Kedatangan seorang wanita yang mengaku hamil anak dari suaminya membuat kehidupan Kania berubah total. Kehidupannya yang sebelumnya bahagia berubah bagai di neraka. Disiksa oleh suami dan selingkuhan suaminya membuat Kania tak henti berdoa agar bisa memutar waktu untuk kembali ke masa lalu dan mengubah takdirnya. Penyesalannya yang terdalam adalah bertemu dan jatuh cinta dengan Cakra, suaminya. Hingga kehilangan anaknya membuatnya depresi dan kecelakaan tragis pun menimpanya. Kania terbangun dan mendapati dirinya di masa lalu, masa dimana ia pertama kali bertemu dengan Cakra. Akankah Kania mewujudkan misinya mengubah takdirnya dengan menghindari pertemuannya dengan Cakra? Ataukah Kania berubah pikiran dan membalaskan dendamnya pada Cakra? Atau justru tidak keduanya? Apa yang sebenarnya terjadi yang membuat dirinya bisa memutar waktu dan kembali ke masa lalu?
View More"Saya Della, kekasih mas Cakra dan juga saat ini sedang mengandung anak dari mas Cakra." Seketika tubuh mungil Kania limbung tak kuasa menahan berita yang baru saja ia dengar dari mulut seorang wanita yang datang kerumahnya siang ini. Jantungnya berdegub kencang, tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba datang membawa kabar buruk untuknya. Tidak, semua ini pasti mimpi. Tak mungkin mas Cakra, suaminya, tega mengkhianati dirinya. Atau mungkin ini modus penipuan jenis baru? mungkin saja wanita ini datang berpura-pura dihamili oleh suaminya lalu meminta sejumlah uang. Ya, pasti ini yang terjadi.
"Mbak, maaf ya sepertinya kamu salah sasaran. Kalau mbak mau menipu saya bukan begini caranya. Lebih baik mbak segera pergi dari rumah saya sebelum saya laporkan mbak ke RT atau ke polisi." ucap Kania sambil meneguhkan hatinya meski ia yakin saat ini suara yang ia keluarkan seditkit bergetar. Namun sepertinya wanita tersebut tak bergeming dengan ancaman Kania, malahan menampilkan wajah penuh ejekan kehadapannya. "Telepon saja mas Cakra dan tanya sama dia." ucap wanita bergaun merah ketat dengan belahan dada yang cukup rendah. Dengan rambut sebahu yang digerai dan dandanan yang medok, wanita bernama Della tersebut cukup percaya diri meminta Kania untuk menelpon suaminya. Tanpa menunggu lama tentu saja Kania langsung menghubungi Cakra."Halo?" Suara Cakra terdengar begitu panggilan telepon tersambung. "Halo mas, maaf aku telepon di jam kerja." Ya, meski keadaan genting seperti ini Kania tetap menjaga adabnya saat menelepon suaminya. "Iya, kenapa Nia?"Kania melirik kearah Della yang tanpa malu nyelonong masuk ke dalam rumahnya dan langsung duduk di sofa tanpa dipersilahkan. "Mas, ini ada wanita bernama Della datang. Mas kenal?""Hah? Della ke rumah? Ngga sabaran banget sih udah dibilang tunggu dulu malah dateng sekarang." oceh Cakra tak menghiraukan bahwa saat ini sedang tersambung di telepon dengan istrinya. Belum sempat Kania bertanya maksud ucapan Cakra, suaminya itu malah mengakhiri panggilan telepon mereka. Membuat Kania semakin bingung dan berpikiran macam-macam. Ya Tuhan, semoga saja semua ini hanya kekeliruan batin Kania.========"Mulai sekarang Della akan tinggal disini." Darah dalam tubuh Kania mendadak mendidih mendengar ucapan Cakra. Setelah Kania menelepon Cakra tadi, suaminya itu langsung pulang meski belum waktunya jam pulang kerja. Biasanya Cakra sampai dirumah sekitar pukul tujuh malam, belakangan ini malah seringnya pulang jam sepuluh yang menurut suaminya itu saat ini pekerjaan di kantor sedang banyak-banyaknya sehingga mau tak mau ia harus sering lembur. Namun sepertinya adanya wanita ini membuat Cakra harus meninggalkan pekerjaannya yang menumpuk itu."Apa maksud mas?! Siapa sebenarnya wanita ini dan kenapa harus tinggal dirumah kita? Jelasin mas!!" Nada bicara Kania meninggi membuat Cakra sedikit terkejut karena memang Kania tak pernah meninggikan suara di depannya. Pikiran Kania sudah menjalar kemana-mana, ia tak sempat memikirkan adabnya sebagai istri saat ini. Siapa pula yang tidak kesal tiba-tiba saja suaminya mengijinkan wanita lain tinggal dirumah mereka. Meski Cakra dan Kania saat ini berada di dalam kamar, namun sepertinya suara Kania cukup kencang terdengar keluar.Della, si objek permasalahan saat ini malah sedang asyik duduk di depan tv sambil makan apel yang ia ambil sendiri di lemari es. Sepertinya wanita itu sudah tak sungkan berada di rumah Kania, malah sudah seperti di rumahnya sendiri. Ia yang mendengar suara teriakan Kania menyeringai senang meski tak ada yang melihat. Ia merasa bangga pada dirinya yang berhasil merusak rumah tangga orang lain. Tak ada empati darinya meski ia sama sama sebagai wanita."Maafkan aku, apa yang Della katakan itu benar. Saat ini ia sedang mengandung anakku." Ucapan Cakra menusuk hatinya dengan amat keras. Cakra, lelaki yang ia nikahi empat tahun silam bisa-bisanya menghamili wanita lain. Lelaki yang ia perjuangkan kala orangtuanya menentang, lelaki yang telah ia serahkan seluruh dunianya, dan lelaki yang meminangnya meski dengan mahar satu gram emas kini justru menusuknya dari belakang. Sekali lagi seluruh dunia Kania terasa runtuh setelah sebelumnya dunianya hancur kala kedua orang tuanya meninggal pada kecelakaan seminggu setelah lamaran Cakra ditolak. Pandangannya perlahan menggelap dan Kania pun terjatuh tak sadarkan diri.Kania tersentak mendapati Cakra berada di dalam kamarnya. Berdiri mematung didepan pintu menatap dirinya yang sedang tertidur lelap. Entah sudah berapa lama Cakra dalam posisi seperti itu.Baru kemarin Cakra kembali dari bulan madu bersama Della. Tak ada yang aneh padahal saat ia kembali. Bahkan Cakra membawakan oleh-oleh untuk dirinya berupa scarf berwarna merah muda dengan ornamen kupu-kupu kecil nan indah. Tapi tak tahu mengapa kini aura yang terasa dikamarnya menjadi kelam. "Mas?"Cakra tak menjawab. Sorot matanya yang tajam dengan rahang mengeras menandakan ia sedang emosi. Kania tak mampu bergerak, takut takut Cakra malah menumpahkan emosi pada dirinya. Entah kali ini apa yang ia kesalkan. Apa mungkin kejadian tempo hari kala ia mencoba kabur? Mungkinkah ayah Della mengatakan sesuatu? atau mungkin salah satu penjaga yang melaporkannya. "Mas, ada apa?" tanya Kania dengan nada yang sedikit ketakutan. Lagi-lagi Cakra tak menjawab pertanyaannya. Namun Cakra berjalan perlahan men
Kania mengendap-endap berjalan kearah luar setelah berhasil melompat turun dari balkon. Tadi sore Kania menemukan sebungkus obat flu yang menyebabkan kantuk. Berhubung Cakra dan Della tak ada, ibu Della yang seharusnya menyiapkan makanan untuk para penjaga, menyerahkan tugas itu kepada Kania. Tentu saja Kania memanfaatkan kemalasan ibu Della ini dengan mencampurkan obat flu rersebut kedalam makanan mereka. Berharap efek samping yang tertulis pada bungkus obat itu manjur. Pukul sepuluh malam waktu saat ini, Kania sudah mengawasi sejak tadi dan tak ada penjaga yang biasanya berkeliling rumah. Sepertinya efek kantuk dari obat itu berhasil. Kania pun sudah berhasil turun dari balkon menggunakan sprei yang ia buat seperti tali untuk turun dari balkon. Taman samping sudah berhasil ia lewati, saatnya melompat pagar dengan perlahan. Grep. Baru saja Kania hendak memijakkan kakinya ke pagar, tiba tiba bahunya ditahan dari belakang. Kania terkejut bukan main. Apakah ia ketahuan? "Mau kemana
Della sedang merengek pada Cakra di meja makan ketika Kania keluar dari dapur. Tak tahu apa yang sedang dikeluhkan Della kali ini, Kania tak mau ambil pusing. Ia sibuk mempersiapkan sarapan sebelum Cakra marah marah nantinya."Ayolah mas. mumpung aku belum lahiran lho ini. Kamu kan janji waktu itu mau ajak aku bulan madu ke Maldives." rengek Della. Oh, rupanya Della meminta bulan madu rupanya.Kania jadi teringat bulan madu dirinya dengan Cakra dulu. Tak jauh jauh, Bali tempat wisata bulan madu mereka. Karena saat itu Kania dan Cakra memang tak ingin berlama lama mengambil cuti jadi pilihannya memang hanya daerah yang dekat dekat saja."Justru karena kamu sedang hamil besar begini, nanti kalo ada apa apa gimana? usia kandungan kamu sudah tujuh bulan, sebentar lagi mau lahiran. Nanti aja kalau anak kita sudah lahir baru kita pergi bulan madu."ucap Cakra.Della merengut kesal. Padahal setelah mereka menikah, mereka justru tak ada waktu berduaan. Cakra terus saja sibuk bekerja ditambah m
"Sudah kubilang, aku haya ingin kita menjalani rumah tangga kita dengan tenang, kenapa kau malah ingin merusak ketenangan ini?!" Cakra membentak Kania didalam kamarnya sesaat setelah tante Ratna pergi dari rumah mereka. Cakra merasa kesal dengan reaksi Kania saat tante Ratna datang tadi."Ta-tapi aku cuma ingin menjenguk Bianca mas." ujar Kania. Meski tahu itu cuma alasan yang dibuat buat namun Kania tak ingin Cakra kesal jika ia mengatakan ingin pergi dari rumah. "Persetan dengan alasan itu! kau pikir aku bodoh?! wanita sialan itu, kau yang memanggilnya kan?! JAWAB!" Kania tersentak dibentak Cakra tiba tiba seperti itu. Kania bingung darimana pemikiran Cakra bahwa dirinya yang menghubungi tante Ratna. Sedangkan ponsel saja ia tak punya dan telepon rumah sudah diputus oleh suaminya di hari kedatangan Della kerjmah mereka. Jadi bagaimana bisa ia dituduh seperti itu."Sumpah mas,bukan aku. Hapeku saja ga ada, gimana aku hubungi tante Ratna?" Kania mencoba menjelaskan dengan selembut mun
Kania menatap semburat langit sore yang berwarna jingga. Matahari sebentar lagi akan bersembunyi dan tugasnya digantikan sang bulan. Sambil menggenggam sapu di tangan kanannya, Kania menghela nafas dalam dalam. Entah sudah berapa minggu dirinya tak keluar rumah, ia tak tahu bahkan malas untuk menghitungnya. Keadaan masih tetap sama, dirinya masih menjadi pembantu dirumahnya sendiri. Ia sudah terlalu lelah menghadapi Cakra yangnsering kali marah jika ia meminta sesuatu. Karenanya ia jalani saja tugasnya ini.Tentang keinginannya untuk kabur masih tetap ada. Beberapa kali ia mencoba keluar namun sepertinya penjagaan dirumah lebih diperketat sejak kejadian ia mencoba kabur tempo lalu. Apalagi kini orangtua Della juga berada dirumah otomatis lebih banyak mata dan telinga yang kerap mengawasinya.Seperti waktu kemarin saat ia mengendap endap berusaha kabur saat penjaga gerbang ketiduran, ibu Della yang melihatnya langsung membangunkan satpam dan menggagalkan rencananya.Saat sedang meratap
Kania sedang membersihkan dapur sehabis memasak untuk makan malam saat seorang pria paruh baya menghampiri dirinya. Dengan tatapan matanya yang terlihat memiliki niat tertentu ke arahnya membuat Kania risih. Selama menjadi istri Cakra, Kania berusaha menghindari sebisa mungkin interaksi dengan lawan jenis. Karena itu ia merasa terganggu saat ada seorang pria yang menatao dirinya dengan intens."Ada perlu apa?" Jengah ditatap sedemikian rupa membuat Kania memberanikan diri menegur lelaki bertubuh gempal tersebut. Yang ditanya hanya tersenyum dengan senyuman yang justru membuat Kania semakin terganggu. "Apa kau pekerja disini?" tanya pria paruh baya itu. "Bukan." Jawab Kania dengan tegas dan singkat kemudian ia segera buru buru pergi daripada terus meladeni pertanyaan pria tersebut.Namun Kania belum bisa bernafas lega karena Kania merasa pria tersebut mengikutinya. "Tunggu dulu, saya belum selesai bicara." ucap pria itu sambil terus mengikuti Kania. Melihat gelagat pria tersebut Kania
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments