Share

PKJ 7

Malang nasib Dimas, pemuda itu kini disekap di rumah kontrakan Della. Mau memberontak tidak bisa, mengingat betapa garangnya Della.

"Aku sudah mengatakan yang sejujurnya, kenapa kalian tidak melepaskan 'ku?" tanya Dimas yang kini kedua tangan diikat ke belakang kursi. Dimas mengerakkan pergelangan tangannya terus menerus berharap agar ikatannya bisa lepas.

Della tidak jadi pergi ke restoran. Ia menerima tugas dari Susan untuk menjaga sementara Dimas agar tidak kabur sampai Susan menemukan wanita berniat mencelakai.

"Berisik!" bentak Della seraya menggosok telinga seakan sedang mengejek pria itu jika pertanyaannya membuat telinga Della sakit.

"Kalian mau apa lagi?" tanya Dimas setengah berteriak, tak menyangka nasibnya akan sesial itu.

Karena merasa jika Dimas benar-benar cerewet, Della menyumpal mulut dengan kain. Ia lantas mengambil kursi dan duduk dengan posisi sandaran kursi yang berada di depan. Della melipat kedua tangan di atas sandaran kursi kemudian menaruh dagunya di atas lengan.

"Kalau kami melepasmu, maka yang ada kamu akan membocorkan perihal kami mengincar wanita itu. Tenang saja! Setelah kami mengurus wanita gila itu, kami akan melepasmu dan tidak akan melaporkan pada pihak yang berwajib sesuai janji kami. Jadi, baik-baik di sini dan jangan macam-macam! Ingat, pabrik bibit lele milikmu, nasib masa depannya ada di tanganku!" Della mengangkat satu tangannya ke depan wajah pria tadi, kemudian meremas udara dengan ekspresi wajah geram.

Dimas membulatkan bola mata lebar, ingin bicara tapi tidak bisa karena mulutnya disumpal dengan kain. Della yang sadar akan hal itu pun mengambil kain yang menyumpal, membuat Dimas langsung terbatuk sesaat.

"Mau ngomong apa? Protes lagi, awas!" ancam Della kembali mengepalkan tangan lalu mengarahkannya di depan wajah Dimas.

"Kamu ini psikopat atau apa, hah? Dari tadi yang dibahas pabrik lele terus! Mending aku mendekam dibalik jeruji dari pada pabrik leleku kamu binasakan! Dasar sadis!" geram Dimas dengan perasaan kesal karena kalah terhadap wanita.

"Oh, boleh. Nanti aku akan urus masalah kamu masuk ke balik jeruji besi," kata Della santai, "Aku memang psikopat, karena pria-pria seperti kalianlah yang membuatku jadi begini," lanjut Della mengiakan julukan yang dituduhkan padanya.

"Kenapa aku jadi ikut disalahkan?" tanya Dimas sedikit memprotes kata pria-pria yang artinya itu juga menyangkut dirinya.

Della mencebik kesal, bicara dengan pemuda cerewet memang tidak ada habisnya, lebih parah dari debat dengan emak-emak yang lagi rebutan barang diskonan.

"Karena gara-gara pria yang hanya memandang sebelah mata kepada seorang wanita. Tidak melihat mana yang tulus dan mana yang tidak, mengabaikan siapa yang setia, hingga tega melukai hanya demi kenikmatan sesaat. Kalian kira jika wanita diperlakukan seperti itu tidak akan berubah jadi psikopat, hah? Diselingkuhi saat kami tidak bisa melakukan hubungan intim, dengan alasan bahwa kami tidak menarik lagi setelah melahirkan, kalian kira kami tidak gila setelah itu!" Della terlampau kesal hingga akhirnya mengeluarkan apa yang dipendam selama ini.

Dimas tertegun dengan pengakuan Della, kemudian tertawa keras membuat Della terheran-heran dengan sikap Dimas.

"Heh, ngapain tertawa? Sudah nggak takut kalau pabrik bibit lelenya binasa?" tanya Della dengan sebuah penekanan di setiap kata.

Pemuda itu menggeleng, lantas menatap sendu pada Della, hingga membuat wanita itu semakin bingung.

"Apa kalian pikir hanya wanita saja yang mengalami hal itu? Bagaimana dengan kami para pria? Apa kalian tahu rasanya dibandingkan dengan pria lain yang lebih kaya dan mapan? Kalian takkan tahu rasanya," ujar Dimas yang tentu aja membuat Della tertegun sesaat.

"Kamu ngomong apa, sih?" tanya Della menolak paham.

Dimas menatap Della yang takkan mengerti tentang perasaannya sebagai pria. Ia hampir gila karena cinta hingga rela melakukan apapun demi gadis yang disukai, tapi yang didapat hanya kekecewaan. Meski begitu, bodohnya dia tetap mengikuti apa yang diinginkan oleh gadis yang sama sekali tidak mencintainya.

"Sudahlah, wanita bar-bar sepertimu tahu apa?" Dimas memalingkan wajah seakan enggan melihat wajah Della.

Della yang kesal dengan jawaban Dimas, langsung bangun den menghentakkan kursi.

"Dasar pabrik lele yang tahunya tanam saham tapi tak tahu rasanya mengelola!" gerutu Della yang kemudian memilih meninggalkan Dimas.

"Eh, eh! Apa maksudnya itu? Apa maksudnya pabrik lele tahunya tanam saham, Woi!"

Teriakan Dimas tidak digubris Della yang memilih masuk kamar.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status