Share

PKJ 6

Setelah bicara dengan Livia, akhirnya Della pun mencari rumah kontrakan yang murah untuknya. Ia akan mampir ke rumah Livia setelah pulang kerja, terkadang Livia yang membawa Bagas ke restoran agar Della bisa melihat putranya itu.

Hingga tanpa terasa Della sudah bekerja di restoran Livia selama 5 bulan lamanya, menjalani hidup sebagai janda anak satu. Ia bersyukur karena Bagas terjamin kehidupannya bersama Livia dan Juan. Bayi mungil itu kini hampir berumur satu tahun dan tampak sehat serta terawat.

"Dompet, ponsel, apalagi yang belum?" Della tengah bersiap pergi ke restoran untuk bekerja seperti biasa.

"Ah, sudah semua." 

Della pun mencangklong tali tas menyilang di depan dada, berjalan keluar rumah untuk mencari taksi. Ia pun berangkat ke restoran untuk bekerja menggunakan taksi karena sudah kesiangan.

Della duduk di kursi belakang dengan menyangga dagu, menatap jalanan yang tampak ramai, hingga tatapannya tertuju pada sosok yang dikenalnya.

Della melihat kakak iparnya itu berlarian, langsung meminta pada sopir taksi untuk berhenti.

"Pak, sini saja. Ini uangnya!" Della keluar terburu-buru.

Wanita itu berpikir jika kakak iparnya pasti butuh bantuan. Melihat ke arah mana pria yang dikejar oleh Susan berlari, Della memutuskan ambil jalur lain.

Saat berada di gang sempit, pria tadi terlihat berhenti karena melihat Della yang sudah berkacak pinggang menghadang jalannya. Sedangkan Susan yang melihat keberadaan Della pun tampak tersenyum senang.

"Mau ke mana kamu?!" Susan berjalan mendekat ke arah Dimas.

"Kalian kira karena berdua aku akan takut, hah!" bentak Dimas yang wajahnya masih tertutup masker dengan penutup kepala.

"Memangnya karena kamu pria, kami akan takut, hah!" bentak Della balik. "Kalau suruh nginjak pabrik bibit lele mu pun aku sanggup!" imbuh Della yang membuat Dimas tiba-tiba merasa ngeri sampai menelan saliva.

Dimas menengok ke bawah di mana pabrik benih lelenya berada setelah mendengar bentakkan Della. Della dan Susan yang sadar jika Dimas tidak fokus dan siaga pun langsung bergerak cepat. Della menarik kedua tangan Dimas, kemudian menguncinya ke belakang tubuh lalu menjatuhkan tubuh Dimas ke tanah. Bak adegan action, satu lutut Della bertumpu pada punggung Dimas hingga membuat pemuda itu memekik karena sakit.

"Mau menantang kami, hah! Mau aku hancurkan pabrik lelemu, hah!" ancam Della.

Susan yang mendengar kata bar-bar yang dikeluarkan oleh adik tirinya itu pun hampir meledakkan tawa, tapi mencoba menahannya karena ini adalah bukan waktunya bercanda.

Susan tampak berjongkok di depan Dimas, membuka masker dan penutup kepala yang dikenakan pemuda itu. Kini wajah Dimas terlihat jelas, tampan dan manis.

"Wah, kamu tampan juga," celetuk Della yang memang mulutnya tidak bisa direm.

"Apa dia mencopetmu?" tanya Della pada Susan. Wanita itu tidak tahu duduk permasalahannya dan asal ikutan mengejar saja.

"Tidak, tapi dia hampir membuatku masuk rumah sakit," jawab Susan dengan tatapan tajam yang mengarah pada Dimas.

"Apa? Kurang ajar! Mau macam-macam kamu!" Della menarik keras lengan dan semakin menekan lututnya yang berada di atas punggung Dimas.

"Aghh!!" pekik Dimas kesakitan. "Sial! Wanita itu kenapa tenaganya sangat kuat!" gerutu Dimas dalam hati.

"Katakan padaku! Apa wanita itu yang menyuruhmu? Di mana aku bisa mencarinya?" tanya Susan. Susan sudah tahu kalau Kanaya datang ke rumah tangan kanannya dan mengancam, hingga membuat Susan meradang, karena tak hanya mengincar dirinya tapi Kanaya juga mencelakai orang lain.

"Ck ... apa kalian pikir aku akan mengatakannya?" Dimas seakan tidak takut, malah balik menatap tajam manik mata Susan.

"Hoi! Tinggal jawab susah amat! Aku hancurin pabrik lelemu, mau!!" ancam Della seraya menekan lututnya lagi.

Dimas memekik lagi, lalu dia pun berteriak, "Kamu ini wanita apa pria! Kenapa kasar sekali!"

"Makanya ngomong! Aku bisa lebih sadis dari ini, mantan suamiku aja ampun-ampun aku injak pabriknya, kalau kamu tidak mau menjawab pertanyaan kakakku, maka aku injak beneran ini!" ancam Della lagi.

"Injak saja, tapi aku tidak akan bicara!" Dimas masih tidak mau menjawab pertanyaan Susan dan malah menantang Della.

"Oh, kamu menantangku. Bagus! Mumpung aku pakai high heels, ini akan permanen sampai akhir hayatmu!" ancam Della menakut-nakuti.

Dimas menelan saliva, tidak berpikir jika Della akan melakukannya. Namun, perkiraan Dimas salah, Della mengikat tangannya dengan tali selempang tas lalu membalikkan tubuhnya, dia sudah tersenyum sadis dengan mengangkat satu kaki.

Susan memalingkan wajah dengan menahan tawa. Dimas sudah tampak ketakutan dengan wajah yang begitu pucat.

"Aghhh!! Jangan! Aku masih perjaka dan masih ingin punya keturunan! Aku akan bicara!" teriak Dimas yang membuat Della menurunkan kakinya.

Susan benar-benar menahan tawa. Della membelalakkan mata tidak percaya dengan apa yang diteriakkan pria tadi.

"Hah, perjaka! Tidak meyakinkan," seloroh Della.

"Jangan menghina! Aku benar-benar masih perjaka!" teriak Dimas tidak terima dengan ketidakyakinan Della.

Susan menepuk pipi pria tadi yang berbaring menatap Della hingga akhirnya melirik Susan yang berada di atasnya.

"Katakan, di mana dia!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status