Share

3. Cerai bukan jalan terbaik

Author: Intan SR
last update Last Updated: 2023-11-01 16:34:04

“Kita cerai aja, Ras,” kata Adhi. Alih-alih memita maaf pada istrinya, dia malah mengajak istrinya untuk bercerai.

“Apa katamu, Mas?”

“Iya, kita cerai.”

“Kamu lebih memilih perempuan itu?”

Adhi tidak menjawab. Jelas jika dia lebih memilih wanita itu alih-alih dirinya yang sudah menemaninya sejak Adhi memulai bisnisnya dari nol.

“Ras, denger.” Adhi menyugar rambutnya lalu mencengkeram kedua bahu Laras. Menatap kedua bola mata itu bergantian. “Jujur, aku udah nggak ada perasaan sama sekali sama kamu. Rasanya anyep, selama ini aku bersikap baik karena aku nggak mau merasa bersalah banget sama kamu. Aku memang selingkuh, tapi aku masih mau jadi suami yang bertanggungjawab.”

“Dengan gaya romantismu selama ini? Dan ternyata semua itu palsu?”

Adhi menjilat bibir bawahnya lalu memalingkan wajahnya.

“Bahkan saat ini kamu juga udah muak lihat wajah wanita yang sudah ngasih kamu anak yang sekarang udah berumur tujuh belas tahun!”

“Ras! Cerai adalah jalan satu-satunya buat kita sekarang. Karena… “

“Karena apa?”

“Karena Adis hamil anakku. Aku mau bertanggungjawab, tapi pasti kamu nggak akan ngasih aku izin buat nikahin dia, kan?”

“Kamu… bener-bener bajingan ya, Mas.”

Laras mengambil rantang yang dia bawa tadi. Ia buka tutup rantang kemudian dia lemparkan isinya pada Ardhi. Semua makanan itu berhasil mengotori dada telanjang Adhi.

“Aku… nggak bakalan ceraiin kamu. Dan nggak bakalan biarin kamu nikahin dia. Dan masalah ini… lihat aja nanti. Hidupmu dan hidup perempuan itu nggak akan mudah, Mas!”

Laras pergi dari ruangan Adhi dengan perasaan bercampuraduk. Marah, emosi, kecewa dan hancur.

Apakah karena dia sudah tua dan tidak menarik lagi? Makanya Adhi berselingkuh dengan wanita yang umurnya jauh di bawahnya? Bahkan Adis lebih cocok untuk menjadi kakak Abhi.

Laras meneteskan air matanya. Dia masuk ke dalam lift dan mendapati beberapa karyawan langsung memandangnya dengan aneh. Tapi Laras tidak memedulikan hal itu.

Saat sampai di lobi, kedua resepsionis tadi tidak berkata apa-apa. Hanya tatapan dan bisik-bisik mereka menjelaskan semuanya. Jika hanya dirinya yang tidak tahu bahwa suaminya selama ini tengah berselingkuh dengan sekertarisnya sendiri.

Foto-foto yang Laras posting di media sosial selama ini adalah palsu. Pasti banyak yang menertawakan di belakangnya karena tahu bahwa Adhi tidak hanya menjadi suaminya, tapi menjadi kekasih perempuan lain.

Dengan perasaan yang sesak Laras masuk ke mobilnya. Foto dirinya dan Abhi yang tergantung di depannya langsung ia lepas.

“Cerai? Kamu harus menderita dulu,” gumam Laras. Ia melajukan mobilnya keluar dari basement.

Ketika dalam perjalanan pulang, pikiran Laras benar-benar ruwet. Dia merasa seperti sebuah boneka yang sudah tidak dibutuhkan lagi. Dia hanyalah mainan yang sudah membosankan dan tak layak untuk dipertahankan.

Waktu dirinya masih remaja dan duduk di kelas dua SMA. Banyak cowok-cowok yang menyukainya. Tak terkecuali si brengsek Adhi.

Adhi yang dulu sudah berkuliah tentu saja terlihat begitu memesona di antara cowok-cowok yang mengejar-ngejarnya. Lelaki itu juga terlihat begitu bersungguh-sungguh ketika ingin menjadikannya kekasihnya.

Tapi sekarang apa? Setelah umurnya menginjak 39 tahun, menjadi ibu seorang anak laki-laki. Adhi malah bercinta dengan perempuan lain di kantornya sendiri.

Laras yang kepalanya dipenuhi dengan bayangan Adhi bersama dengan Adis menjadi tidak fokus dengan jalanan yang dia lalui. Dia tidak tahu jika palang kereta api tiba-tiba turun dan dia menerobosnya.

Suara pekikan orang-orang tidak menyadarkannya. Dia merasa ada yang aneh ketika mobilnya mendadak berhenti di tengah rel.

Cahaya silau yang terpancar dari sisi kirinya membuatnya menoleh. Matanya melebar saat melihat kereta api menyongsong ke arahnya. Laras membeku, bahkan otaknya tak dapat untuk berpikir lagi…

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Perjalanan ke Masa Lalu Istri yang Diselingkuhi   epilog

    Tahun 2007 – Hari Pertama Laras di SMAMatahari siang menyengat, membakar lapangan sekolah yang luas. Sekelompok siswa baru berdiri berjejer di tengah lapangan, wajah mereka memerah karena malu dan kepanasan. Mereka dihukum karena datang terlambat di hari pertama sekolah.Di antara mereka, seorang gadis berdiri dengan kepala tegak, meskipun keringat menetes di pelipisnya. Rambut hitam panjangnya dikuncir kuda, seragam putih abu-abunya sedikit kusut karena terburu-buru.Laras. Di tangga lantai dua gedung sekolah, seorang siswa kelas dua menyandarkan tubuhnya ke pagar besi, memperhatikan pemandangan di bawah dengan senyum tipis.Tian.Ia menyilangkan tangan di dadanya, matanya terpaku pada sosok gadis yang berdiri paling tegak di tengah lapangan. Ia tidak tahu kenapa, tapi ada sesuatu pada gadis itu yang membuatnya tidak bisa mengalihkan pandangan.“Oi, kamu senyum-senyum sendiri kenapa?” suara Dani, teman sekelasnya, memecah lamunannya.Tian tetap tidak menjawab, masih memandangi gadi

  • Perjalanan ke Masa Lalu Istri yang Diselingkuhi   bab 32. Akhir Dari PELAKOR

    Laras berdiri di depan cermin besar, menatap pantulan dirinya dalam balutan kebaya putih yang sederhana namun elegan. Rambutnya disanggul rapi, dihiasi selipan melati kecil yang harum. Wajahnya terlihat tenang, tetapi hatinya berdebar kencang.Hari ini adalah hari pernikahannya.Ia mengangkat tangannya, meraba dadanya yang bergetar pelan. Setelah semua yang terjadi, setelah luka dan kehilangan, ia akhirnya menemukan seseorang yang tidak hanya mencintainya tetapi juga menerimanya apa adanya.“Laras.”Ia menoleh dan melihat Abi berdiri di ambang pintu, mengenakan setelan formal yang membuatnya terlihat lebih dewasa dari usianya.“Ibu sudah siap?” tanyanya lembut.Laras tersenyum, melangkah mendekat, lalu membetulkan kerah kemeja putranya. “Ibu siap.”Abi menatapnya lama, lalu mengangguk kecil. “Ayo.”Laras mengulurkan tangannya, dan Abi menggenggamnya erat, mengantarnya keluar menuju halaman belakang vila kecil yang mereka sewa untuk acara ini.Pernikahan ini bukan pesta besar dengan ra

  • Perjalanan ke Masa Lalu Istri yang Diselingkuhi   bab 31. hukuman untuk adhi

    Adhi duduk di kursi terdakwa dengan tubuh kaku, tangannya terkepal di atas meja. Wajahnya tampak lebih tirus dari sebelumnya, dengan lingkaran hitam di bawah matanya, pertanda malam-malam tanpa tidur yang ia lalui selama sidang berlangsung. Hari ini, putusan akan dijatuhkan.Ruangan sidang dipenuhi oleh pengunjung. Beberapa adalah wartawan yang siap mengabadikan momen kejatuhan seorang pria yang dulu begitu berkuasa. Sebagian lagi adalah orang-orang yang mengenal Adhi dan ingin melihat akhirnya.Di barisan kursi pengunjung, Laras duduk dengan punggung tegak. Ia mencoba tampak tenang, tetapi jemarinya yang saling meremas menunjukkan kegelisahannya. Di sebelahnya, Tian duduk dengan ekspresi profesional, tetapi tatapan matanya penuh kewaspadaan. Di sisi lain, Abi duduk dengan bahu tegap, tatapannya lurus ke depan. Ia tidak menghindar dari kenyataan.Hakim mengetukkan palunya, membuat seluruh ruangan terdiam.“Berdasarkan bukti yang telah diajukan serta kesaksian yang diberikan, pengadila

  • Perjalanan ke Masa Lalu Istri yang Diselingkuhi   bab 30. penangkapan adhi

    Bab 30. Adhi yang Puas, Lalu MurkaAdhi duduk di ruangannya, menyesap kopi dengan santai sambil membaca berita tentang kebakaran rumah Laras. Senyum penuh kepuasan terukir di wajahnya."Laras, lihatlah... Kamu kehilangan segalanya. Sekarang, kamu pasti menyesal meninggalkan aku," pikirnya puas.Baginya, ini adalah balasan atas semua rasa sakit dan penghinaan yang telah Laras berikan padanya. Kehilangan rumah akan membuatnya terpuruk, dan pada akhirnya, Laras akan kembali padanya dengan wajah penuh penyesalan.Namun, kebanggaan itu lenyap seketika ketika sekretarisnya masuk dengan wajah ragu.“Tuan… Saya baru saja mendengar kabar bahwa… Bu Laras tidak mencari rumah lain.”Adhi mengangkat alis. “Apa maksudmu?”Sekretarisnya menelan ludah sebelum menjawab, “Dia tinggal di rumahnya Pak Tian.”Cangkir di tangan Adhi langsung hancur di genggamannya. Kopi panas tumpah ke meja, tapi ia tak peduli.“Apa?” suaranya terdengar berbahaya.Sekretaris itu mundur sedikit, takut dengan ekspresi penuh

  • Perjalanan ke Masa Lalu Istri yang Diselingkuhi   bab 29. kebakaran

    Enam Bulan KemudianRestoran kecil di sudut kota itu dipenuhi cahaya lampu yang hangat, menciptakan suasana nyaman di tengah udara malam yang mulai mendingin. Di salah satu meja dekat jendela, tiga orang duduk bersama—Abi, Laras, dan Tian.Abi menyendok makanannya dengan santai, sesekali melirik ke arah ibunya dan Tian yang duduk di seberangnya. Laras tampak lebih tenang dibanding beberapa bulan lalu, sementara Tian terlihat nyaman berada di sana, meskipun tetap menjaga sikapnya.Setelah beberapa suapan, Abi meletakkan sendoknya dan menatap ibunya dengan ekspresi serius.“Bu,” panggilnya, suaranya tenang tapi penuh makna.Laras menoleh. “Ya?”Abi menghela napas pelan sebelum melanjutkan, “Aku nggak masalah kalau Ibu mau menikah lagi.”Laras terkejut. “Abi…”“Aku tahu,” Abi tersenyum tipis. “Aku tahu Ibu nggak pernah bahagia sama Ayah. Jadi kalau sekarang ada kesempatan buat Ibu bahagia, aku nggak akan menahan Ibu.”Laras terdiam, menatap putranya dengan mata berkaca-kaca. Hatinya ters

  • Perjalanan ke Masa Lalu Istri yang Diselingkuhi   bab 28. kesempatan kedua

    Satu minggu kemudian. Tempat Rehabilitasi Remaja, Sore HariTian melangkah memasuki area rehabilitasi dengan perasaan campur aduk. Bangunan sederhana dengan halaman luas itu dikelilingi pagar tinggi, tapi suasana di dalamnya terasa lebih tenang dibandingkan penjara. Udara sore yang sejuk tidak bisa meredakan ketegangan dalam dadanya.Di taman belakang, di bawah pohon rindang, Tian akhirnya menemukan Abi duduk di bangku kayu. Pemuda itu mengenakan kaus putih polos dengan jaket tipis, rambutnya sedikit berantakan, dan matanya menatap kosong ke kejauhan.Tian menarik napas panjang sebelum berjalan mendekat. “Abi…” panggilnya pelan.Abi menoleh, ekspresinya datar, tapi sorot matanya menyiratkan ketegangan. “Ngapain ke sini?”Tian mengusap tengkuknya, mencoba mencari kata-kata yang tepat. “Aku mau minta maaf.”Abi mendengus kecil. “Buat apa? Kamu nggak salah apa-apa.”Tian menghela napas. “Aku… juga baru tahu kalau kamu anakku beberapa waktu yang lalu. Waktu aku bertemu ibumu di biro huku

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status