Share

3. Cerai bukan jalan terbaik

“Kita cerai aja, Ras,” kata Adhi. Alih-alih memita maaf pada istrinya, dia malah mengajak istrinya untuk bercerai.

“Apa katamu, Mas?”

“Iya, kita cerai.”

“Kamu lebih memilih perempuan itu?”

Adhi tidak menjawab. Jelas jika dia lebih memilih wanita itu alih-alih dirinya yang sudah menemaninya sejak Adhi memulai bisnisnya dari nol.

“Ras, denger.” Adhi menyugar rambutnya lalu mencengkeram kedua bahu Laras. Menatap kedua bola mata itu bergantian. “Jujur, aku udah nggak ada perasaan sama sekali sama kamu. Rasanya anyep, selama ini aku bersikap baik karena aku nggak mau merasa bersalah banget sama kamu. Aku memang selingkuh, tapi aku masih mau jadi suami yang bertanggungjawab.”

“Dengan gaya romantismu selama ini? Dan ternyata semua itu palsu?”

Adhi menjilat bibir bawahnya lalu memalingkan wajahnya.

“Bahkan saat ini kamu juga udah muak lihat wajah wanita yang sudah ngasih kamu anak yang sekarang udah berumur tujuh belas tahun!”

“Ras! Cerai adalah jalan satu-satunya buat kita sekarang. Karena… “

“Karena apa?”

“Karena Adis hamil anakku. Aku mau bertanggungjawab, tapi pasti kamu nggak akan ngasih aku izin buat nikahin dia, kan?”

“Kamu… bener-bener bajingan ya, Mas.”

Laras mengambil rantang yang dia bawa tadi. Ia buka tutup rantang kemudian dia lemparkan isinya pada Ardhi. Semua makanan itu berhasil mengotori dada telanjang Adhi.

“Aku… nggak bakalan ceraiin kamu. Dan nggak bakalan biarin kamu nikahin dia. Dan masalah ini… lihat aja nanti. Hidupmu dan hidup perempuan itu nggak akan mudah, Mas!”

Laras pergi dari ruangan Adhi dengan perasaan bercampuraduk. Marah, emosi, kecewa dan hancur.

Apakah karena dia sudah tua dan tidak menarik lagi? Makanya Adhi berselingkuh dengan wanita yang umurnya jauh di bawahnya? Bahkan Adis lebih cocok untuk menjadi kakak Abhi.

Laras meneteskan air matanya. Dia masuk ke dalam lift dan mendapati beberapa karyawan langsung memandangnya dengan aneh. Tapi Laras tidak memedulikan hal itu.

Saat sampai di lobi, kedua resepsionis tadi tidak berkata apa-apa. Hanya tatapan dan bisik-bisik mereka menjelaskan semuanya. Jika hanya dirinya yang tidak tahu bahwa suaminya selama ini tengah berselingkuh dengan sekertarisnya sendiri.

Foto-foto yang Laras posting di media sosial selama ini adalah palsu. Pasti banyak yang menertawakan di belakangnya karena tahu bahwa Adhi tidak hanya menjadi suaminya, tapi menjadi kekasih perempuan lain.

Dengan perasaan yang sesak Laras masuk ke mobilnya. Foto dirinya dan Abhi yang tergantung di depannya langsung ia lepas.

“Cerai? Kamu harus menderita dulu,” gumam Laras. Ia melajukan mobilnya keluar dari basement.

Ketika dalam perjalanan pulang, pikiran Laras benar-benar ruwet. Dia merasa seperti sebuah boneka yang sudah tidak dibutuhkan lagi. Dia hanyalah mainan yang sudah membosankan dan tak layak untuk dipertahankan.

Waktu dirinya masih remaja dan duduk di kelas dua SMA. Banyak cowok-cowok yang menyukainya. Tak terkecuali si brengsek Adhi.

Adhi yang dulu sudah berkuliah tentu saja terlihat begitu memesona di antara cowok-cowok yang mengejar-ngejarnya. Lelaki itu juga terlihat begitu bersungguh-sungguh ketika ingin menjadikannya kekasihnya.

Tapi sekarang apa? Setelah umurnya menginjak 39 tahun, menjadi ibu seorang anak laki-laki. Adhi malah bercinta dengan perempuan lain di kantornya sendiri.

Laras yang kepalanya dipenuhi dengan bayangan Adhi bersama dengan Adis menjadi tidak fokus dengan jalanan yang dia lalui. Dia tidak tahu jika palang kereta api tiba-tiba turun dan dia menerobosnya.

Suara pekikan orang-orang tidak menyadarkannya. Dia merasa ada yang aneh ketika mobilnya mendadak berhenti di tengah rel.

Cahaya silau yang terpancar dari sisi kirinya membuatnya menoleh. Matanya melebar saat melihat kereta api menyongsong ke arahnya. Laras membeku, bahkan otaknya tak dapat untuk berpikir lagi…

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status