Setelah terdengar siulan keras itu, melesat satu sosok bayangan putih ke arah Sentana. Melihat serangan yang sangat cepat itu, Sentana menghindar sambil lepaskan serangan Jarum Setan ke arah bayangan putih itu. Namun semua jarum itu mental terkena pukulan tangan kosong yang pendekar berbaju putih itu lancarkan.
Sosok berbaju putih itu berdiri tegak membelakangi Dewi Mentari. Gadis itu dengan samar melihat satu sosok pemuda gondrong dengan ikat kepala biru. Pandangan nya makin terasa kabur hingga akhirnya diapun pingsan. Pemuda yang tak lain adalah Jaka Geni Pendekar Tangan Gledek menoleh ke arah gadis di belakangnya. Sesaat dia terpana melihat kecantikan gadis itu."Hei pemuda sial! Kau menghalangi kami apakah kau pikir bisa pergi hidup-hidup dari sini!?" teriak Sentana marah. Jaka Geni hanya tertawa mengejek."Heh orang bercadar entah laki entah perempuan! Apa yang akan kau lakukan pada gadis yang sudah tak berdaya ini!?" ejek Jaka membuat Sentana merasaJaka Geni kembali ke tempat putri Maharani mandi. Dia celingukan ketika putri yang dicarinya tidak ada. "Kemana dia? Tidak mungkin dia pergi sambil telanjang bukan?" batin pemuda itu sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Jaka merenung sejenak sambil duduk di tepi sungai. Saat itulah, dia melihat jejak kaki yang terlihat samar di atas rumput. Tanpa pikir lama, Jaka segera menelusuri jejak itu. "Jejak ini jelas bukan kaki putri Maharani. Ada orang yang telah menculiknya!" Jaka mengepalkan tinjunya. Dia geram setelah sadar bahwa pencuri pakaian putri itu hanyalah akal bulus untuk mengalihkan perhatiannya. Tujuan utama mereka adalah menculik putri Maharani. "Akan kuberi perhitungan orang-orang gila ini!" gerutu Jaka sambil terus menyusuri jejak kaki yang mengarah ke hutan. Perlahan mata Maharani terbuka. Dilihatnya banyak wanita yang terkurung di penjara kayu. Mereka semua dirantai. Dia pun melihat dirinya yang dirantai. Bahkan semua wanita yang kurung disitu tak ada yang mem
Kota kerajaan Sigaluh terlihat ramai. Banyak pendekar berjubel di pintu gerbang ingin masuk ke dalam kerajaan. Kabarnya, Raja Rama akan mengadakan sayembara di kerajaan dengan hadiah yang mewah. Kabar gembira ini tersebar hingga ke kerajaan lain. Dari Kerajaan Banyu Emas, Kerajaan Gunung Pati, Kerajaan Selatan, Kerajaan Kartasura dan banyak lagi kerajaan lainnya. Sayembara ini adalah adu kekuatan fisik di babak penyisihan, hingga adu kanuragan di babak akhir. Nantinya dari empat peserta teratas, di ijinkan mencoba mencabut pedang legendaris yang namanya di rahasiakan oleh kerajaan. Jaka Geni, putri Maharani dan Gondo Sula yang tengah makan di sebuah kedai mendengar kabar itu dari para pengunjung kedai. Mereka ramai membicarakan hadiahnya. Katanya, pemenangnya akan di nikahkan dengan putri pertama Raja. Mendengar itu, Jaka dan Maharani saling berpandangan. Gondo Sula sibuk makan dengan lahapnya. "Bagaimana ini putri? Romo mu mengadakan sayem
Brojo Mukti alias Pengemis Gila atau yang biasa dipanggil Ki Brojo, berhenti di tebing jurang dimana ada goa tempat dia bersembunyi dulu. Semua yang melihatnya terkejut. Bahkan Nyai Laras langsung menerjang ke arahnya. "Siapa kau orang gila!?" hardik Nyai Laras. Ki Brojo menatap wanita yang ada didepannya dengan terheran-heran. "Nyai, apa tak kita tangkap saja orang ini? Takutnya dia orang suruhan pemberontak!" kata Arya Kartajaya dengan tatapan matanya yang penuh selidik. Nyai Sari, Kinasih dan Anggita pun setuju. Namun mereka terkejut melihat Nyai Laras yang justru perlahan mendekati lelaki gembel yang ada di depannya itu. Matanya pun terlihat hampir menangis. Ki Brojo tersenyum lebar. Semua tak menyangka dengan sifat Nyai Laras yang tiba-tiba terlihat bahagia. Ki Brojo pun mendekat, saat tepat di hadapan Nyai Laras, tiba-tiba wanita itu memukul dada Ki Brojo cukup keras. Tak pelak lagi, tubuh lelaki ge
Resi Sumbing merasa tidak asing dengan orang yang duduk di atas pondok itu. Jelas sekali, dia bukan pendekar yang dipikirkan olehnya. Tapi dia seolah pernah mengenalnya. Raden Mandala terkejut melihat orang yang tidak sopan tersebut. "Hei, bukankah kau Si Pengemis Gila yang kami temui di bawah sana!?" tanya Raden Mandala kesal dan marah kepalanya kena lemparan kulit jambu. Namun anehnya dia tak langsung menyerang orang aneh itu. Wujud orang ini gondrong semrawut dengan cambang dan jenggot yang lebat. Bajunya banyak tambalan dan bau tubuhnya menyengat hingga ke tempat dimana Resi Sumbing dan Raden Mandala berada. Tanpa mengacuhkan omongan Raden Mandala, orang yang di juluki Pengemis Gila itu meloncat dari atas pondok dan mendarat tepat di hadapan Resi Sumbing. Sesaat orang itu memperhatikan Resi yang tengah terluka. "Orang tua, lukamu cukup parah. Bagaimana pemuda seperti dia ini dipanggil seorang Raden!? Sedangkan senangnya menindas orang
Malam di Puncak Sumbing... Resi Sumbing membuka matanya yang telah terlelap beberapa saat. Telinganya yang tajam mendengar gerakan-gerakan halus. Senyum tawar menghiasi bibirnya yang terlihat pucat. Padepokan Sigaluh terlihat lengang. Sangat sepi karena para murid Padepokan telah pergi ke tempat persembunyian. Hanya ada Resi Sumbing yang menjaga padepokan sendirian. Dengan cepat Resi melesat ke arah atap ruangannya. Dia pun melihat banyak orang bergerak ke arah padepokan. Dari berbagai arah, melesat puluhan orang masuk ke dalam padepokan. Mereka terlihat seperti mencari-cari sesuatu dengan mendobrak semua pintu pondok di padepokan. Namun mereka tak menemukan apapun. "Cari dan bunuh jika ketemu. Sepertinya mereka belum begitu jauh dari sini!" ucap salah satu orang yang menggunakan blangkon. Terlihat dia adalah seorang bangsawan. Mata Resi tak berkedip menatap orang yang memakai blangkon itu.
Jaka alirkan tenaga dalamnya di ujung jari telunjuknya. Dia kerahkan ilmu pengobatan Agni Maya. Jarinya dengan cepat menotok leher Gondo Sula. Terdengar suara si botak yang menahan rasa sakit luar biasa. Dengan cepat, Jaka mencabut dua belati yang menempel di dada sebelah kanan si botak itu. Maharani hanya bisa melihat dengan perasaan waswas. Namun dia percaya pada Jaka. Jaka mengambil pedang besar milik Gondo. Dia dekatkan pedang itu ke luka Gondo. Lalu dengan sedikit tekanan, ujung pedang menusuk daging Gondo tepat di sebelah luka yang menganga. Terdengar suara erangan kesakitan dari pria botak itu. Maharani terkejut pemuda itu melakukan hal gila. Dia ingin menahan perbuatan Jaka yang dianggapnya akan membunuh Gondo. Namun Gondo melambaikan tangan agar Maharani tak mendekat. Jaka mengalirkan tenaga dalam Agni Maya ke pedang hitam itu. Ajaibnya, pedang itu sedikit bercahaya biru. Dan warna hijau di kulit Gondo tersedot ke ujung