Share

7

Author: princessa
last update Last Updated: 2023-06-12 23:03:00

"Saya terima nikah dan kawinnya Della Puspitasari binti Hariyadi dengan mas kawin seratus gram emas dibayar tunai." Cakra mengucap ijab kabul dengan lantang dan lancar diikuti ucapan sah dari sang penghulu. Della tersenyum lebar meski tak banyak tamu undangan yang hadir. Hanya kedua orangtuanya dan orangtua Cakra serta beberapa kerabat dan teman Della. Acara pernikahan dilangsungkan dirumah Cakra. Meski sederhana namun gaun yang dipakai Della harganya mencapai puluhan juta. Belum lagi makanan yang dihidangkan, berdasarkan keinginan Della yang serba mewah Cakra memesan katering dari restoran bintang lima. Della tersenyum bahagia melihat keinginannya dipenuhi oleh Cakra. Meski nikah siri dan tak banyak tamu undangan, namun acara pernikahan ini sudah selayaknya pernikahan impian Della. Orangtua Della pun sama seperti dirinya bahagia melihat kemewahan yang didapat anak perempuannya. Tak hanya Della, mereka pun kecipratan segala kemewahan yang diberikan oleh Cakra. Kemarin setelah Della mengabari tentang pernikahan ini, Cakra mentransfer sejumlah uang ke rekening ayah Della. Jumlahnya tak main main, seratus juta rupiah. Tak hanya itu, menantu mereka juga mengirimkan pakaian dan perhiasan untuk ibu Della yang membuat ibu Della tersenyum lebar tanpa henti bahkan saking senangnya ibu Della memamerkan barang barang yang dikirim menantunya itu ke tetangga rumah mereka. Karena itu hari ini Della dan keluarganya berwajah sumringah. Lain dengan orangtua Cakra. Ayahnya sempat terkejut dengan keputusan sepihak Cakra. Sang ayah tak tahu menahu bagaimana bisa Kania, menantunya mengijinkan suaminya untuk menikah lagi. Iya memang Cakra merahasiakan segalanya pada sang ayah. Cakra berbohong pada ayahnya berkata bahwa Kania menyetujui pernikahan ini. Cakra beralasan Kania rela dimadu akibat sulitnya mereka mendapatkan buah hati. Tak hanya berbohong, Cakra juga membuat surat ijin menikah lagi dan memalsukan tanda tangan Kania. Berbeda dengan ibu Cakra yang sudah tahu perihal rumah tangga anaknya. Bahkan sang ibu pula yang memberi ide pada Cakra untuk berbohong pada ayahnya. Ibunya tahu bahwa suaminya akan menentang pernikahan ini kalau tahu bahwa anaknya menyakiti hati menantu mereka. Sejak awal memang ayah Cakra menyayangi Kania sebagai menantu mereka. Bahkan saat Kania pertama kali keguguran, ayah mertuanya yang menguatkan Kania berbeda dengan ibu mertuanya yang justru menyalahkan Kania dan menganggap Kania tidak becus menjaga kehamilannya. Karena itu pula Kania merahasiakan kehamilan dan keguguran pada kali kedua. Ia tak sanggup mendengar kata kata pedas dari mulut ibu mertuanya.

Acara berlangsung dengan lancar. Tamu undangan antri memberikan selamat kepada kedua mempelai. "Selamat ya Del, sekarang lo udah jadi nyonya besar nih." Siska teman kuliahnya dulu hadir memberikan ucapan selamat. Entah itu ucapan tulus atau sindiran semata. Siska hadir bersama kekasihnya yang ternyata pegawai di kantor yang dipimpin oleh Cakra. Melihat hal itu Della tersenyum sinis, dulu saat kuliah Siska paling banyak didekati lelaki di kampusnya. Ia sempat kesal dan iri karena ia merasa dirinya jauh lebih cantik daripada Siska. Ternyata nasib baik kini berpihak padanya. Della menjadi istri dari bos kekasih Siska. Mau dikata Siska banyak disukai lelaki pun tetap ia yang menjadi pemenangnya. Menjadi istri seorang CEO perusahaan besar bisa dibilang Della mendapatkan jackpot. Ia tak perlu lagi bersusah payah bekerja demi mendapatkan pundi pundi uang ataupun membeli barang barang branded. Della membalas ucapan Siska dengan senyum penuh kebanggaan. Namun sebelum Siska turun dari pelaminan ia berbisik pada Della. "Nikmati selagi bisa, lo ga akan pernah tau semuanya bisa hilang dalam sekejap mata." Ucapan Siska membuat Della bertanya tanya apa maksudnya. Della bahkan tak sempat menahan Siska untuk memgetahui maksud perkataannya, Siska sudah terlanjur pergi. Namun pikiran buruknya hanya berlangsung sesaat. Della yakin Siska hanya iri padanya karena ia kini jauh berada diatas Siska. Ia yakin kata-kata Siska barusan hanya ingin menakutinya saja tanpa ada maksud lain.

"Dimana Kania?" Tika, ibunda Cakra bertanya pada anaknya kala mereka sedang berdua saja. Saat ini Della sedang berbincang bersama keluarganya. "Di kamar tamu dibelakang rumah." Tika terkejut karena Cakra membiarkan Kania berada di tempat mereka melangsungkan pernikahan kedua Cakra. "Apa kau gila, bagaimana kalau Kania keluar dan membuat kegaduhan?" Cakra tetap bersikap tenang kala sang ibu terlihat resah. "Ibu tenang saja, sudah kuamankan. Dia tak akan bisa berbuat apa-apa bahkan tak mungkin pula dia bisa turun dari ranjangnya." Ucap Cakra dengan santai. Ibunya tak tahu saja bahwa Cakra sudah memasukkan obat tidur cukup banyak kedalam makanan Kania tadi pagi. Ia yakin Kania sekarang sedang tergolek lemas dikamarnya, mungkin baru esok hari ia akan bangun. Ia sudah memikirkan semuanya sehingga semua rencananya berjalan lancar.

Acara berlangsung hanya dua jam saja, karena tak banyak undangan yang disebar. Lagipula kalau sampai keluarga Kania tahu, ia bisa gagal mendapatkan harta Kania yang cukup banyak yang ia dapatkan hasil dari warisan orangtuanya. Beruntung Kania kini seorang yatim piatu sehingga ia bisa mendapatkan harta Kania yang begitu banyak. Seluruh tamu dan pengurus acara sudah pergi termasuk orangtua Cakra dan Della. Cakra pergi ke belakang rumahnya ingin mengecek keadaan Kania, meninggalkan Della yang sedang mandi dan Imas yang sedang bebersih rumah sepeninggal acara. Cakra sengaja tak menambah pembantu dirumah ini. Ia tak ingin terlalu banyak orang yang tahu apa saja yang terjadi dirumah ini.

Cakra membuka pintu setelah bertanya pada bodyguard bayaran yang berjaga didepan kamar Kania. Penjaganya berkata tak ada suara yang terdengar sejak makanan diantar pagi tadi. Benar saja Kania tergeletak diujung ranjang dengan posisi kakinya tergantung kebawah. Ia rasa Kania tak sempat rebahan diranjangnya saat obat tidurnya bekerja. Cakra membetulkan posisi tidur Kania. Ia menatap wajah sendu Kania meski begitu Kania tetap terlihat cantik. Ia sendiri sebenarnya bingung mengapa ia tergoda pada Della sedangkan Kania jauh lebih cantik dari pada Della yang penuh polesan makeup. Dilehernya tercetak bekas cekikan tangannya kemarin. Ia mengusap lembut rambut yang terurai sedikit menutup wajahnya. "Maafkan aku, aku sudah terlanjur terperosok kedalam jurang. Aku tak bisa mundur lagi." Ucapnya sambil mengecup kening Kania dan keluar meninggalkan Kania sendiri.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Perjalanan Waktu Istri Terzalimi   22

    Kania tersentak mendapati Cakra berada di dalam kamarnya. Berdiri mematung didepan pintu menatap dirinya yang sedang tertidur lelap. Entah sudah berapa lama Cakra dalam posisi seperti itu.Baru kemarin Cakra kembali dari bulan madu bersama Della. Tak ada yang aneh padahal saat ia kembali. Bahkan Cakra membawakan oleh-oleh untuk dirinya berupa scarf berwarna merah muda dengan ornamen kupu-kupu kecil nan indah. Tapi tak tahu mengapa kini aura yang terasa dikamarnya menjadi kelam. "Mas?"Cakra tak menjawab. Sorot matanya yang tajam dengan rahang mengeras menandakan ia sedang emosi. Kania tak mampu bergerak, takut takut Cakra malah menumpahkan emosi pada dirinya. Entah kali ini apa yang ia kesalkan. Apa mungkin kejadian tempo hari kala ia mencoba kabur? Mungkinkah ayah Della mengatakan sesuatu? atau mungkin salah satu penjaga yang melaporkannya. "Mas, ada apa?" tanya Kania dengan nada yang sedikit ketakutan. Lagi-lagi Cakra tak menjawab pertanyaannya. Namun Cakra berjalan perlahan men

  • Perjalanan Waktu Istri Terzalimi   21

    Kania mengendap-endap berjalan kearah luar setelah berhasil melompat turun dari balkon. Tadi sore Kania menemukan sebungkus obat flu yang menyebabkan kantuk. Berhubung Cakra dan Della tak ada, ibu Della yang seharusnya menyiapkan makanan untuk para penjaga, menyerahkan tugas itu kepada Kania. Tentu saja Kania memanfaatkan kemalasan ibu Della ini dengan mencampurkan obat flu rersebut kedalam makanan mereka. Berharap efek samping yang tertulis pada bungkus obat itu manjur. Pukul sepuluh malam waktu saat ini, Kania sudah mengawasi sejak tadi dan tak ada penjaga yang biasanya berkeliling rumah. Sepertinya efek kantuk dari obat itu berhasil. Kania pun sudah berhasil turun dari balkon menggunakan sprei yang ia buat seperti tali untuk turun dari balkon. Taman samping sudah berhasil ia lewati, saatnya melompat pagar dengan perlahan. Grep. Baru saja Kania hendak memijakkan kakinya ke pagar, tiba tiba bahunya ditahan dari belakang. Kania terkejut bukan main. Apakah ia ketahuan? "Mau kemana

  • Perjalanan Waktu Istri Terzalimi   20

    Della sedang merengek pada Cakra di meja makan ketika Kania keluar dari dapur. Tak tahu apa yang sedang dikeluhkan Della kali ini, Kania tak mau ambil pusing. Ia sibuk mempersiapkan sarapan sebelum Cakra marah marah nantinya."Ayolah mas. mumpung aku belum lahiran lho ini. Kamu kan janji waktu itu mau ajak aku bulan madu ke Maldives." rengek Della. Oh, rupanya Della meminta bulan madu rupanya.Kania jadi teringat bulan madu dirinya dengan Cakra dulu. Tak jauh jauh, Bali tempat wisata bulan madu mereka. Karena saat itu Kania dan Cakra memang tak ingin berlama lama mengambil cuti jadi pilihannya memang hanya daerah yang dekat dekat saja."Justru karena kamu sedang hamil besar begini, nanti kalo ada apa apa gimana? usia kandungan kamu sudah tujuh bulan, sebentar lagi mau lahiran. Nanti aja kalau anak kita sudah lahir baru kita pergi bulan madu."ucap Cakra.Della merengut kesal. Padahal setelah mereka menikah, mereka justru tak ada waktu berduaan. Cakra terus saja sibuk bekerja ditambah m

  • Perjalanan Waktu Istri Terzalimi   19

    "Sudah kubilang, aku haya ingin kita menjalani rumah tangga kita dengan tenang, kenapa kau malah ingin merusak ketenangan ini?!" Cakra membentak Kania didalam kamarnya sesaat setelah tante Ratna pergi dari rumah mereka. Cakra merasa kesal dengan reaksi Kania saat tante Ratna datang tadi."Ta-tapi aku cuma ingin menjenguk Bianca mas." ujar Kania. Meski tahu itu cuma alasan yang dibuat buat namun Kania tak ingin Cakra kesal jika ia mengatakan ingin pergi dari rumah. "Persetan dengan alasan itu! kau pikir aku bodoh?! wanita sialan itu, kau yang memanggilnya kan?! JAWAB!" Kania tersentak dibentak Cakra tiba tiba seperti itu. Kania bingung darimana pemikiran Cakra bahwa dirinya yang menghubungi tante Ratna. Sedangkan ponsel saja ia tak punya dan telepon rumah sudah diputus oleh suaminya di hari kedatangan Della kerjmah mereka. Jadi bagaimana bisa ia dituduh seperti itu."Sumpah mas,bukan aku. Hapeku saja ga ada, gimana aku hubungi tante Ratna?" Kania mencoba menjelaskan dengan selembut mun

  • Perjalanan Waktu Istri Terzalimi   18

    Kania menatap semburat langit sore yang berwarna jingga. Matahari sebentar lagi akan bersembunyi dan tugasnya digantikan sang bulan. Sambil menggenggam sapu di tangan kanannya, Kania menghela nafas dalam dalam. Entah sudah berapa minggu dirinya tak keluar rumah, ia tak tahu bahkan malas untuk menghitungnya. Keadaan masih tetap sama, dirinya masih menjadi pembantu dirumahnya sendiri. Ia sudah terlalu lelah menghadapi Cakra yangnsering kali marah jika ia meminta sesuatu. Karenanya ia jalani saja tugasnya ini.Tentang keinginannya untuk kabur masih tetap ada. Beberapa kali ia mencoba keluar namun sepertinya penjagaan dirumah lebih diperketat sejak kejadian ia mencoba kabur tempo lalu. Apalagi kini orangtua Della juga berada dirumah otomatis lebih banyak mata dan telinga yang kerap mengawasinya.Seperti waktu kemarin saat ia mengendap endap berusaha kabur saat penjaga gerbang ketiduran, ibu Della yang melihatnya langsung membangunkan satpam dan menggagalkan rencananya.Saat sedang meratap

  • Perjalanan Waktu Istri Terzalimi   17

    Kania sedang membersihkan dapur sehabis memasak untuk makan malam saat seorang pria paruh baya menghampiri dirinya. Dengan tatapan matanya yang terlihat memiliki niat tertentu ke arahnya membuat Kania risih. Selama menjadi istri Cakra, Kania berusaha menghindari sebisa mungkin interaksi dengan lawan jenis. Karena itu ia merasa terganggu saat ada seorang pria yang menatao dirinya dengan intens."Ada perlu apa?" Jengah ditatap sedemikian rupa membuat Kania memberanikan diri menegur lelaki bertubuh gempal tersebut. Yang ditanya hanya tersenyum dengan senyuman yang justru membuat Kania semakin terganggu. "Apa kau pekerja disini?" tanya pria paruh baya itu. "Bukan." Jawab Kania dengan tegas dan singkat kemudian ia segera buru buru pergi daripada terus meladeni pertanyaan pria tersebut.Namun Kania belum bisa bernafas lega karena Kania merasa pria tersebut mengikutinya. "Tunggu dulu, saya belum selesai bicara." ucap pria itu sambil terus mengikuti Kania. Melihat gelagat pria tersebut Kania

  • Perjalanan Waktu Istri Terzalimi   16

    "Mbak itu disitu masih kotor." Della menunjuk kearah kolong meja yang ada dihadapannya kepasa Kania. Sambil menahan emosi karena sejak tadi Della selalu saja menyuruh dirinya dengan seribu alasan. Dari memasak sarapan hingga membersihkan rumah, semua dilakukan Kania sedang Della bersantai santai saja. 'Sabar Kania, sabar' batin Kania sejak tadi.Sebenarnya Kania berencana untuk kabur dari rumah sejak dirinya tak lagi dikurung di kamar belakang namun Cakra memperkerjakan penjaga didepan rumahnya sebanyak 4 orang yang bergantian jaga tiap pagi dan malam hari. Ia berusaha mencari celah agar bisa pergi dan mencari bantuan. Saat Cakra melepaskannya dan berharap Kania menerima pernikahan suaminya dan Della, Kania hanya berpura pura saja. Begitupun saat ini dimana ia rela menjadi pembantu dirumahnya demi membuat Cakda dan Della lengah dan menjadikan keuntungan untuk Kania supaya bisa pergi dari sini.Namun sepertinya kesabaran Kania harus dipertebal lagi karena saat ini Della bertingkah bena

  • Perjalanan Waktu Istri Terzalimi   15

    Kania merebahkan diri setelah berkutat dengan sejumlah pekerjaan rumah yang melelahkan. Tadi pagi setelah sarapan Cakra menjelaskan keadaan yang akan ia hadapi. Karena bi Imas kabur untuk sementara Kania yang akan mengurus seluruh pekerjaan rumah tangga sampai mereka dapat asisten rumah tangga yang baru. Entah mengapa Kania tak percaya penjelasan Della yang mengatakan sulitnya mencari pengganti Imas. Padahal banyak sekali penyalur asisten rumah tangga yang menawarkan jasa mereka. Ditambah harus ia juga yang mengerjakan pekerjaan rumah tangga karena Cakra beralasan Della sedang hamil jadi tak bisa jika harus ikut membantu pekerjaan rumah.Selain itu kini kamar utama yang dulu ditempati Kania harus rela diberikan pada Della. Dengan alasan Della yang sedang hamil lebih membutuhkan kamar utama yang ukurannya lebih besar. Kania sempat menolak permintaam itu, bagaimanapun juga ini rumahnya dan kamar utama adalah miliknya namun bukan Della namanya jika ia tak bermulut manis mengiba pada Kani

  • Perjalanan Waktu Istri Terzalimi   14

    Kania tak bisa tidur sejak semalam. Sepeninggalnya Cakra dari kamar Kania, ia terus memikirkan bagaimana ia akan menghadapi kenyataan hidupnya sebagai istri tua, istri yang dimadu. Kania mulai bimbang akan keputusannya. Apakah ia sanggup?Terdengar suara kunci yang dibuka dari pintu kamarnya. Memang meski ia telah menyetujui permintaan Cakra, namun sepertinya Cakra tetap waspada takut dirinya akan kembali kabur seperti kemarin. Dan Kania tak mempermasalahkan hal tersebut. Ia jadi terbiasa dengan keadaan yang seperti ini.Akan tetapi bukan wajah Cakra yang nampak seperti biasanya namun seorang wanita dengan perut yang sudah agak membuncit yang muncul kehadapan Kania. Della, istri kedua suaminya. Wanita yang berbagi hati suami dengan dirinya. Wanita sumber permasalahan rumah tangganya. Wanita yang merubah hidupnya menjadi seperti dineraka.Ingin rasanya Kania melompat dan menjambak rambut yang terurai pada wanita penggoda suaminya itu namun ia teringat akan persetujuannya semalam pada s

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status