Jaka mengambil kuda-kuda, tangannya bergerak memutar secara unik, kemudian didorong ke depan dengan telapak tangan terbuka menggunakan separuh tenaga dalam. Tangan kiri menahan serangan gabungan itu, tangan kanan menghantam ke bagian bawah tubuh mereka. Angin dahsyat menderu."Ajian Badai Cemara...!" pekik Tongkat Bertuah kaget. "Keluarkan seluruh tenaga dalam kalian! Ia benar-benar murid Ki Gendeng Sejagat!"Tongkat Bertuah dan si Sanggul Miring berusaha berdiri tegak sekuat tenaga. Mereka menghentikan serangan dan balik bertahan dengan seluruh tenaga dalam yang dimiliki. Mereka tidak pernah bentrok dengan Ki Gendeng Sejagat. Mereka kini merasakan sendiri bagaimana dahsyatnya ajian Badai Cemara dari muridnya.Keenam pendekar dari golongan hitam itu tidak sadar kalau celana mereka mulai robek-robek, lalu terlepas jadi potongan-potongan kecil dan terbang terbawa angin.Gentong Ketawa tertawa terpingkal-pingkal melihat pemandangan ngeri-ngeri sedap di depannya. Nirmala menjerit sambil me
Maharani, puteri mahkota dari kerajaan Utara, berdiri dengan anggun di hadapan Dewi Anjani. Ia dikawal oleh lima pendekar berwajah rupawan dan satu pendekar bertubuh bongsor dengan wajah sedikit merusak pemandangan yang ada."Awalnya aku kira bidadari dari kahyangan turun untukku," kata Gentong Ketawa. "Pas lihat yang terakhir turun tenyata kalian adalah anggota kerajaan dari Utara.""Kau betul Gentong Ketawa, aku adalah Maharani, puteri dari Ratu Ipritala," kata gadis yang paling cantik dan paling mewah pakaiannya. "Aku datang bukan untuk melihat perutmu yang buncit, aku datang untuk mengambil calon pangeran kerajaan Utara." "Sejak kapan Jaka Slebor masuk dalam silsilah kerajaanmu?" sambar Dewi Anjani. "Aku heran begitu banyak puteri yang ingin merebut calon suami orang lain."Maharani tersenyum sinis. "Jika Jaka Slebor calon suamimu, mengapa ia kabur dari penjemputan? Artinya ia tidak mau jadi pangeranmu, karena ia tahu siapa puteri paling cantik di daratan ini.""Apakah benar kanda
Jaka duduk di dalam kereta. Kursinya berkulit beludru berenda emas. Tirai penutup jendela terbuat dari anyaman benang emas. Tiang dan dinding kereta berlapiskan emas. Ada beberapa aksesori menggantung bertahtakan berlian. Sebuah kereta sangat mewah yang barangkali hanya dimiliki kerajaan.Prajurit yang terluka duduk di atas kuda menyaksikan Brajaseta dan anak buahnya mengepung lima pendekar cantik dari kerajaan Utara. Mereka mengandalkan selendang untuk menghadapi senjata pasukan pengawal kerajaan.Mereka berada di atas angin meski kalah jumlah. Berulang kali prajurit terpelanting kena hantam selendang. Tiga orang prajurit terduduk kesakitan tanpa sanggup untuk bangkit. Kekalahan tinggal menunggu waktu.Gentong Ketawa sibuk meladeni Ratu Cermin. Ia kesal melihat Nirmala hanya diam menyaksikan, padahal tahu dirinya cukup kerepotan. Jika bukan Gentong Ketawa, mungkin sudah mati konyol sejak tadi.Gentong Ketawa berseru dengan jengkel, "Kau sedang mencari terong busuk, Nirmala? Setan Paja
Pasti perbuatan konyol Jaka Slebor, begitu dugaan Gentong Ketawa. Tapi bagaimana ia mempengaruhi pikiran para pengawal dari kerajaan Utara? Ilmu apa yang digunakan?"Roh penembang kidung cinta ternyata jail juga," komentar Nirmala sambil memperhatikan kereta yang pergi menjauh dengan cepat. "Aku jadi ngeri."Gentong Ketawa terkejut mendengar omongan tak berdasar itu. Roh Hutan Gerimis tidak pernah merasuki jiwa makhluk lain. Mereka hanya bersenang-senang mengisi keheningan malam. "Jadi menurutmu roh sinden tengah malam itu yang merasuki mereka?" ujar Gentong Ketawa muak. "Aku curiga roh kakakmu yang penari striptis itu yang merasuki mereka. Jadi kau takut sama roh kakak kandung sendiri?""Jangan sembarangan ngomong!" sergah Nirmala. "Menurut keterangan lembaran suci kerajaan, roh penari striptis di kerangkeng di kawah siksa!" "Jadi roh sinden lolos dari kerangkeng? Bagaimana ia membuka pintu kerangkeng padahal pintu pertobatan terkunci?""Ia bukan penari striptis!""Lalu bagaimana i
Dewi Anjani tersenyum, udara semakin sejuk karenanya. "Bercanda. Aku tidak mau berendam di sungai suci dan menyucikan.""Jadi hukumannya cuma berendam di sungai?""Aku kira terlalu remeh jika disebut cuma. Sungai suci sangat dingin dan bisa membuat kita mati beku. Hanya jejaka dan perawan yang bisa selamat.""Kenapa begitu?""Untuk mereka ada pengampunan, begitu menurut lembaran suci. Ada adipati selingkuh dengan wakilnya. Mereka terperangkap di sungai suci sampai mati, padahal mereka berilmu tinggi.""Jadi kita ada pengampunan?"Dewi Anjani balik bertanya, "Kanda ingin bercinta sebelum ritual penyatuan?"Jaka tersenyum samar. "Berarti tawaranmu untuk tidur satu tenda hanya basa-basi.""Aku tidak basa-basi. Sudah disiapkan dua tempat tidur di dalam tenda utama.""Oh, aku kira....""Betapapun inginnya, kita harus menahan hasrat sebelum ritual penyatuan."Aku tidak ada keinginan padamu, sahut Jaka dalam hati. Ia merasa tak ada getaran setiap kali melihat wajah cantik jelita dengan keinda
Gerimis mulai mengguyur perkemahan. Para penjaga di tenda utama tetap bertahan untuk tidak berlindung. Prajurit piket masuk ke dalam tenda.Jaka duduk bersandar ke batang pohon. Ia tidak terkena gerimis karena daun yang rimbun. Jaka kasihan melihat prajurit penjaga terguyur hujan. Ia berseru kepada mereka, sekalian menguji apa perintahnya didengar karena ia adalah calon pangeran, "Kalian berlindung.""Siap, Tuan Muda."Prajurit segera mencari tempat berlindung, tapi tidak jauh dari tenda induk.Jaka tersenyum ternyata pengaruhnya lumayan juga. Tenda induk sebenarnya tidak perlu dijaga karena berada persis di depannya, dan Dewi Anjani sanggup melindungi diri sendiri. Tapi protokol kerajaan tetap harus dilaksanakan.Gentong Ketawa datang dan duduk di dekatnya. Ia habis mengembalikan cawat Nirmala ke kereta jemur."Boleh aku bertanya, Tuan Muda?"Jaka menoleh dengan acuh tak acuh. "Tanya apa?""Tuan Muda dapat cawat dari mana? Kok pas betul?""Harusnya berterima kasih kalau pas, bukan b
Bidasari terkejut mendengar seruan Dewi Anjani sambil mendatangi mereka menggunakan mantel model tembikar. Ia memperhatikan pemuda yang duduk di depannya, dan bertanya untuk memastikan, "Apakah benar kau adalah Jaka Slebor?""Hanya puteri mahkota dari kerajaan Nusa Kencana yang percaya aku adalah Jaka Slebor," jawab Jaka.Bidasari memandang tak percaya. "Bagaimana mungkin! Kekuatan apa yang membuatmu jadi tokoh sakti dalam tujuh bulan?"Jaka membetulkan letak topinya, pura-pura bingung. "Kekuatan apa ya?"Janji untuk pulang ke rumah adalah kekuatan yang membuat Jaka nekat minum air kehidupan sehingga ia jadi manusia setengah abadi, berusia sampai ratusan tahun. Jaka belum menerima sepenuhnya untuk usia yang sangat panjang itu. Ia tidak bisa hidup di dunia manusia. Pasti jadi obyek penelitian para ilmuwan di jagat raya. Berbagai jaringan di tubuhnya diambil untuk sampel laboratorium. Jaka tidak dapat menjalani kehidupan dengan bebas di alam manusia, meski kebebasan adalah hak setiap m
"Bangunkan semua prajurit!" perintah Dewi Anjani pada kepala penjaga tenda induk. "Kita segera pergi dari tempat ini!""Kau begitu takutnya pada Pangeran Tengkorak," sindir Jaka santai. "Apa takut ketahuan lagi berduaan denganku?"Dewi Anjani menjawab dengan tegas, "Pangeran Tengkorak bukan untuk main-main, kanda! Ia raja dari kerajaan Timur yang sangat sakti. Kata kanda ada tiga pemuda mendatangi kita, berarti ia membawa pengawal utamanya. Kita berada dalam bahaya besar."Jaka berkata seolah meremehkan, "Ia berarti takut untuk pergi sendiri kalau bawa pengawal. Jangan-jangan takut ketemu roh Hutan Gerimis yang sebentar lagi muncul."Dewi Anjani berusaha menahan sabar. "Kanda, sekarang bukan waktu yang tepat untuk bergurau."Prajurit sudah berkumpul, Brajaseta datang menghadap."Pasukan sudah siap berangkat, Tuan Puteri," lapornya. "Kalau boleh hamba tahu, ada apa gerangan sehingga kita harus pergi dengan terburu-buru?""Pangeran Tengkorak dan dua pengawalnya sedang menuju ke mari."Wa