Share

7

"Saya terima nikah dan kawinnya Della Puspitasari binti Hariyadi dengan mas kawin seratus gram emas dibayar tunai." Cakra mengucap ijab kabul dengan lantang dan lancar diikuti ucapan sah dari sang penghulu. Della tersenyum lebar meski tak banyak tamu undangan yang hadir. Hanya kedua orangtuanya dan orangtua Cakra serta beberapa kerabat dan teman Della. Acara pernikahan dilangsungkan dirumah Cakra. Meski sederhana namun gaun yang dipakai Della harganya mencapai puluhan juta. Belum lagi makanan yang dihidangkan, berdasarkan keinginan Della yang serba mewah Cakra memesan katering dari restoran bintang lima. Della tersenyum bahagia melihat keinginannya dipenuhi oleh Cakra. Meski nikah siri dan tak banyak tamu undangan, namun acara pernikahan ini sudah selayaknya pernikahan impian Della. Orangtua Della pun sama seperti dirinya bahagia melihat kemewahan yang didapat anak perempuannya. Tak hanya Della, mereka pun kecipratan segala kemewahan yang diberikan oleh Cakra. Kemarin setelah Della mengabari tentang pernikahan ini, Cakra mentransfer sejumlah uang ke rekening ayah Della. Jumlahnya tak main main, seratus juta rupiah. Tak hanya itu, menantu mereka juga mengirimkan pakaian dan perhiasan untuk ibu Della yang membuat ibu Della tersenyum lebar tanpa henti bahkan saking senangnya ibu Della memamerkan barang barang yang dikirim menantunya itu ke tetangga rumah mereka. Karena itu hari ini Della dan keluarganya berwajah sumringah. Lain dengan orangtua Cakra. Ayahnya sempat terkejut dengan keputusan sepihak Cakra. Sang ayah tak tahu menahu bagaimana bisa Kania, menantunya mengijinkan suaminya untuk menikah lagi. Iya memang Cakra merahasiakan segalanya pada sang ayah. Cakra berbohong pada ayahnya berkata bahwa Kania menyetujui pernikahan ini. Cakra beralasan Kania rela dimadu akibat sulitnya mereka mendapatkan buah hati. Tak hanya berbohong, Cakra juga membuat surat ijin menikah lagi dan memalsukan tanda tangan Kania. Berbeda dengan ibu Cakra yang sudah tahu perihal rumah tangga anaknya. Bahkan sang ibu pula yang memberi ide pada Cakra untuk berbohong pada ayahnya. Ibunya tahu bahwa suaminya akan menentang pernikahan ini kalau tahu bahwa anaknya menyakiti hati menantu mereka. Sejak awal memang ayah Cakra menyayangi Kania sebagai menantu mereka. Bahkan saat Kania pertama kali keguguran, ayah mertuanya yang menguatkan Kania berbeda dengan ibu mertuanya yang justru menyalahkan Kania dan menganggap Kania tidak becus menjaga kehamilannya. Karena itu pula Kania merahasiakan kehamilan dan keguguran pada kali kedua. Ia tak sanggup mendengar kata kata pedas dari mulut ibu mertuanya.

Acara berlangsung dengan lancar. Tamu undangan antri memberikan selamat kepada kedua mempelai. "Selamat ya Del, sekarang lo udah jadi nyonya besar nih." Siska teman kuliahnya dulu hadir memberikan ucapan selamat. Entah itu ucapan tulus atau sindiran semata. Siska hadir bersama kekasihnya yang ternyata pegawai di kantor yang dipimpin oleh Cakra. Melihat hal itu Della tersenyum sinis, dulu saat kuliah Siska paling banyak didekati lelaki di kampusnya. Ia sempat kesal dan iri karena ia merasa dirinya jauh lebih cantik daripada Siska. Ternyata nasib baik kini berpihak padanya. Della menjadi istri dari bos kekasih Siska. Mau dikata Siska banyak disukai lelaki pun tetap ia yang menjadi pemenangnya. Menjadi istri seorang CEO perusahaan besar bisa dibilang Della mendapatkan jackpot. Ia tak perlu lagi bersusah payah bekerja demi mendapatkan pundi pundi uang ataupun membeli barang barang branded. Della membalas ucapan Siska dengan senyum penuh kebanggaan. Namun sebelum Siska turun dari pelaminan ia berbisik pada Della. "Nikmati selagi bisa, lo ga akan pernah tau semuanya bisa hilang dalam sekejap mata." Ucapan Siska membuat Della bertanya tanya apa maksudnya. Della bahkan tak sempat menahan Siska untuk memgetahui maksud perkataannya, Siska sudah terlanjur pergi. Namun pikiran buruknya hanya berlangsung sesaat. Della yakin Siska hanya iri padanya karena ia kini jauh berada diatas Siska. Ia yakin kata-kata Siska barusan hanya ingin menakutinya saja tanpa ada maksud lain.

"Dimana Kania?" Tika, ibunda Cakra bertanya pada anaknya kala mereka sedang berdua saja. Saat ini Della sedang berbincang bersama keluarganya. "Di kamar tamu dibelakang rumah." Tika terkejut karena Cakra membiarkan Kania berada di tempat mereka melangsungkan pernikahan kedua Cakra. "Apa kau gila, bagaimana kalau Kania keluar dan membuat kegaduhan?" Cakra tetap bersikap tenang kala sang ibu terlihat resah. "Ibu tenang saja, sudah kuamankan. Dia tak akan bisa berbuat apa-apa bahkan tak mungkin pula dia bisa turun dari ranjangnya." Ucap Cakra dengan santai. Ibunya tak tahu saja bahwa Cakra sudah memasukkan obat tidur cukup banyak kedalam makanan Kania tadi pagi. Ia yakin Kania sekarang sedang tergolek lemas dikamarnya, mungkin baru esok hari ia akan bangun. Ia sudah memikirkan semuanya sehingga semua rencananya berjalan lancar.

Acara berlangsung hanya dua jam saja, karena tak banyak undangan yang disebar. Lagipula kalau sampai keluarga Kania tahu, ia bisa gagal mendapatkan harta Kania yang cukup banyak yang ia dapatkan hasil dari warisan orangtuanya. Beruntung Kania kini seorang yatim piatu sehingga ia bisa mendapatkan harta Kania yang begitu banyak. Seluruh tamu dan pengurus acara sudah pergi termasuk orangtua Cakra dan Della. Cakra pergi ke belakang rumahnya ingin mengecek keadaan Kania, meninggalkan Della yang sedang mandi dan Imas yang sedang bebersih rumah sepeninggal acara. Cakra sengaja tak menambah pembantu dirumah ini. Ia tak ingin terlalu banyak orang yang tahu apa saja yang terjadi dirumah ini.

Cakra membuka pintu setelah bertanya pada bodyguard bayaran yang berjaga didepan kamar Kania. Penjaganya berkata tak ada suara yang terdengar sejak makanan diantar pagi tadi. Benar saja Kania tergeletak diujung ranjang dengan posisi kakinya tergantung kebawah. Ia rasa Kania tak sempat rebahan diranjangnya saat obat tidurnya bekerja. Cakra membetulkan posisi tidur Kania. Ia menatap wajah sendu Kania meski begitu Kania tetap terlihat cantik. Ia sendiri sebenarnya bingung mengapa ia tergoda pada Della sedangkan Kania jauh lebih cantik dari pada Della yang penuh polesan makeup. Dilehernya tercetak bekas cekikan tangannya kemarin. Ia mengusap lembut rambut yang terurai sedikit menutup wajahnya. "Maafkan aku, aku sudah terlanjur terperosok kedalam jurang. Aku tak bisa mundur lagi." Ucapnya sambil mengecup kening Kania dan keluar meninggalkan Kania sendiri.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status