“Tolong!” Suara Anna tercekat. Dunia apa ini? Di sini, semua terasa menyakitkan. Sejak tubuh gadis malang itu menginjakkan kaki di dunia yang penuh polusi itu, jeritan kepedihan terus mengikuti Anna. Sekarang apalagi? Belum cukupkah Tuhan memberikan cobaan? Padahal, Anna tidak berniat mengganggu hidup siapa pun. Hidup memang tidak adil! “Nenek, hentikan!” Reihan berlari tergopoh menghampiri sang nenek yang semakin menggila. Kebenciannya terhadap perempuan telah membuat Samentha gelap mata. Leher Anna memerah, bagaimana tidak, meski sudah tua dan renta, tangan keriputnya masih terasa sangat kuat. Cekikan itu berlangsung lama, hingga akhirnya Reihan datang dan berhasil melepaskan Anna dari cengkraman sang nenek. lebih baik aku keluar dari sini, monolog Anna dalam hati. Di tengah napas yang masih tersengal, Anna berkata, “Reihan, aku mau keluar!” seru Anna yakin. Reihan menoleh, “Aku tidak pernah berniat menahanmu di sini, tapi tidak sekarang.” “Biarkan dia pergi, Amor! Su
Terakhir Diperbarui : 2025-05-08 Baca selengkapnya