Share

Semua Bermula

Author: Falisha Ashia
last update Last Updated: 2025-06-24 20:52:04

Suara ledakan yang nyaring itu mengejutkan semua orang. Bukan suara tembakan panah yang mulus, melainkan suara pecahan beso dan desingan logam. Repeating crossbow di tangan Rajendra pecah berkeping-keping.

Rangkanya, yang tidak mampu menahan daya gesekan busur saat ditarik secara tiba-tiba, hancur berkeping-keping. Mekanisme yang seharusnya melontarkan anak panah dengan cepat justru meledak ke luar.

Pecahan rangka itu melesat tak terkendali, dan naasnya, mengenai tangan Rajendra sehingga membuatnya berdarah cukup banyak. Darah segar langsung mengucur dari luka di telapak tangannya.

"Yang Mulia!" seru Tama dan Surapati serempak, mata mereka membulat panik.

Asmaran pun ikut terkesiap. Mereka bertiga langsung berlari menghampiri Rajendra, wajah mereka diselimuti cemas.

"Yang Mulia, baik-baik saja?" tanya Tama dengan panik, matanya menatap khawatir pada luka di tangan Rajendra.

Surapati, dengan sigap, merobek lengan baju panjangnya bagian kiri. Tanpa ragu, dia langsung melilitkannya ke l
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Membuka Keran Bisnis Yang Luas

    Ranjani mengangguk. "Kalau begitu, kita harus memperbesar skala produksi roti," usulnya, matanya berbinar. "Kita bisa memasarkannya lebih luas. Kita ajak kerja sama orang-orang yang mau menjadi reseller. Kita buat peraturannya lebih mudah agar mereka tertarik. Bagaimana, Yang Mulia?"Rajendra mengangguk, ia setuju dengan ide Ranjani. "Ide yang bagus, Ranjani! Aku akan produksi roti dalam jumlah besar. Aku akan mendiskusikan ini dengan Jati."Ranting, yang sedari tadi menyimak, angkat bicara. "Yang Mulia, apakah saya bisa ikut menjual roti?" tanyanya, suaranya bergetar. "Saya... saya ingin bekerja keras. Saya ingin terbebas dari kerangkeng ayah saya."Ibunya Ranting juga mengangguk, ia menyahut. "Saya juga mau, Yang Mulia! Saya juga ingin ikut menjual roti. Saya juga ingin lepas dari suami saya."Rajendra tersenyum. Niat mereka begitu murni, begitu tulus. "Tentu saja, Ranting. Tentu saja, Nyai. Kalian bisa ikut menjual roti. Aku akan memberikan kalian izin. Aku akan memberikan kalian k

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Butuh Dana Besar

    Suara langkah tergesa-gesa memecah kesunyian malam. Sarta datang dengan napas tersengal-sengal, wajahnya dipenuhi kecemasan. Ia melihat Rajendra sedang berdiri di samping rumah, mengamati tempat penampungan sementara yang sedang dibangun.Tama menghentikan langkah Sarta. "Ada apa, Sarta? Kenapa kau cemas sekali?""Wiraga... Wiraga kabur, Kak Tama," ucap Sarta, napasnya tersengal. "Dia .. dia sudah kabur sejak tadi. Aku sudah mencarinya, tapi tidak ketemu. Dia pasti sudah kabur jauh."Wajah Rajendra berubah tegang. "Wiraga kabur?""Iya, Yang Mulia," jawab Sarta. "Dia pasti sudah tahu, kita akan menghukumnya. Dia pasti sudah kabur sebelum aku datang."Rajendra menghela napas, matanya memandang ke kegelapan. Ia tahu, ini adalah masalah. Wiraga adalah orang yang serakah, orang yang licik. Ia akan melakukan apa pun untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Dan ia akan berbuat sesuatu yang merepotkan."Sarta, aku ingin kau mencari Wiraga. Bawa beberapa prajurit dari warga yang menjadi murid kit

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Baru Permulaan

    Suara tawa menyeramkan itu membuat Bhaskara merinding. Ia menoleh, melihat Aditya tertawa terbahak-bahak dengan mata melotot. Tawanya seperti iblis yang siap mencabik-cabik."Diam kau!" bentak Bhaskara, lalu menampar wajah Aditya dengan keras. "Jaga bicaramu!"Aditya tidak berhenti. Tawanya malah semakin keras. "Kau akan mati, Bhaskara! Kau akan ditelan bumi hidup-hidup! Tubuhmu akan dikuliti! Kau akan mati!" teriaknya.Bhaskara yang tadinya sangar, kini mulai ciut. Ia mundur selangkah, menatap Aditya dengan mata penuh ketakutan. Ekspresi Aditya begitu mengerikan, seperti iblis yang telah bangkit dari neraka."Kau akan mati. Tubuhmu akan dikuliti!" bisik Aditya, lalu sedetik kemudian, ia tertawa lagi.Bhaskara tidak tahan. Ia menampar wajah Aditya sekali lagi, kali ini lebih keras dari sebelumnya. Ia tidak ingin mendengar lagi suara tawa itu. Ia tidak ingin mendengar lagi ancaman itu. Ia pun menjauh, membiarkan Aditya sendirian.Tiba-tiba, suara perempuan menangis sambil berlari terde

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Semakin Banyak Yang Bergabung

    Arwan menghela napas. Ia menatap wajah-wajah bingung di hadapannya. Ia tahu, mereka tidak akan mengerti jika ia tidak menjelaskan semuanya. Ia harus meyakinkan mereka, ia harus membuat mereka percaya."Mereka datang ke sini," ucap Arwan, suaranya tenang dan tegas, "karena mereka ingin perubahan dalam hidup mereka. Selama ini, mereka tertindas di desa mereka sendiri. Kepala desa mereka serakah dan kejam, mengambil hak-hak mereka, membiarkan mereka kelaparan, dan hidup dalam ketakutan. Mereka datang ke sini karena mereka tahu, di sini, mereka akan menemukan kehidupan yang lebih baik."Seorang warga, seorang pria yang memegang parang, mengerutkan kening. "Tapi kenapa harus ke sini? Desa kita ini adalah desa terpencil, Kepala Desa. Seharusnya mereka pergi ke kota, di sana mereka bisa mendapatkan pekerjaan, di sana mereka bisa hidup lebih layak."Arwan tersenyum. Senyum penuh makna. "Kau salah, saudaraku. Justru di sini adalah permulaan dari kejayaan dan kesejahteraan. Di sini, kita akan m

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Ada Apa Ini?

    Rajendra menatap Ranting dengan lembut. "Angkat kepalamu, Nak," ucapnya dengan nada menenangkan. "Aku ingin melihat wajahmu."Ranting perlahan mengangkat kepalanya. Matanya yang sembab bertemu dengan tatapan hangat Rajendra. Rasa malu masih terlihat jelas di wajahnya. "Maafkan saya, Tuan," lirih Ranting."Maaf untuk apa, Ranting?" tanya Rajendra, mengerutkan kening. "Kau sama sekali tidak bersalah dalam hal ini. Justru, ini adalah tugas kami untuk menyelamatkanmu. Jangan pernah merasa bersalah karena mencari pertolongan."Ranting menunduk lagi, memainkan jemarinya. "Tapi ... tapi seharusnya saya tidak kabur ke Desa Ranjagiri. Itu sama saja menyerahkan diri saya sendiri ke dalam bahaya. Seharusnya... seharusnya saya meminta bantuan pada Anda, Tuan."Rajendra menghela napas. Ia baru menyadari, ada sesuatu yang lebih dalam di balik kaburnya Ranting. Laporan dari ayahnya, Wiraga, hanyalah bahwa Ranting diculik oleh seorang pria tak dikenal."Ranting," kata Rajendra lembut, "sebelumnya aku

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Aku Akan Membunuhmu!

    Rajendra melangkah maju, tatapannya menyapu seluruh wajah orang-orang yang dibawa Tama. Matanya tak lagi melihat keraguan atau ketakutan, melainkan sebuah percikan api harapan yang menyala terang.Mereka semua adalah orang-orang yang lelah berjuang, orang-orang yang mencari tempat untuk beristirahat, tempat untuk memulai hidup baru.Rajendra tersenyum. Senyum tulus yang memancar dari hatinya."Selamat datang, saudaraku sekalian," ucap Rajendra, suaranya lantang dan penuh wibawa. "Kalian telah membuat keputusan yang benar. Di sini, di tempat ini, kalian akan mendapatkan kehidupan yang layak, kehidupan yang makmur. Kalian akan menjadi bagian dari kami. Kami akan membangun sebuah kerajaan yang adil, yang makmur, dan yang akan melindungi kalian semua."Warga Desa Ranjagiri bersorak gembira. Mereka membayangkan kehidupan yang lebih baik, di mana mereka tidak perlu lagi takut pada penindasan, di mana mereka bisa hidup dengan damai. Mereka menunduk hormat, mengucapkan terima kasih berulang k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status