Share

Cepatlah Punya Anak Laki-laki

Author: Falisha Ashia
last update Last Updated: 2025-05-25 18:53:35

Asmaran menyadari jika Rajendra bukan orang biasa-biasa saja. Pasti ada sesuatu yang spesial dari dirinya, sesuatu yang melampaui pemahaman manusia biasa.

Kemampuan pedang itu untuk menyala hanya di tangan Rajendra, dan aura keemasan yang terpancar, semua itu adalah tanda-tanda yang jelas.

Rajendra menoleh ke arah Surapati, sebuah tatapan yang penuh makna.

Surapati mengerti. Inilah saatnya kebenaran diungkap. Ia pun menjelaskan kepada Asmaran, suaranya tenang namun penuh otoritas.

"Asmaran, yang berdiri di hadapanmu ini bukanlah orang biasa. Dia adalah Pangeran Rajendra, pewaris takhta dari Kerajaan Bharaloka,” ungkap Surapati.

Sontak saja Asmaran terkejut, seperti disambar petir di siang bolong. Mata yang tadinya terbelalak kini semakin lebar, hampir keluar dari rongganya.

"Apa? Pangeran?" Ia mengulang kata itu, seolah tak percaya telinganya sendiri.

Sebuah gelar yang begitu agung, sebuah status yang tak terjangkau, kini berada di hadapannya.

"Pantas saja, sejak pertama kali saya mel
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Cepatlah Punya Anak Laki-laki

    Asmaran menyadari jika Rajendra bukan orang biasa-biasa saja. Pasti ada sesuatu yang spesial dari dirinya, sesuatu yang melampaui pemahaman manusia biasa.Kemampuan pedang itu untuk menyala hanya di tangan Rajendra, dan aura keemasan yang terpancar, semua itu adalah tanda-tanda yang jelas.Rajendra menoleh ke arah Surapati, sebuah tatapan yang penuh makna.Surapati mengerti. Inilah saatnya kebenaran diungkap. Ia pun menjelaskan kepada Asmaran, suaranya tenang namun penuh otoritas."Asmaran, yang berdiri di hadapanmu ini bukanlah orang biasa. Dia adalah Pangeran Rajendra, pewaris takhta dari Kerajaan Bharaloka,” ungkap Surapati.Sontak saja Asmaran terkejut, seperti disambar petir di siang bolong. Mata yang tadinya terbelalak kini semakin lebar, hampir keluar dari rongganya."Apa? Pangeran?" Ia mengulang kata itu, seolah tak percaya telinganya sendiri.Sebuah gelar yang begitu agung, sebuah status yang tak terjangkau, kini berada di hadapannya."Pantas saja, sejak pertama kali saya mel

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Pedang Mengetahui Tuannya

    Ledakan kecil itu menghempaskan Rajendra, Asmaran, dan Surapati. Udara dipenuhi aroma logam panas dan asap yang menyengat. Panas dari tungku seperti gelombang neraka, menjilat kulit mereka. Namun, di tengah kekacauan itu, sesuatu yang lebih aneh terjadi.Api di dalam tungku, yang tadinya merah menyala, perlahan mulai berubah warna. Dari merah bara yang familiar, ia bergeser menjadi keemasan berpendar, sebuah warna yang belum pernah terlihat di tungku penempaan biasa.Cahaya aneh itu berputar di dalam tungku, seperti ada sesuatu yang hidup, sesuatu yang terbangun di dalamnya. Sebuah aura misterius menyelimuti area itu, membuat bulu kuduk berdiri."Besi itu ... mungkinkah berubah?" bisik Asmaran, suaranya berat, matanya terpaku pada fenomena di dalam tungku.Sebagai pandai besi yang telah menghabiskan seumur hidupnya dengan logam, ia belum pernah menyaksikan hal semacam ini. Ini adalah anomali, sebuah keajaiban yang melampaui pemahamannya.Asmaran bangkit berdiri, mengabaikan rasa panas

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Membuat Pedang

    Rajendra melangkah, menapaki jalur setapak yang berkelok-kelok di antara rimbunnya pohon.Di sisinya, Asmaran berjalan dengan langkah mantap, sementara Surapati mengiringi di belakang, matanya yang tajam mengawasi sekeliling, memastikan keamanan Sang Pangeran. Udara hutan bambu yang segar mengisi paru-paru Rajendra, membersihkan sisa-sisa kepenatan malam."Asmaran," Rajendra memulai, suaranya mengalun tenang, namun mengandung bobot yang tak terbantahkan, "Surapati adalah orang yang paling penting di kelompokku. Ini tidak mengurangi kadar kepentinganmu bagiku."Rajendra menoleh, menatap mata Asmaran dengan tulus. "Tapi Surapati telah lama mengabdi bersamaku, setia sejak kami masih berjuang di bawah bayang-bayang kehancuran. Dan dia adalah pemimpin kelompok yang akan menjadi pemimpinmu juga. Berada di bawahku secara langsung.”“Jadi, aku minta kerja samamu dengannya, menghormati dan menuruti perintah Surapati dalam hal-hal teknis pasukan dan pengelolaan. Dia adalah perpanjangan tanganku

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Permainan Panas

    Ciuman Rangga semakin panas, melumat bibir Larasati dengan gairah yang membara.Namun, kesadaran Larasati masih sedikit tersisa. Dengan sisa tenaga, ia menarik kepalanya, memutus ciuman yang memabukkan itu."Rangga, apa yang kamu lakukan?" Suara Larasati bergetar, setengah panik, setengah terkejut dengan gairah yang tiba-tiba meluap di antara mereka. "Aku … aku istri tuanmu!"Rangga menatap Larasati dengan mata memerah, hasrat membara di dalamnya."Maaf, Nyai," ucap Rangga dengan suaranya serak. "Aku hanya … tidak sanggup melihat kecantikan Nyai. Dan bibir Nyai … sungguh sangat menggoda."Rangga mendekat lagi, seolah ingin melanjutkan ciuman yang terputus.Pipi Larasati memerah. Kata-kata Rangga, meskipun terkesan lancang, entah mengapa tidak membuatnya marah. Justru, ada semacam perasaan aneh yang bergejolak di dadanya.“Ya sudah, keluar sana," katanya, berusaha terdengar tegas. "jangan sampai Juragan Suryakusuma tahu."Namun, gairah Rangga tak semudah itu padam. Ia tahu, ini adalah

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Kehangatan Dari Pria Lain

    Wira, dengan langkah tergesa-gesa dan senyum licik tersungging di bibirnya, langsung menuju kediaman Suryakusuma. Pikirannya dipenuhi gambaran roti Rajendra yang ludes diserbu pembeli, membakar cemburu di hatinya. Ia tahu, kabar ini akan menjadi bahan bakar sempurna untuk membakar amarah sang juragan.Setibanya di rumah megah itu, Wira menemukan Suryakusuma sedang menikmati roti di halaman depan, bersantai di bawah pohon rindang."Selamat pagi, Juragan!" ucap Wira, suaranya dibuat seramah mungkin, menyembunyikan niat busuknya.Suryakusuma, yang sedang asyik mengunyah, hanya menyahut malas, "Hmm … ada apa, Wira? Pagi-pagi sudah datang, ada masalahkah?"Mata Wira tak lepas dari genggaman Suryakusuma. Sebuah senyum tipis merekah di wajahnya saat ia melihat roti itu."Juragan, darimana Anda mendapatkan roti itu?" tanyanya, nadanya dibuat seolah-olah penasaran, padahal ia sudah tahu jawabannya.Suryakusuma mengangkat roti di tangannya, menunjukkan pada Wira. "Oh, yang kamu maksud makanan i

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Keributan Saat Antri Roti

    Warga yang kecewa mayoritas adalah para warga yang merasa satu buah roti tidak cukup untuk mengenyangkan perut mereka. Dan ada juga asisten rumah tangga yang disuruh oleh majikannya membeli roti dalam jumlah besar."Kami membeli lebih karena enak dan ingin makan lebih agar kenyang!" seru seorang warga, suaranya dipenuhi kekecewaan. Wanita itu menatap Rajendra dengan tatapan memohon, berharap Rajendra bisa mengubah keputusannya."Tuan, bagaimana dengan saya? Majikan saya menyuruh saya untuk membeli sepuluh buah roti. Kalau tidak dapat, saya bisa dimarahi!" ucap seorang asisten rumah tangga dengan wajah panik. Ini bukan hanya masalah perutnya, tapi juga pekerjaannya."Saya juga ingin memberikan kepada kerabat yang ada di desa sebelah," timpal warga lain, mencoba peruntungan. "siapa tahu mereka mau membeli dan saya bisa dapat untung, Tuan!"Namun, di tengah kericuhan itu, ada juga suara yang mendukung keputusan Rajendra."Saya senang, Tuan! Dengan begitu saya bisa kebagian roti! Kalau d

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Visi Besar

    "Sebagai seorang pendatang, sudah barang tentu, melatih ilmu beladiri adalah sesuatu yang tidak biasa. Tidak mungkin jika tidak ada alasannya," batin Asmaran, menanti jawaban Rajendra.Rajendra tersenyum tipis, matanya memancarkan kebijaksanaan."Aku melatih mereka semua karena mereka sendiri yang memintaku, Asmaran. Mereka tertarik setelah melihat teman-temanku itu berlatih ilmu beladiri." Rajendra menjeda, membiarkan kalimat pertamanya meresap."Dan alasan kedua, desa ini mayoritas penduduknya adalah wanita dan anak-anak, jadi mereka relatif lemah. Oleh karena itu, aku ingin para pria bisa melindungi desa ini dengan tangan dan kekuatan mereka sendiri,” lanjutnya.Asmaran mengangguk-angguk, paham dengan penjelasan dari Rajendra. Alasan itu sungguh masuk akal, bahkan mulia. Sebuah prinsip yang kuat, yang tak pernah ia temukan pada pemimpin lain."Niatmu baik sekali, Tuan. Semoga kamu diberi keberuntungan selalu di dalam hidup," ucap Asmaran tulus, sebuah pujian yang jarang keluar dari

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Semakin Kagum

    "Asmaran, ada apa?" tanya Tama, suaranya dipenuhi kecemasan. Tama melihat raut wajah Asmaran yang begitu tegang, mata elangnya menatap lurus ke depan, seolah melihat sesuatu yang tak kasat mata. "Apa yang kamu lihat?"Suasana itu terasa begitu mencekam. Udara pagi yang seharusnya sejuk, kini terasa berat dan dingin.Para penjaga lainnya ikut merasakan ketegangan, menatap Asmaran dengan pandangan bertanya-tanya.Secara perlahan, tatapan Asmaran berangsur normal, lalu ia menatap Tama dengan ekspresi datar.“Ada apa?" tanya Tama lagi, mengulangi pertanyaannya."Aku merasakan ada sesuatu yang berbeda," jawab Asmaran, suaranya tenang namun mengandung firasat. "suhu udara terasa berbeda dari biasanya."Tama dan yang lainnya mengerutkan kening, mencoba merasakan perbedaan suhu cuaca. Namun, bagi mereka, udara pagi ini terasa sama saja, sama-sama dingin.“Aku sih, merasakan dingin. Sama seperti malam kemarin," kata Tama seraya menggosok-gosokkan lengannya.Asmaran menggelengkan kepalanya. "I

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Roti Yang Sempurna

    Wira melangkah keluar rumah, hidungnya kembang kempis mengendus udara. Aroma wangi yang menggugah selera itu semakin kuat, menuntunnya lurus ke arah dapur rumah Rajendra.Langkahnya terhenti di ambang pintu, keraguan melintas di benaknya."Apakah benar mereka yang memasak? Tapi … bukankah mereka bukan saudagar? Bahkan Rajendra sendiri yang bilang kalau dia tidak punya uang sampai mau menjadi penjaga keamanan desa," gumam Wira, bingung.Pikirannya berputar, mencoba memahami bagaimana aroma selezat itu bisa berasal dari rumah orang yang mengaku tak berharta.Wira mengendus lagi, memastikan. Tak ada keraguan, aroma lezat itu memang berasal dari rumah Rajendra.Rasa penasaran mengalahkan keraguan, dan Wira pun akhirnya mendekat, mengintip dari celah dapur yang terbuat dari kayu.Di dalam dapur, suasana penuh semangat. Kirana dan Ranjani sudah tiba, mata mereka berbinar-binar mencium aroma yang memenuhi ruangan.“Yang Mulia, ini harum sekali, lebih harum dari kemarin!” seru Kirana, wajahny

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status