Share

Mencari Jejak

Author: Falisha Ashia
last update Last Updated: 2025-06-01 20:27:29

Mendengar jika Rajendra akan mengejar Dahana, wajah Suryakusuma langsung memerah padam. Ini adalah pukulan telak bagi rencana yang sudah ia susun secara matang, sebuah ambisi yang kini terancam terbongkar.

Suryakusuma mencoba menenangkan diri, namun nada suaranya tak bisa menyembunyikan kemarahannya.

"Itu percuma, Rajendra!" seru Suryakusuma, suaranya sedikit meninggi, berusaha mengalihkan perhatian warga yang kini menatapnya penuh curiga. "Kepala desa sudah mati! Itu sudah jelas! Mengejar pun tidak akan ketemu! Hanya membuang-buang waktu dan tenaga!"

Rajendra menatap Suryakusuma dengan tajam, matanya memancarkan cahaya dingin yang membuat nyali Suryakusuma sedikit menciut. Ia tidak lagi bicara dengan nada diplomatis dan lembut.

"Juragan Suryakusuma," kata Rajendra, suaranya kini sedikit keras, menusuk. "Kau terlalu pesimis. Atau ... kamu memang sengaja?"

"Apa maksudmu?! Jangan menuduh sembarangan!" Suryakusuma meledak, menunjuk ke arah Rajendra dengan jari gemetar.

Ia mencoba mempert
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Pertarungan Melawan Para Penghalang

    Ketiga orang misterius itu, dengan penutup wajah yang menyembunyikan identitas mereka, langsung bersiap. Aura berbahaya terpancar kuat dari tubuh mereka. Mereka memasang kuda-kuda kokoh, sorot mata yang terlihat dari celah cadar begitu tajam, memancarkan niat membunuh yang tak terbantahkan. Mereka adalah prajurit terlatih, atau mungkin, lebih dari itu.Seorang pria, yang tampaknya menjadi pemimpin mereka dan mengenakan pedang panjang di punggungnya, melangkah maju.Suara pria itu serak dan dingin, "Jangan berpikir kamu akan menang. Kami bukanlah orang sembarangan. Sudah puluhan orang mati di tangan kami. Kau hanyalah penguasa desa yang lemah, tak lebih."Rajendra menyeringai. Senyum tipis yang penuh percaya diri, bahkan sedikit ejekan, muncul di bibirnya. Dia tidak butuh omong kosong seperti itu. Di dunia modern, hal seperti ini disebut "pep talk" untuk menakuti lawan, tapi bagi Rajendra, itu hanya buang-buang waktu."Aku berikan kesempatan terakhir untuk kalian menyerah," ucap Rajend

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Serangan Mendadak

    Pujian dari Tama yang menyebutnya sebagai "orang terpilih", bahkan dengan tambahan "Sang Hyang memberikan Yang Mulia kebesaran dan kemuliaan yang melampaui batas manusia biasa," adalah pujian tertinggi yang pernah diterima oleh jiwa Raka.Meskipun kini ia berada di dalam tubuh Rajendra, perasaan yang muncul dari dalam dirinya tetaplah sama: sebuah kehangatan yang menjalar, diikuti oleh gejolak energi spiritual yang tak kasat mata. Ini adalah bentuk pengakuan yang tulus, bukan sekadar sanjungan kosong.Namun, Rajendra dengan cepat menyadari. Ia tidak boleh terlena dengan pujian, betapapun tulusnya itu. Ia tidak ingin jatuh seperti seorang Fir'aun yang ia kenal ceritanya di zaman modern, seorang penguasa yang tenggelam dalam kesombongan hingga menganggap dirinya dewa."Ayo kita langsung bergerak!" seru Rajendra, memecah keheningan yang menyelimuti mereka. "waktu kita terbatas. Setiap detik yang kita buang bisa berarti nyawa Kepala Desa."Setelah itu, mereka pun mengikuti ke mana batang

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Pemberian Dari Sang Hyang

    "Ada apa, Nyai?" tanya Rajendra, nadanya ramah, sedikit terkejut melihat kehadiran Anindya di tengah malam, apalagi dengan penampilan yang begitu menawan.Anindya tersenyum malu-malu, kemudian memperkenalkan pria tinggi besar di sampingnya. Pria itu berbadan besar bukan karena otot, melainkan karena lemak, namun pakaian sutra mewahnya menunjukkan statusnya yang tinggi."Ini adalah suami saya, Tuan Rajendra. Namanya Manadipa. Beliau baru saja pulang dari berdagang di pusat kerajaan,” ucap Anindya.Rajendra dengan sangat ramah menatap Manadipa, mengangguk hormat. Manadipa membalas dengan senyum dan mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan."Perkenalkan, nama saya Manadipa," ucap pria itu, suaranya berat namun lembut."Senang bisa bertemu denganmu, Tuan Manadipa," ucap Rajendra, menjabat tangan Manadipa dengan erat. "perkenalkan, namaku adalah Rajendra."“Saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, Tuan Rajendra, atas kebaikan Anda yang tak terhingga. Terima kasih sudah

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Mencari Jejak

    Mendengar jika Rajendra akan mengejar Dahana, wajah Suryakusuma langsung memerah padam. Ini adalah pukulan telak bagi rencana yang sudah ia susun secara matang, sebuah ambisi yang kini terancam terbongkar.Suryakusuma mencoba menenangkan diri, namun nada suaranya tak bisa menyembunyikan kemarahannya."Itu percuma, Rajendra!" seru Suryakusuma, suaranya sedikit meninggi, berusaha mengalihkan perhatian warga yang kini menatapnya penuh curiga. "Kepala desa sudah mati! Itu sudah jelas! Mengejar pun tidak akan ketemu! Hanya membuang-buang waktu dan tenaga!"Rajendra menatap Suryakusuma dengan tajam, matanya memancarkan cahaya dingin yang membuat nyali Suryakusuma sedikit menciut. Ia tidak lagi bicara dengan nada diplomatis dan lembut."Juragan Suryakusuma," kata Rajendra, suaranya kini sedikit keras, menusuk. "Kau terlalu pesimis. Atau ... kamu memang sengaja?""Apa maksudmu?! Jangan menuduh sembarangan!" Suryakusuma meledak, menunjuk ke arah Rajendra dengan jari gemetar.Ia mencoba mempert

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Terlalu Cepat, Terlalu Rapi

    Rajendra baru saja masuk ke dalam kamarnya, niat hati ingin merebahkan diri. Namun, belum sempat ia rebahan, telinganya menangkap suara langkah kaki tergesa-gesa di luar rumah, diikuti oleh sapaan panik Sarta yang disambut oleh suara berat Paman Surapati.Firasat buruk yang tadi mengganggu pikirannya, kini terasa begitu kuat, menjeritkan bahaya yang tak terelakkan.Rajendra buru-buru keluar kamar, langkahnya cepat. Ia melihat Sarta berdiri dengan wajah pucat di depan pintu, dan Surapati di sampingnya, ekspresi serius terpancar jelas di wajahnya."Ada apa, Sarta?" tanya Rajendra, suaranya dipenuhi kecemasan yang tak bisa disembunyikan.Suara langkah kaki dari kamar sebelah menarik perhatian. Kedua istri Rajendra, Kirana dan Ranjani, keluar kamar, mata mereka dipenuhi rasa penasaran sekaligus kekhawatiran. Mereka bisa merasakan ketegangan yang tiba-tiba menyelimuti suasana.Sarta, dengan napas terengah-engah, akhirnya berhasil mengeluarkan kata-kata."Yang Mulia ... Kepala Desa ... Kepa

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Berjalan Mulus

    Dalam sekejap mata, saat penjaga pertama baru saja mengayunkan tombaknya, Dahana telah lenyap dari pandangan. Bukan menghilang begitu saja, melainkan bergerak dengan kecepatan yang melampaui batas pandang manusia biasa.Dahana kemudian muncul di sisi penjaga itu, seperti hantu yang melayang. Tangannya mencengkeram erat batang tombak yang dipegang oleh penjaga kepala desa, jari-jarinya seolah terbuat dari besi, mengunci gerakan.Dengan tarikan kuat yang tak terduga, Dahana menarik tombak itu ke belakang hingga tubuh lawan terpelanting ke tanah. Kepalanya terbentur keras, suara "duk!" pelan namun mematikan.Tombak direbut paksa dari genggamannya, dan tanpa jeda, dilempar jauh ke dalam kegelapan malam, menancap kuat ke batang pohon di kejauhan.Penjaga kedua, yang sempat teriak terkejut, mengayunkan pedangnya dengan panik. Namun, sebelum senjata itu berayun setengah lingkaran, Dahana sudah berada di hadapannya.Sebuah tendangan kilat menghantam lutut penjaga itu.BUUK! KRAAAK!Suara tula

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status