Share

Peralatan Perang Baru

Author: Falisha Ashia
last update Last Updated: 2025-05-31 14:33:53

Rajendra melangkah lebih jauh, menembus kerapatan hutan bambu yang rimbun di luar batas desa. Semakin dalam ia masuk, semakin aneh.

Perasaan tidak enak, aura dingin yang menusuk, kegelisahan yang tadi menyelimuti hatinya, perlahan mulai memudar. Sebuah kelegaan kecil menyelimuti dirinya, namun juga memicu pemikiran baru.

"Perasaan itu ... sepertinya hanya ada di dalam desa," gumamnya, langkahnya melambat.

Ia menyadari, jika ada sesuatu yang akan terjadi, atau seseorang dengan niat jahat, ia pasti berada di dalam desa Gunung Jaran.

"Jadi, bahaya itu ada di sana," pikirnya.

Rajendra memutuskan jika dia tidak akan berlama-lama di tempat Asmaran. Ia harus menyelesaikan urusannya dengan cepat dan kembali ke desa.

Ia pun mempercepat langkahnya lagi. Tak berapa lama, ia tiba di gubuk kecil tempat Asmaran tinggal. Bau asap dan logam terbakar menyeruak, aroma khas seorang pandai besi sejati.

Asmaran terlihat sedang menempa besi dengan palu besar, percikan api beterbangan di sekelilingnya. Namu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Mencari Jejak

    Mendengar jika Rajendra akan mengejar Dahana, wajah Suryakusuma langsung memerah padam. Ini adalah pukulan telak bagi rencana yang sudah ia susun secara matang, sebuah ambisi yang kini terancam terbongkar.Suryakusuma mencoba menenangkan diri, namun nada suaranya tak bisa menyembunyikan kemarahannya."Itu percuma, Rajendra!" seru Suryakusuma, suaranya sedikit meninggi, berusaha mengalihkan perhatian warga yang kini menatapnya penuh curiga. "Kepala desa sudah mati! Itu sudah jelas! Mengejar pun tidak akan ketemu! Hanya membuang-buang waktu dan tenaga!"Rajendra menatap Suryakusuma dengan tajam, matanya memancarkan cahaya dingin yang membuat nyali Suryakusuma sedikit menciut. Ia tidak lagi bicara dengan nada diplomatis dan lembut."Juragan Suryakusuma," kata Rajendra, suaranya kini sedikit keras, menusuk. "Kau terlalu pesimis. Atau ... kamu memang sengaja?""Apa maksudmu?! Jangan menuduh sembarangan!" Suryakusuma meledak, menunjuk ke arah Rajendra dengan jari gemetar.Ia mencoba mempert

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Terlalu Cepat, Terlalu Rapi

    Rajendra baru saja masuk ke dalam kamarnya, niat hati ingin merebahkan diri. Namun, belum sempat ia rebahan, telinganya menangkap suara langkah kaki tergesa-gesa di luar rumah, diikuti oleh sapaan panik Sarta yang disambut oleh suara berat Paman Surapati.Firasat buruk yang tadi mengganggu pikirannya, kini terasa begitu kuat, menjeritkan bahaya yang tak terelakkan.Rajendra buru-buru keluar kamar, langkahnya cepat. Ia melihat Sarta berdiri dengan wajah pucat di depan pintu, dan Surapati di sampingnya, ekspresi serius terpancar jelas di wajahnya."Ada apa, Sarta?" tanya Rajendra, suaranya dipenuhi kecemasan yang tak bisa disembunyikan.Suara langkah kaki dari kamar sebelah menarik perhatian. Kedua istri Rajendra, Kirana dan Ranjani, keluar kamar, mata mereka dipenuhi rasa penasaran sekaligus kekhawatiran. Mereka bisa merasakan ketegangan yang tiba-tiba menyelimuti suasana.Sarta, dengan napas terengah-engah, akhirnya berhasil mengeluarkan kata-kata."Yang Mulia ... Kepala Desa ... Kepa

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Berjalan Mulus

    Dalam sekejap mata, saat penjaga pertama baru saja mengayunkan tombaknya, Dahana telah lenyap dari pandangan. Bukan menghilang begitu saja, melainkan bergerak dengan kecepatan yang melampaui batas pandang manusia biasa.Dahana kemudian muncul di sisi penjaga itu, seperti hantu yang melayang. Tangannya mencengkeram erat batang tombak yang dipegang oleh penjaga kepala desa, jari-jarinya seolah terbuat dari besi, mengunci gerakan.Dengan tarikan kuat yang tak terduga, Dahana menarik tombak itu ke belakang hingga tubuh lawan terpelanting ke tanah. Kepalanya terbentur keras, suara "duk!" pelan namun mematikan.Tombak direbut paksa dari genggamannya, dan tanpa jeda, dilempar jauh ke dalam kegelapan malam, menancap kuat ke batang pohon di kejauhan.Penjaga kedua, yang sempat teriak terkejut, mengayunkan pedangnya dengan panik. Namun, sebelum senjata itu berayun setengah lingkaran, Dahana sudah berada di hadapannya.Sebuah tendangan kilat menghantam lutut penjaga itu.BUUK! KRAAAK!Suara tula

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Dahana Bergerak Tanpa Suara

    "Baik, Yang Mulia, saya akan melaksanakan sesuai dengan perintah," ucap Surapati, mengangguk tegas, wajahnya menunjukkan keseriusan dan loyalitas.Rajendra mengangguk. Setelah itu, Rajendra kembali ke rumahnya, sementara Surapati segera bergerak, mengumpulkan pasukannya.Di depan pos keamanan, Surapati menyampaikan apa yang dikatakan oleh Pangeran Rajendra. Suasana mendadak menjadi tegang. Para prajurit mendengarkan dengan saksama, mata mereka memancarkan kewaspadaan yang baru."Mulai sekarang," kata Surapati, suaranya lantang, "kita akan meningkatkan patroli dan penjagaan di seluruh desa. Kita akan membagi kelompok menjadi tiga, masing-masing terdiri dari dua orang. Ini adalah strategi baru dari Yang Mulia untuk memastikan keamanan maksimal."Ia kemudian menjelaskan sistem rotasi yang rumit namun efektif. "Kelompok pertama akan ditempatkan di pos depan, dekat gapura. Kelompok kedua di pos belakang desa, di area hutan yang rawan. Lalu, kelompok ketiga akan terus berkeliling desa, berp

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Tantangan Besar

    Asmaran mengerutkan keningnya, ekspresi bingung terlihat jelas di wajahnya yang berminyak karena keringat. Permintaan Rajendra tentang anak panah dari besi bisa dia buat, tetapi ide "pelontar sebagai pengganti busur panah" benar-benar di luar nalar dan pengetahuannya sebagai pandai besi."Untuk anak panah dari besi, saya sudah menguasainya, Yang Mulia," ucap Asmaran, suaranya terdengar ragu. "tapi untuk yang dimaksud Yang Mulia, pengganti busur panah itu, saya belum paham sama sekali. Bagaimana bentuknya dan bagaimana mekanismenya?"Rajendra tersenyum tipis. Ini adalah momen yang ia tunggu-tunggu, kesempatan untuk memperkenalkan teknologi dari dunianya. Ia melirik sekeliling, matanya menangkap bongkahan arang dan potongan kayu berdiameter sekitar satu meter yang tergeletak di dekat tumpukan besi."Asmaran, kemarilah," ucap Rajendra, menunjuk ke arah potongan kayu besar itu. "aku akan mencoba menjelaskannya dengan cara yang paling mudah kau pahami."Asmaran segera mendekat, rasa ingin

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Peralatan Perang Baru

    Rajendra melangkah lebih jauh, menembus kerapatan hutan bambu yang rimbun di luar batas desa. Semakin dalam ia masuk, semakin aneh.Perasaan tidak enak, aura dingin yang menusuk, kegelisahan yang tadi menyelimuti hatinya, perlahan mulai memudar. Sebuah kelegaan kecil menyelimuti dirinya, namun juga memicu pemikiran baru."Perasaan itu ... sepertinya hanya ada di dalam desa," gumamnya, langkahnya melambat.Ia menyadari, jika ada sesuatu yang akan terjadi, atau seseorang dengan niat jahat, ia pasti berada di dalam desa Gunung Jaran."Jadi, bahaya itu ada di sana," pikirnya.Rajendra memutuskan jika dia tidak akan berlama-lama di tempat Asmaran. Ia harus menyelesaikan urusannya dengan cepat dan kembali ke desa.Ia pun mempercepat langkahnya lagi. Tak berapa lama, ia tiba di gubuk kecil tempat Asmaran tinggal. Bau asap dan logam terbakar menyeruak, aroma khas seorang pandai besi sejati.Asmaran terlihat sedang menempa besi dengan palu besar, percikan api beterbangan di sekelilingnya. Namu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status