Share

Malam Panas

Setibanya Devin dan Alena di apartemen. Mereka berdua pun melakukan kegiatan panas  sampai jam 04.00 pagi, baru berhenti. Mereka berdua tertidur karena sudah terlalu capek. Alena berada di pelukan Devin yang terasa sangat nyaman.

Waktu sudah menunjukkan pukul 12.00 siang, Alena terbangun karena merasakan ada yang menimpa pinggangnya. Alena mengerjapkan matanya   perlahan. Ia melihat dada bidang yang begitu nyaman. Alena pun mendongakkan wajahnya ke atas dan ia mengingat-ingat, siapa laki-laki ini dan kenapa ia bisa tidur di kamarnya.

Alena pun teringat bahwa yang berada di sampingnya ini cowok aneh kemarin. Kemudian, ia beralih melihat tubuhnya yang berada di dalam selimut.

Satu detik.

Dua detik.

Tiga detik.

“Aaarggh,” teriak Alena. Devin yang terganggu tidurnya karena ada suara teriakan pun  terbangun.

“Berisik banget, sih,” ucap Devin sambil meregangkan badannya.

“Apa yang lo lakuin ke gue tadi malam? Dan, ini jam berapa? Gawat, gue telat masuk kerja,” ucap Alena panik saat melihat jam di HP-nya sudah menunjukkan pukul 12.00 siang.

“Kita semalam melakukan kegiatan panas dan tentunya kamu juga menikmatinya,” ucap Devin dengan santai.

“Hah ... itu tidak mungkin, kan?” tanya Alena.

“Mungkin ... dan ternyata kamu masih perawan,” ucap Devin.

“Kenapa kamu tega lakuin itu? Kamu udah mengambil mahkota yang selama ini aku jaga,” ucap Alena sambil terisak. Air matanya jatuh berderai. 

Devin yang melihat Alena menangis pun menjadi merasa berasalah. Sial! Ini gara-gara obat perangsang sialan. Siapa yang menaruh obat itu ke dalam minumannya.

Devin pun langsung memeluk Alena dan menenangkannya. “Gue akan tanggung jawab apa yang sudah gue lakuin ke kamu,” ucap Devin.

Alena pun melepaskan pelukannya. “Tidak perlu! Anggap saja kita tidak pernah melakukannya dan tidak pernah saling ketemu sebelumnya ataupun saling kenal. Lebih baik, kamu pergi sekarang dari apartemenku,” ucap Alena.

Devin pun memakai pakaian, lalu ia pergi dari apartemen Alena, meninggalkan Alena yang masih menangis. Sebenarnya, Devin masih ingin menenangkan Alena, tetapi Alena terus mengusirnya. Devin lebih baik mengalah dan meninggalkan Alena sendiri.

Alena turun dari ranjangnya dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Alena memenuhi air di bathub dengan air hangat. Ia ingin berendam. Alena menyebur ke dalam bathub yang sudah terisi air penuh. Ada rasa perih di area intimnya, serta badannya terasa remuk.

Setelah selesai mandi, Alena mengenakan dress. Ia segera menelepon temannya. “Hallo, Neta! Maaf, hari ini gue nggak masuk kerja. Izinin gue ke Bos, ya,” ucap Alena.

“Hah, lo kebiasaan, Ale. Udah dari tadi pagi gue izinin. Ini udah jam berapa baru nyuruh izinin?” tanya Aneta dari seberang telepon.

“Makasih, ya. Lo emang sahabat gue yang paling the best, deh, pokoknya,” ucap Alena.

“Iya, tapi ngomong-ngomong, lo kenapa, kok, bisa nggak masuk kerja?” tanya Aneta.

“Ceritanya panjang, Neta. Nanti, pas gue masuk kantor, gue bakal ceritain semuanya. Ya udah, gue matiin, ya,” ucap Alena lalu langsung mematikan HP-nya. Setelah itu, Alena ke dapur mencari makanan dan satu gelas jus jeruk, ia bawa ke ruang tamu. Alena menghidupkan TV.

**

Devin yang baru saja sampai rumahnya langsung menuju ke kamarnya. Di kamar bercat abu-abu yang begitu luas, Devin masih memikirkan apa yang selanjutnya harus ia lakukan. Devin benar-benar pusing memikirkan ini. 

Kenapa bisa ada obat perangsang di minumannya? Siapa yang menaruhnya? Devin berpikir, apa ini ulah Kevin dan Alvin, dua temannya yang suka resek?

Kalau benar iya, Devin harus memberi pelajaran untuk mereka berdua. Tiba-tiba pintu kamar Devin terbuka dan muncullah mamanya dari balik pintu.

“Mama,” ucap Devin.

“Devin, kamu dari mana aja, dari semalam kamu nggak pulang?” tanya Stevani. Stevani pun menutup pintu kamar Devin dan berjalan mendekati Devin lalu duduk di tepi ranjang.

“Itu, Ma ... tadi malam, Devin tidur di rumah teman Devin, Ma. Maaf, lupa kasih kabar ke Mama,” ucap Devin sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia bingung mau jawab apa. Tidak mungkin juga, kan, Devin menjawab bahwa semalam ia tidur di tempat cewek dan melakukan hubungan intim. Bisa-bisa mamanya marah besar lagi.

“Lain kali, kamu harus kasih kabar, Dev. Jangan bikin Mama khawatir,” ucap Stevani.

“Iya, Ma, Maaf, ya! Lain kali, Devin bakal kasih kabar ke Mama,” ucap Devin sambil memeluk mamanya.

“Dasar, anak nakal. Sekarang, anak Mama yang laki-laki ini, sudah dewasa, ya. Ya, udah. Yuk, kita ke bawah, makan siang! Mama udah siapin makanan kesukaan kamu,” ucap Stevani. Devin pun melepaskan pelukannya dan mamanya mengajak keluar kamar untuk  ke bawah.

Di meja makan, sudah ada papa Devin yang menunggunya. Devin pun duduk di kursi dekat papanya.

“Papa! Papa tumben nggak ke kantor?” tanya Devin.

“Papa lagi nggak enak badan, Dev. harusnya Papa yang bertanya begitu,” ucap Abraham.

“Maaf, Pa. Devin lupa kalau hari ini harus ke kantor,” ucap Devin sambil menyuapkan makanannya ke mulutnya.

“Ya, sudah, nggak apa-apa.  Papa masih bisa handle, tapi besok kamu harus masuk kantor,” ucap Abraham.

“Siap, Pa,” ucap Devin.

Selanjutnya, mereka melanjutkan makan siang dengan hening, yang terdengar hanya suara piring dan sendok yang saling beradu.

Setelah selesai makan siang, Devin balik ke kamarnya lagi untuk beristirahat. Devin merasakan badannya yang begitu sangat lelah dan harus segera diistirahatkan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status