gedung Mahendra Corp, Arvino duduk di ruang rapat, dikelilingi oleh para direktur dan manajer proyek,presentasi mengenai kerja sama dengan perusahaan keluarga Andjani sedang berlangs

  • Perginya istri Rahasia Ceo    Bab 2. Kedatangan Surat Undangan.

    Beberapa saat setelah suara pesan dari ponselnya terdengar, Kayla menatap layar dengan tatapan kosong. "Kenapa kamu belum tidur?" pesan dari Arvino.Setelah membaca pesan itu ,dia sempat ingin membalas, tetapi akhirnya meletakkan ponsel itu kembali di samping bantal tanpa memberikan jawaban.“Untuk apa aku membalasmu, Vin?” ujarnya pelan. "Kamu bertanya setelah menghancurkan hatiku.kamu bertanya setelah merencanakan pertunangan dengan wanita lain, sementara aku masih tinggal di rumahmu sebagai istrimu."Kayla menarik selimut dan berbaring menyamping, memunggungi jendela. Matanya kembali berkaca-kaca, tetapi kali ini ia tidak menangis. Ia hanya terdiam, dalam keheningan yang menyelimuti malam itu.Sebelum menutup mata, ia menatap satu titik di dinding kosong, berpikir bahwa mungkin besok tidak akan ada yang berubah.Namun, mungkin suatu hari nanti, dia akan menemukan kekuatannya. Dan saat itu tiba, Arvino tidak akan siap untuk kehilangan.***Keesokan harinya, seperti biasa, Kayla me

  • Perginya istri Rahasia Ceo    Bab 1. Kayla, istri Rahasia.

    “Mbak, air panasnya sudah saya tuangkan. Mau saya bantu siapkan rotinya juga?” tanya Bu Tati sambil meletakkan teko kaca berisi air panas di meja makan.Kayla mengangguk pelan. “Terima kasih, Bu Tati. Biar saya yang mengurusnya, Ibu istirahat saja, ya.”Pelayan tua itu tersenyum lembut. Kayla bisa melihat kerutan di wajahnya saat tersenyum, tetapi ada ketulusan yang membuat suasana penthouse yang dingin terasa sedikit lebih hangat. Setelah Bu Tati kembali ke kamarnya, Kayla menuang teh chamomile ke dalam cangkir putih polos. Aroma menenangkan mulai tercium perlahan.Di luar jendela, langit Jakarta mendung. Angin sore meniup tirai tipis, membuatnya bergoyang lembut. Penthouse itu mewah, dengan lantai marmer, furnitur elegan, dan lukisan-lukisan mahal di dinding. Namun bagi Kayla, semua itu terasa seperti sangkar,Sangkar indah untuk seorang istri yang tak pernah diakui.Hampir setahun telah berlalu sejak hari itu. Hari ketika ia dan Arvino Mahendra menikah secara diam-diam di sebuah vil

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status