Home / Romansa / Perjalanan Waktu Sang Gadis Desa / 3. Zaman yang Sangat Miris

Share

3. Zaman yang Sangat Miris

Author: Nanda Safitri
last update Last Updated: 2025-04-21 12:05:08

Seketika ruangan besar yang bergema itu pun hening. Semua mata pria yang ada di sana, tertuju pada satu ruang, tempat dimana suara misterius terdengar. Begitu juga dengan Anna. Gadis berambut panjang itu ikut menolehkan kepalanya dengan tatapan penuh rasa ingin tahu.

Reihan menggedor pintu berwarna coklat muda tersebut tak sabaran. Masalah bertubi-tubi menghampirinya hari ini. Rasanya kesabaran Reihan pun sudah mulai habis. Seperti dia ingin menebas kepala orang-orang yang menghalangi pandangannya saat ini juga.

Pukulan pada pintu semakin menuntut, namun tak ada tanda-tanda seseorang akan keluar. Karena tak kunjung terbuka, Reihan pun mengangkat kaki sebelah kanan dan mendobrak pintu di depannya sekuat tenaga.

“Arghh! Tidak sopan!” teriak seseorang dari dalam.

Pria berambut panjang yang di kepang banyak menggunakan karet berwarna-warni keluar dari dalam toilet. Semua orang yang melihat, sontak tertawa ulah penampilan konyol pria berbadan gemuk tersebut.

“Kenapa kalian ribut-ribut di depan tempat bertapaku? Kalian semua penguntit!” ucapnya sembari menatap tajam semua orang.

Tatapan pria itu terhenti pada Anna. Dia sangat tertarik dengan penampilan gadis tersebut. Pinggangnya yang ramping membuat tubuh Anna menjadi sangat indah dan menarik. Ditambah gaun yang dikenakannya sangat membuat mata pria itu terpesona.

Slurp!!

“Sepertinya enak!” Pria itu melangkah perlahan dan tidak melepaskan pandangan dari tubuh Anna.

Anna membelalak. Kala pria tersebut langsung merengkuh tubuhnya tanpa basa-basi. “Lepaskan aku!” teriak Anna berulang kali.

Semua orang yang ada di sana dibuat terkejut. Namun, alih-alih menolong, mereka lebih memilih mengeluarkan handphone dan menekan bagian kamera. Sambil tertawa, mereka merekam kejadian memalukan tersebut.

“Tolong jangan sakiti aku!” ujar Anna lirih.

Sementara itu, Reihan yang juga melihat kejadian tersebut, mati-matian menahan emosi. Tatapan rasa benci yang awalnya diberikan kepada Anna, beralih pada pria gila itu. Jemari sebelah kanannya mengepal dan bersiap memukul pria di depannya saat ini juga.

Bukk!!

Satu pukulan mendarat di pipi sebelah kanan pria berbaju merah tersebut, hingga jatuh tersungkur.

“Kurang ajar! Dasar keparat! Kau tak pantas berjalan di bumi ini!” ucapnya sembari memukul wajah pria itu tanpa henti.

“Ampuni aku! Tolong ampuni aku!” dia memohon lirih.

“Orang kurang ajar! Kau tak pantas hidup!” geram Reihan.

Orang-orang yang sebelumnya hanya menonton dan merekam, akhirnya berusaha memisahkan mereka berdua.

“Hei, sudah! Jangan bertengkar di ruang ganti!” seru bapak berkumis putih nan tebal.

Beberapa orang dari mereka menarik Reihan dan pria itu agar saling menjauh.

Sementara Anna, tak dapat mengontrol jantungnya yang berdegup sangat kencang. Orang yang tadi diajaknya berdebat adalah orang yang sangat kuat. Anna tidak bisa membayangkan apa jadinya jika Anna yang dipukul, sudah pasti ayahnya tak akan mengenalinya lagi.

“Lepaskan aku!” ujar Reihan. Napasnya naik turun, dia berusaha mengontrol emosi.

Anna diam terpaku, tidak tau harus berbuat apa. Tiba-tiba, Reihan menatap Anna tajam dan berjalan perlahan ke arahnya.

Tuhan! Tolong selamatkan aku! monolog Anna dalam hati.

Semakin dekat Reihan melangkah, maka degup jantung Anna semakin kencang. Dia terus merapalkan doa, agar Tuhan menyelamatkan hidupnya.

Reihan berhenti tak jauh dari Anna berdiri. Jarak mereka cukup dekat. Anna memejamkan mata, bersiap jika nanti Reihan akan memukulinya.

“Bagaimana keadaanmu?” tanya Reihan.

Deg

Anna menyalang, dia dibuat kaget oleh pertanyaan pria yang berdiri di depannya saat ini.

Serius dia bertanya begitu? Monolog Anna dalam hati.

Mata Anna megerjap beberapa kali, lalu berkata, “Aku baik-baik saja, terimakasih sudah membantuku,” ucap Anna gugup.

Reihan mengangguk, dia menarik tangan Anna, lalu keluar dari tempat tersebut.

Anna diam seribu bahasa. Orang yang menariknya saat ini, jadi berbeda 180 derajat. “Maaf, kamu mau membawaku kemana?” tanya Anna.

“Ke toko baju,” jawab Reihan singkat. Dia tidak melepaskan pegangannya dari gadis yang baru saja dituduhnya penguntit tersebut.

Dahi Anna berkerut, untuk apa pria itu membawanya ke toko baju? Apa baju yang dikenakannya sangat tidak pantas?

Akhirnya, mereka berdua sampai di sebuah outlet yang khusus menjual pakaian wanita. Reihan melepaskan pegangannya dari Anna, lalu menyuruh gadis tersebut untuk memilih.

“Aku tidak punya koin,” ujar Anna.

“Aku yang bayar, pilih saja yang kamu suka,” ucap Reihan dengan wajah yang begitu datar.

“Tapi kenapa kamu membelikanku baju?” tanya Anna polos.

Reihan berdecak. Gadis di depannya ini sungguh cerewet. “Apa kamu tidak belajar dari kejadian barusan, ha?”

“Apa bajuku yang membuat pria itu tergoda?” tanya Anna lagi.

“Berhenti bertanya dan pilih saja bajunya!” ucap Reihan singkat.

Anna mengangguk dan mulai melihat-lihat baju yang terpajang di toko tersebut.

“Baju mana yang harus kupilih? Semua baju di sini sepertinya belum selesai dijahit,” monolog Anna pelan.

Sudah setengah jam Reihan menunggu. Namun, Anna tak kunjung mengambil pakaian yang dia suka. Gadis itu hanya berdiri dengan tatapan bingung.

Reihan menghembuskan napas jengah. Dia berjalan menuju salah satu rak dan mengambil baju kaos setelan berlengan panjang berwarna pink dan memberikannya kepada Anna. “Cepat pakai, aku tidak punya waktu banyak!”

Anna mengangguk, lalu mengambil baju tersebut dari tangan Reihan.

“Tunggu apa lagi? Ayo cepat pakai bajunya!” ulang Reihan yang melihat Anna masih diam terpaku tak beranjak satu jengkal pun.

Anna menatap pria tinggi di depannya polos. Dia tidak tau dimana harus berganti pakaian. “Dimana aku bisa mengganti bajuku?” tanya Anna pelan, namun masih bisa terdengar oleh Reihan.

Reihan memutar mata malas. Apa benar gadis ini adalah seseorang yang kurang waras dan kabur dari rumah sakit jiwa. “Di sana,” ucap Reihan sembari menunjuk salah satu bilik bertirai abu-abu.

Anna mengikuti kemana arah telunjuk pria itu, lalu berjalan menuju ruangan yang dimaksud untuk berganti pakaian.

Beberapa menit kemudian, Anna pun selesai dengan pakaiannya dan Reihan juga sudah membayar pakaian tersebut. Namun, masalah Reihan tidak berhenti sampai di situ saja. Masalah baru pun menghampiri Reihan ketika Anna menatapnya dengan tatapan sayu, seperti sedang menahan lapar.

“Apalagi sekarang?” tanya Reihan jengah.

“Aku lapar! Dan aku tidak punya koin,” mata gadis itu berkaca-kaca.

“Pulang sana! Biar dapat makan,” seru Reihan datar.

“Aku tidak punya rumah di zaman ini,” ujar Anna jujur.

“Berhenti bohong padaku! Aku tidak suka perempuan yang suka berbohong.” Reihan berjalan keluar meninggalkan Anna yang sudah sangat kelaparan.

Hari semakin larut, dan sedari tadi Anna belum merasakan makanan. Karena tak tahan lagi, akhirnya Anna mengikuti Reihan diam-diam. Dan, yap! Anna benar-benar menjadi penguntit.

Merasa ada yang mengikuti, Reihan pun berhenti dan berbelok ke arah kiri. Jejak pria itu pun hilang dan Anna tak tau arah kemana pria tersebut pergi.

“Kemana dia?” tanya Anna.

“Dia yang mana?” seseorang mengejutkan Anna dari belakang.

Sontak Anna berteriak, “Siapa kau?” dia membungkuk sembari menutup telinga. Mata gadis itu memejam, badannya pun gemetar.

“Kamu mengikutiku?” tanya Reihan.

Mendengar suaranya sekali lagi, Anna sadar bahwa itu adalah pria yang baru saja dia ikuti. Anna pun berdiri dan berbalik. “Maaf! Aku hanya lapar,” ucapnya, kelopak mata gadis itu terlihat layu.

Reihan membuang napas jengah. Sepertinya dia harus berurusan dengan gadis ini sekali lagi, sebelum benar-benar terbebas dan hidup bahagia selamanya.

“Ya, sudah, mari ikut aku!”

Duarr!!!

Arghhhh!!

Belum sempat Reihan dan Anna melangkah, suara ledakan yang sangat keras terdengar. Segerombolan orang berjas hitam berlari mendekat.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Perjalanan Waktu Sang Gadis Desa   4. Nenek Tongkat Melayang

    “Ayo pulang Tuan Amor, ini perintah nenek.” seorang pria berbadan kekar membungkuk di depan Reihan yang dipanggilnya Amor. Reihan berdecak, “Berhenti menakuti teman-temanku!” ucap Reihan sembari mengacak rambutnya kesal. “Kami tidak menakuti Tuan, kami hanya menjalankan perintah,” ucap pria tersebut. “Bilang ke nenek, aku tidak seperti keparat tua itu. Jadi, nenek tidak perlu mengekangku!” seru Reihan. Sementara itu, Anna yang berdiri sedikit jauh di belakang, hanya diam terpaku. Dia masih terkejut dan tidak pernah menyangka akan adanya peluru yang melayang di atas kepalanya. Suasana berubah menjadi mencekam. Semakin lama Reihan berdebat dengan pria berpakaian hitam tersebut, maka semakin berdegup jantung Anna. Anna benar-benar tidak tau apa yang sedang terjadi. Bukannya para pria berseragam serba gelap tersebut ingin membunuh mereka berdua? Tapi, kenapa Reihan tidak mencoba untuk berlari dan kabur untuk menyelamatkan diri? Sungguh aneh, Anna tidak dapat memprediksi tingkah lak

    Last Updated : 2025-04-21
  • Perjalanan Waktu Sang Gadis Desa   5. Rumah Yang Aneh

    Keheningan malam sukses membuat rumah yang jauh dari keramaian, menjadi sangat mencekam. Rumah besar tersebut di kelilingi kolam ikan yang sangat tidak terurus, hingga menghasilkan bau yang membuat hidung tidak nyaman.Samentha, nyonya besar yang memegang semua kendali di rumah itu, berdiri di tepi kolam. “Keberanian apa yang merasukimu, hingga bisa membawa cucuku kabur?” DegSatu pertanyaan yang sukses membuat Anna terpaku. Dia tidak mampu menjawab, dan tubuhnya begitu gemetar. Anna berdiri di antara dua pria yang baru saja ditemuinya dan menyeretnya ke rumah besar tak terurus tersebut. Padahal pemiliknya memiliki asisten rumah tangga, namun tetap saja rumah tersebut kotor dan berantakan.Entah apa yang dipikirkan nenek tua itu. Sepertinya yang berguna di rumah tersebut hanyalah para bodyguardnya.“Kenapa kamu diam? Ayo jawab pertanyaan saya!” serunya sedikit keras. Samentha yang awalnya berdiri membelakangi Anna pun berbalik, dia berjalan perlahan mendekati gadis tersebut.Dengan g

    Last Updated : 2025-04-21
  • Perjalanan Waktu Sang Gadis Desa   Aturan Aneh Sang Nenek

    Suara tawa yang menyimpan begitu banyaknya luka, menggema di lorong ruangan. Di sana, terlihat seorang wanita paruh baya nan cantik, berjalan perlahan entah mau kemana. Dia terus berjalan, kulit wajahnya begitu putih tak ubah seperti etnis belanda. Bibirnya merah, alisnya tebal, dan hidung mungil yang mancung. Mata indah wanita itu begitu liar. Mulutnya tidak berhenti bernyanyi pelan. Mendendangkan sebuah lagu yang selalu sama setiap hari. Di usianya yang belum terlalu tua, wanita berumur 45 tahun itu, sudah melupakan segalanya. Dia tidak ingat siapa dirinya, apalagi keluarga. Yang dilakukan wanita baya itu, setiap hari hanyalah bersenandung, seakan dunia tidak pernah jahat dan selalu baik terhadapnya. Setelah beberapa langkah berjalan, mata wanita bernama Renata itu terhenti pada satu ruangan. Ruangan yang bernuansa sangat nyentrik. Matanya berbinar, sambil tertawa, dia berjalan perlahan dan mondar-mandir di depan pintu. “Kenapa pintunya tidak dibukakan untukku?” gumamnya setelah

    Last Updated : 2025-05-06
  • Perjalanan Waktu Sang Gadis Desa   1. Tangisan dan Paksaan

    Pohon palem berjajar rapi di tepi jalan masuk rumah paling besar di desa. Beberapa obor menyala menciptakan bayangan yang menggetarkan hati setiap orang yang melihatnya. Anna duduk seorang diri memandangi api dari obor yang bergerak ke sana kemari diterpa angin.Jari lentik gadis cantik berambut panjang yang dikepang dua, memainkan pulpen berwarna hitam yang sedari tadi dipeganginya. Mata cantik Anna beralih menatap buku kosong dengan tatapan sendu."Apa pilihan hanya diciptakan untuk orang-orang punya keluarga yang sangat mencintai anaknya? Aku juga mempunyai keluarga, tapi kenapa aku tidak disediakan pilihan juga? Apa itu berarti bahwa mereka semua tidak pernah menyayangi aku?"Mulut gadis itu bergumam sembari jemarinya bermain menuliskan tulisan yang diucapkan mulut dan hati Anna.Anna menghapus air matanya yang entah dari kapan mengalir. Dia berdiri dan masuk ke dalam rumah dengan perasaan yang gelisah.Sesampainya dia di ruang tengah, suara sang ayah bergema di telinga Anna."Ann

    Last Updated : 2025-04-21
  • Perjalanan Waktu Sang Gadis Desa   2. Polos

    "BRAK!!” Suara benturan mengguncang udara yang penuh dengan debu. Anna terlonjak mundur, matanya membelalak melihat serpihan logam beterbangan. Asap mengepul dari sesuatu yang baru saja menabrak di tengah jalan. Orang-orang berteriak histeris, mereka berlari bersama raut wajah khawatir. Tapi Anna hanya berdiri terpaku di tepi badan logam berukuran besar yang sudah penyok dan berderai. Jantungnya berdegup kencang. Dia belum pernah melihat kejadian semengerikan ini. “Itu apa ya?” Anna bermonolog dalam hati. Anna semakin dibuat bingung. Sebenarnya apa yang telah terjadi di dunia yang baru saja didatanginya ini. Karena takut, Anna bergegas pergi dari tempat itu dan melanjutkan perjalanannya. Namun, baru selangkah Anna berjalan, ada yang menarik tangannya dari belakang. Anna terkejut, dia sontak menoleh. “Maaf, ada apa, ya?” “Lo masih nanya ada apa? Otak lo di mana?” ucap seorang wanita berambut pendek dan berpenampilan seperti laki-laki. “Maaf, Mas! Tapi Aku salah apa ya, M

    Last Updated : 2025-04-21

Latest chapter

  • Perjalanan Waktu Sang Gadis Desa   Aturan Aneh Sang Nenek

    Suara tawa yang menyimpan begitu banyaknya luka, menggema di lorong ruangan. Di sana, terlihat seorang wanita paruh baya nan cantik, berjalan perlahan entah mau kemana. Dia terus berjalan, kulit wajahnya begitu putih tak ubah seperti etnis belanda. Bibirnya merah, alisnya tebal, dan hidung mungil yang mancung. Mata indah wanita itu begitu liar. Mulutnya tidak berhenti bernyanyi pelan. Mendendangkan sebuah lagu yang selalu sama setiap hari. Di usianya yang belum terlalu tua, wanita berumur 45 tahun itu, sudah melupakan segalanya. Dia tidak ingat siapa dirinya, apalagi keluarga. Yang dilakukan wanita baya itu, setiap hari hanyalah bersenandung, seakan dunia tidak pernah jahat dan selalu baik terhadapnya. Setelah beberapa langkah berjalan, mata wanita bernama Renata itu terhenti pada satu ruangan. Ruangan yang bernuansa sangat nyentrik. Matanya berbinar, sambil tertawa, dia berjalan perlahan dan mondar-mandir di depan pintu. “Kenapa pintunya tidak dibukakan untukku?” gumamnya setelah

  • Perjalanan Waktu Sang Gadis Desa   5. Rumah Yang Aneh

    Keheningan malam sukses membuat rumah yang jauh dari keramaian, menjadi sangat mencekam. Rumah besar tersebut di kelilingi kolam ikan yang sangat tidak terurus, hingga menghasilkan bau yang membuat hidung tidak nyaman.Samentha, nyonya besar yang memegang semua kendali di rumah itu, berdiri di tepi kolam. “Keberanian apa yang merasukimu, hingga bisa membawa cucuku kabur?” DegSatu pertanyaan yang sukses membuat Anna terpaku. Dia tidak mampu menjawab, dan tubuhnya begitu gemetar. Anna berdiri di antara dua pria yang baru saja ditemuinya dan menyeretnya ke rumah besar tak terurus tersebut. Padahal pemiliknya memiliki asisten rumah tangga, namun tetap saja rumah tersebut kotor dan berantakan.Entah apa yang dipikirkan nenek tua itu. Sepertinya yang berguna di rumah tersebut hanyalah para bodyguardnya.“Kenapa kamu diam? Ayo jawab pertanyaan saya!” serunya sedikit keras. Samentha yang awalnya berdiri membelakangi Anna pun berbalik, dia berjalan perlahan mendekati gadis tersebut.Dengan g

  • Perjalanan Waktu Sang Gadis Desa   4. Nenek Tongkat Melayang

    “Ayo pulang Tuan Amor, ini perintah nenek.” seorang pria berbadan kekar membungkuk di depan Reihan yang dipanggilnya Amor. Reihan berdecak, “Berhenti menakuti teman-temanku!” ucap Reihan sembari mengacak rambutnya kesal. “Kami tidak menakuti Tuan, kami hanya menjalankan perintah,” ucap pria tersebut. “Bilang ke nenek, aku tidak seperti keparat tua itu. Jadi, nenek tidak perlu mengekangku!” seru Reihan. Sementara itu, Anna yang berdiri sedikit jauh di belakang, hanya diam terpaku. Dia masih terkejut dan tidak pernah menyangka akan adanya peluru yang melayang di atas kepalanya. Suasana berubah menjadi mencekam. Semakin lama Reihan berdebat dengan pria berpakaian hitam tersebut, maka semakin berdegup jantung Anna. Anna benar-benar tidak tau apa yang sedang terjadi. Bukannya para pria berseragam serba gelap tersebut ingin membunuh mereka berdua? Tapi, kenapa Reihan tidak mencoba untuk berlari dan kabur untuk menyelamatkan diri? Sungguh aneh, Anna tidak dapat memprediksi tingkah lak

  • Perjalanan Waktu Sang Gadis Desa   3. Zaman yang Sangat Miris

    Seketika ruangan besar yang bergema itu pun hening. Semua mata pria yang ada di sana, tertuju pada satu ruang, tempat dimana suara misterius terdengar. Begitu juga dengan Anna. Gadis berambut panjang itu ikut menolehkan kepalanya dengan tatapan penuh rasa ingin tahu. Reihan menggedor pintu berwarna coklat muda tersebut tak sabaran. Masalah bertubi-tubi menghampirinya hari ini. Rasanya kesabaran Reihan pun sudah mulai habis. Seperti dia ingin menebas kepala orang-orang yang menghalangi pandangannya saat ini juga. Pukulan pada pintu semakin menuntut, namun tak ada tanda-tanda seseorang akan keluar. Karena tak kunjung terbuka, Reihan pun mengangkat kaki sebelah kanan dan mendobrak pintu di depannya sekuat tenaga. “Arghh! Tidak sopan!” teriak seseorang dari dalam. Pria berambut panjang yang di kepang banyak menggunakan karet berwarna-warni keluar dari dalam toilet. Semua orang yang melihat, sontak tertawa ulah penampilan konyol pria berbadan gemuk tersebut. “Kenapa kalian ribut-ribut

  • Perjalanan Waktu Sang Gadis Desa   2. Polos

    "BRAK!!” Suara benturan mengguncang udara yang penuh dengan debu. Anna terlonjak mundur, matanya membelalak melihat serpihan logam beterbangan. Asap mengepul dari sesuatu yang baru saja menabrak di tengah jalan. Orang-orang berteriak histeris, mereka berlari bersama raut wajah khawatir. Tapi Anna hanya berdiri terpaku di tepi badan logam berukuran besar yang sudah penyok dan berderai. Jantungnya berdegup kencang. Dia belum pernah melihat kejadian semengerikan ini. “Itu apa ya?” Anna bermonolog dalam hati. Anna semakin dibuat bingung. Sebenarnya apa yang telah terjadi di dunia yang baru saja didatanginya ini. Karena takut, Anna bergegas pergi dari tempat itu dan melanjutkan perjalanannya. Namun, baru selangkah Anna berjalan, ada yang menarik tangannya dari belakang. Anna terkejut, dia sontak menoleh. “Maaf, ada apa, ya?” “Lo masih nanya ada apa? Otak lo di mana?” ucap seorang wanita berambut pendek dan berpenampilan seperti laki-laki. “Maaf, Mas! Tapi Aku salah apa ya, M

  • Perjalanan Waktu Sang Gadis Desa   1. Tangisan dan Paksaan

    Pohon palem berjajar rapi di tepi jalan masuk rumah paling besar di desa. Beberapa obor menyala menciptakan bayangan yang menggetarkan hati setiap orang yang melihatnya. Anna duduk seorang diri memandangi api dari obor yang bergerak ke sana kemari diterpa angin.Jari lentik gadis cantik berambut panjang yang dikepang dua, memainkan pulpen berwarna hitam yang sedari tadi dipeganginya. Mata cantik Anna beralih menatap buku kosong dengan tatapan sendu."Apa pilihan hanya diciptakan untuk orang-orang punya keluarga yang sangat mencintai anaknya? Aku juga mempunyai keluarga, tapi kenapa aku tidak disediakan pilihan juga? Apa itu berarti bahwa mereka semua tidak pernah menyayangi aku?"Mulut gadis itu bergumam sembari jemarinya bermain menuliskan tulisan yang diucapkan mulut dan hati Anna.Anna menghapus air matanya yang entah dari kapan mengalir. Dia berdiri dan masuk ke dalam rumah dengan perasaan yang gelisah.Sesampainya dia di ruang tengah, suara sang ayah bergema di telinga Anna."Ann

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status