INICIAR SESIÓNBerada di dalam mobil dengan diam. Meta menatap lurus ke depan. Tidak menoleh sama sekali. Ia hanya menjawab seadanya ketika Ernando mengajaknya berbicara. Di belakang, ada Sheril dan Brayson. Mereka nampak mesra dan saling bergandengan tangan. Berbeda sekali dengannya dan Ernando yang diam-diam saja. Ernando menghela napas pelan. “Kata Sheril kau sempat sakit? Kalau masih sakit tidak perlu datang. Kita kembali saja ke villa.” “Tidak. aku baik-baik saja. kita ke sana. menyapa temanmu, kalau aku tidak sanggup kita pulang,” balas Meta. Ia mengusap keningnya pelan. “Kau baik-baik saja? bagaimana kalau kita kembali saja? aku akan menemanimu.” Sheril mendekat. Memeriksa kening Meta. “Tidak-tidak.” Meta menggeleng. “Kita harus ke sana, setidaknya sebentar saja.” “Baiklah.” Sheril mengangguk. Sampai di restoran tempat pesta. Brayson dan Sheril turun lebih dulu. “Tunggu.” Ernando menghentikan Meta yang ingin turun. “Katakan padaku dulu. aku membuat kesalahan?” tany
Pantai... Katanya memiliki pemandangan yang luar biasa. Willie dan Wilona sudah sudah mengucapkan janji pernikahan mereka tadi siang. saat ini adalah pesta setelah pernikahan. Pesta yang dihadiri tidak terlalu banyak orang. Eve menggandeng lengan Bastian. Mereka masuk ke sebuah restoran di tepi pantai yang digunakan acara party. Halaman belakang restoran sangat luas, di sanalah acaranya dimulai. “Eve!” Gwen datang dan memeluk Eve sangat gembira. Eve memejamkan mata. ia juga merindukan temannya itu. rasanya sudah lama sekali ditinggal oleh Gwen. “Bagaimana kabarmu?” tanya Eve ketika pelukan mereka terlepas. “Aku baik-baik saja.” Gwen menggenggam tangan Eve. “Aku sudah mendengar semuanya. Maaf, aku tidak bisa berada di sisimu di saat kau sedang susah.” “Its okay.” Eve mengangguk. Gwen menatap Bastian yang berada di samping Eve. “Aku juga sudah mendengarnya,” ucap Gwen. “Kalian memang benar-benar…” lirihnya. “Ya seperti itulah.” Eve mengedikkan bahu
Eve merasa kebahagian akhirnya mendatangi keluarganya. Dalam 24 jam keadaan Grey semakin membaik sehingga dipindahkan ke ruangan biasa. “Nanti kalau merasa sakit, langsung bilang pada Mama,” ucap Eve memastikan keadaannya. Grey mengangguk. “Aku akan sembuh ‘kan kak? Sebentar lagi aku bisa bermain basket?” “Ya, tentu saja.” Eve tersenyum. “Sudah kamu pulang saja. Kamu harus istirahat, besok mau ke pernikahan Willie kan?” tanya Mama. Eve mengangguk. “Bagaimana kalau aku—” “Tidak-tidak.” Helena menggeleng. “Kamu sudah bekerja keras selama ini. Kamu harus datang, Grey sudah membaik. Mama dan Papa akan menjaga Grey. Kamu tidak usah khawatir.” “Selama ini kamu hanya sibuk bekerja. luangkan waktumu untuk berkumpul dengan teman-temanmu.” Helena tersenyum. “Pergilah bersama Bastian dan nikmati waktu kalian.” Eve menghela napas pelan. “Haruskah? Kalian baik-baik saja?” Helena mengangguk lagi. Ia mendorong putrinya keluar dari ruangan. “Pulanglah dan cepat istirahat.” Eve b
Bastian mendorong kepala Eve sampai menjauh. “Kau benar-benar…” mencubit pipi Eve. “Eve kau...., sebagai kakakmu aku tidak menyangka kau sebar-bar ini.” Brayson menunjuk Eve. Eve memutar tubuhnya. kemudian terkekeh pelan. “Tidak usah dipikirkan. Ayo kita makan.” “Kita akan makan sendiri. kalian teruskan saja,” ucap Ernando. “Mana bisa. come on guys,” ucap Bastian yang malu. Tapi Eve biasa saja. seperti tidak terjadi apapun. Justru pelakunya hanya nyengir lebar. Sedangkan si korban wajahnya sudah memerah seperti kepiting rebus. Akhirnya mereka berenam memutuskan makan sebelum pulang ke rumah masing-masing. Duduk di samping Bastian. Eve tidak perlu khawatir tentang siapa yang membayar. Karena bosnya sudah ada di sampingnya. Kalau di pikir, bosnya bukan hanya Bastian. Brayson juga tidak kalah kaya, begitupun dengan Ernando. Hanya saja mereka berdua lebih seang ditraktir. Apalagi ditraktir oleh Bastian. Bastian menyipitkan mata melihat kedua temannya yang sedang sib
“Kita harus istirahat,” ucap Eve. “Kalian sudah terlalu lama tinggal di rumah sakit. Kalian harus pulang. Aku akan menjaga Grey.” Eve menatap kedua orang tuanya. Kasihan pada ibunya yang tidak pernah pulang. menemani dan merawat Grey selama di rumah sakit. “Aku akan meminta perawat agar memantau Grey,” ucap Bastian pada Eve. Eve mengangguk. “Tapi Mama tidak tega meninggalkan Grey,” ucap Mama yang menatap ruangan Grey. Ruangan yang memiliki tembok kaca, sehingga mereka bisa melihat keadaan Grey meski di luar ruangan. Di sanalah Grey terbaring dengan alat medis yang tertancap di tubuh. Eve sudah berbicara lebih banyak dengan dokter. Grey harus mendapatkan perawatan intensif. Jika keadaannya terus membaik, Grey bisa dipindahkan ke ruangan biasa. “Grey akan baik-baik saja, Ma.” Eve meyakinkan orang tuanya. meski dirinya sendiri juga berat meninggalkan Grey. Andrian merangkul istrinya dari samping. “Ayo pulang dan istirahat. Nanti kita ke sini lagi. percayakan saja pa
“Maaf.” Bastian memejamkan mata. memeluk tubuh Eve lebih erat. “Maaf aku baru datang. Bagaimana dengan Grey?” tanya Bastian. Eve mengangguk dan tersenyum. “Operasinya berjalan dengan lancar.” “Syukurlah.” Bastian menarik Eve ke dalam pelukannya kembali. Mengecup puncak Eve beberapa kali. Eve melepaskan pelukannya. “Mereka…” lirihnya menatap teman-temannya dan orang tuanya. Di sana.. Sheril dan Meta mengerjap menatap satu orang pria yang sedang tertidur di kursi. “Dia ketiduran karena kelelahan,” ucap Brayson sebelum mengguncang bahu Ernando. “Bangun,” ucapnya. Brayson tersenyum pada Sheril sebelum kembali berusaha membangunkan Ernando. Kenapa susah sekali dibangunkan. Brayson akhirnya mencubit pipi Ernando sangat keras. “Akh!” Ernando langsung bangun dengan teriakan karena kesakitan pipinya dicubit. Ernando mengerjap pelan—masih dengan posisi tiduran. Ia mengusap pipinya. Kemudian membuka matanya lebih lebar. Ia terhenti ketika melihat satu







