แชร์

Bab 7. Anak Angkat

ผู้เขียน: Sulistiani
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2024-06-29 15:13:29

"Dari kecil sampai saat ini kamu tetap sahabatku, Athar," ucap Syifa.

"Maka dari itu, jangan menolak bantuan dariku. Aku akan menyuruh orang untuk menyelidiki tentang Sherly dan suamimu," ucap Athar.

Syifa menganggukkan kepalanya, ia menerima bantuan dari Athar. Hatinya resah dan curiga, melihat begitu mesranya sang suami dengan istri barunya, apalagi mendengar suara tetangga bergosip tentang mereka. Syifa semakin ragu jika pernikahan Sherly dan suaminya hanya karena terpaksa, mungkin bantuan dari Athar satu-satunya yang bisa membuat hatinya tenang.

"Aku akan tinggal di sini selama seminggu sebelum akhirnya kembali bekerja di kota, tapi aku yakin tidak sampai seminggu orang suruhanku bisa memberikan informasi tentang suamimu dan istri barunya. Selama belum mendapatkan informasi tentang mereka, bertahanlah dalam rumah tanggamu, Syifa," ucap Athar.

"Terima kasih, Athar. Kamu tahu Athar dua hari ini siang dan malam aku menangis dalam salatku, aku bener-bener nggak nyangka jika Mas Ryan akan melakukan hal ini padaku," ucap Syifa.

"Air matamu terlalu berharga untuk menangisi lelaki seperti Ryan, sejak dulu aku tidak menyukai hubunganmu dengan dia. Namun, ah sudahlah," Athar tak melanjutkan ucapannya.

Lelaki tampan itu mengambil batu kecil lalu dilemparkan ke sungai, Syifa tersenyum melihat hal itu sebab Athar tidak pernah merubah kebiasaannya jika sedang berada di sungai.

"Hitung, Sudah berapa batu yang kau lemparkan?" tanya Syifa.

"Belum sepuluh," ucap Athar.

Syifa tersenyum lalu mengikuti apa yang dilakukan Athar, ia mengambil 10 batu kecil lalu melemparkannya satu persatu ke air sungai. Hal itu dilakukan Athar jika ia sedang merasa kesal, dulu Athar sering dibuat kesal oleh tingkah laku ibu tirinya yang memperlakukannya dengan kejam. Kini Syifa yakin jika Athar melakukan itu karena kesal mendengar cerita rumah tangga Syifa dan Ryan.

"Ternyata cara ini cukup membuatku merasa lega, Aku harap dengan melemparkan batu-batu ini aku bisa melemparkan kesedihanku juga," ucap Syifa.

"Syifa, Apa kamu tahu saat kamu terluka hatiku juga ikut menangis," ucap Athar.

"Maafkan aku Athar, semua di luar kendaliku. Dulu aku memilih Mas Ryan karena dia lelaki yang baik dan mau menerima aku apa adanya," ucap Syifa seraya menyeka air matanya.

Athar menghela nafas dan memalingkan wajah, ia tak sanggup melihat sahabatnya menangis di depannya karena lelaki yang selama ini wanita tersebut banggakan.

Hatinya terpukul, ingin rasanya berteriak dan memukuli Ryan, sebab Syifa tidak pantas untuk terluka. Namun, Athar tidak bisa melakukan itu sebelum mengetahui informasi yang lengkap tentang Sherly.

"Athar, aku tidak bisa lama di sini. Takut nanti mertuaku datang dan aku tidak ada di rumah, dia pasti akan marah," ucap Syifa.

"Mertuamu tiap hari datang ke rumah?" tanya Athar.

"Tidak, biasanya seminggu sekali setiap minta uang mingguan. Cuma sekarang ada Sherly di rumah dan sedang mengandung sepertinya dia akan ke rumah setiap hari," ucap Syifa.

"Ya sudah, pulanglah. Ini beli makanan di warteg Bu Masnah biar kamu gak capek-capek masak untuk lampir itu," ucap Athar seraya memberi dua lembar uang senilai seratus ribu.

"Gak usah, aku ada uang kok." Syifa mencoba menolak pemberian Athar dengan halus.

"Aku jarang ada di sini, masa kamu mau nolak pemberianku. Kalau kamu nolak aku gak mau pulang kesini lagi," ucap Athar.

Syifa menghela nafas dan menerima pemberian Athar, wanita cantik itu pun pamit untuk pulang dan membeli makanan di warteg sebelum ia pulang ke rumah.

Sementara Athar masih berada di sungai, duduk di batu besar memandangi alam yang sudah lama ia rindukan. Lelaki tampan itu merogoh saku celana dan meraih ponselnya, ia menelpon seseorang dan tak lama kemudian panggilan telepon itu diangkat.

"Hallo, aku ingin kamu menyelidiki tentang lelaki bernama Ryan Aditya dengan istri mudanya yang bernama Sherly," ucap Athar.

"Sherly apa nama panjang perempuan nya?"

"Aku tidak tahu dan lupa bertanya. Intinya Sherly istri baru Ryan, aku harap kamu memberi informasi valid tentang mereka secepatnya," ucap Athar.

"Baik, kirimkan saja salah satu foto mereka. Saya akan segera menyelidiki, Tuan Athar tenang saja, asal ada uang semua bisa di lakukan dengan cepat."

Athar mematikan sambungan teleponnya, lalu berjalan menuju rumah. Ia tak sabar ingin mendapat informasi tentang Ryan dan Sherly, jika terbukti mereka menikah bukan karena keterpaksaan atau mereka memiliki hubungan sebelum menikah maka Athar ingin membawa Syifa jauh dari Ryan.

Sementara di sisi lain, Syifa baru sampai di rumah dan ternyata sang mertua sudah ada di sana. Ia di sambut oleh omelan sang mertua yang tiada henti menyakiti telinga dan hati nya.

"Dari mana kamu? Kerjaannya keluyuran aja!" ucap Dina.

"Tadi aku sudah bilang sama Sherly kalau aku mau ke rumah temen," ucap Syifa.

"Rumah temen yang mana? Emangnya kamu punya temen? Semua orang tahu kalau kamu anak pungut, makanya nggak ada yang mau berteman sama kamu selain si Athar itu!" ucap Dina.

Sherly terkejut mendengar ucapan sang mertua, ia tak pernah tahu jika istri pertama suaminya adalah anak pungut sebab Ryan tidak pernah menceritakan hal itu padanya. Sherly pun berpikir artinya rumah serta furniture yang diwariskan kepada Syifa itu berasal dari orang tua angkat wanita tersebut.

"Jadi Mbak Syifa anak pungut, berarti dia perempuan gak jelas dong ya!" gumam Sherly dalam hati.

Ucapan Dina membuat luka di hati Syifa semakin bertambah, ia baru mengetahui jika bukan anak kandung dari ayah dan ibunya saat hendak menikah dengan Ryan.

"Cukup, Mah. Jangan lagi membuat hatiku sakit dengan kata-kata yang keluar dari mulut mama, aku bawakan makanan untuk mama, terserah mau makan atau enggak!" ucap Syifa lalu meletakkan makanan yang sudah ia beli di atas meja makan.

Setelah itu Syifa langsung berjalan menuju kamarnya, wanita cantik itu menangis karena teringat kedua orang tua yang sudah merawatnya dari kecil. Ingatannya kembali saat ia dan Ryan hendak menikah, Wardi sang ayah tiba-tiba mengatakan hal yang membuat Syifa sangat terkejut.

"Ayah minta maaf, tapi ayah tidak bisa mewalikan kamu dan nasab kamu tidak boleh memakai nama ayah," ucap Wardi.

"Maksud Ayah apa? Apakah aku anak di luar nikah, Apakah nasab aku memakai nama ibu?" tanya Syifa.

"Tidak, kamu tidak bernasab pada ayah ataupun ibu karena kami bukan orang tua kandung kamu," ucap Salimah.

"Ibu, jangan bercanda," ucap Syifa meneteskan air mata tak percaya jika orang tua yang selama ini merawat dan menyayangi nya bukanlah orang tua kandungnya.

Salimah ikut menangis dan memeluk Syifa, sudah sejak lama Wardi ingin mengatakan hal itu pada Syifa. Namun, Aimah selalu menolak karena takut Syifa tak bisa menerima kenyataan dan pergi dari hidup mereka. Hingga saat pernikahan akhirnya mereka harus jujur karena Wardi tidak bisa menjadi wali dan Syifa tak bernasab pada mereka.

Tok tok tok ...

Suara ketukan pintu kamar membuyarkan kan lamunan Syifa, terdengar suara Sherly memanggilnya.

"Mbak Syifa, diluar ada yang cari Mbak Syifa," ucap Sherly.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
ความคิดเห็น (3)
goodnovel comment avatar
Naning Yasmiatini Hasan
good reading
goodnovel comment avatar
masrianih ismail
athar barangkali
goodnovel comment avatar
Noor Sukabumi
siapa yg nyari syifa jg2 athar
ดูความคิดเห็นทั้งหมด

บทล่าสุด

  • Perjanjian Sebelum Cerai    Bab 115. Bahagia

    "Iya, aku sudah mempersiapkan semuanya termasuk mahar pernikahan," ucap Athar."Kapan kamu mempersiapkannya, mengapa semua terasa sangat singkat untukku?" tanya Sabrina."Setelah aku berbicara di rumah ini, esok harinya aku langsung memesan sebuah benda untuk aku jadikan mahar," ucap Athar.Sabrina benar-benar tidak pernah berpikir jika Athar sudah mempersiapkan semuanya dalam waktu sesingkat itu. Sabrina tidak pernah tahu pikiran Athar tidak pernah tenang setelah kejadian Ryan mengganggunya, ia yakin akan ada lelaki lain yang nantinya akan menganggu Sabrina sehingga lelaki itu sangat ingin segera menghalalkan Sabrina dan mempersiapkan segala halnya dengan cepat.Satria menyadari langkah Athar dalam mempersiapkan itu, ia benar-benar merasa salut dengan asistennya itu. Bukan hanya masalah perkejaan saja yang cepat, dalam mengejar wanita nya pun Athar bergerak cepat. Itu sebabnya hari ini Satria ingin membuat mereka melakukan ijab kabul hari ini juga."Penghulu sebentar lagi datang, kal

  • Perjanjian Sebelum Cerai    Bab 114. Lamaran.

    "Athar, perempuan yang akan kamu lamar anak orang kaya?" tanya Gina.Athar tersenyum dan mengangguk, lalu meminta keluarganya mengeluarkan barang-barang dari mobil box untuk dibawa kepada pihak wanita yang sudah berjejer menyambut.Keluarga Athar pun menggambil barang-barang dari dalam mobil box dan mereka berikan kepada pijak keluarga perempuan yang menyambut, setelah semua barang dari mobil box sudah di berikan pada pihak wanita. Keluarga Athar pun dipersilahkan untuk masuk kedalam rumah mewah tersebut."Mah, Sabrina nya mana?" tanya Banyu."Masih di kamar, Pah. Tadi Mama cek Vsedang pakai kerudung, Mama 9. panggil lagi ya!" ucap Amalia."Iya, panggil sekarang keluarga calon suaminya sudah datang," ucap Banyu.Amalia pun berjalan meninggalkan para tamu untuk memanggil anaknya di kamar, sementara anggota keluarga Athar masih terkesima dengan kemewahan rumah calon mertua Athar. Mata mereka memutari seluruh penjuru ruangan tersebut, hingga akhirnya dua orang wanita cantik turun dari ta

  • Perjanjian Sebelum Cerai    Bab 113. Materialistis

    "Emang kenapa kalau orang miskin?" tanya Athar."Kalau bisa kamu nikah sama anak orang kaya. Kan sekarang kamu sudah jadi lelaki sukses, masa nikah sama perempuan miskin gak maju-maju dong!" ucap Ros."Bu, jangan ngatur-ngatur Athar. Sama siapapun dia mau nikah yang penting dia bahagia, Athar seorang lelaki seperti apapun istrinya nanti dia yang akan menafkahinya!" tegur Gilang.Athar menghela nafas dan menggelengkan kepala, jika bukan karena hal penting seperti lamaran Athar tak ingin bertemu apalagi berbicara dengan ibu tirinya itu.Sejak Athar kecil Ros tak pernah menjadi ibu sambung yang baik, ia selalu memandang orang tak punya sebelah mata dan tidak memikirkan perasaan orang lain, hanya memikirkan kesenangan diri sendiri."Ayah, tolong ajarkan pada kedua adikku jangan memandang harta adalah segalanya karena Allah berfirman dalam Q.S Al-Kahfi ayat 56. Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amal kebajikan yang terus-menerus adalah lebih baik pahalanya di sis

  • Perjanjian Sebelum Cerai    Bab 112. Keluarga Athar

    "Aku mau secepatnya, kalau bisa Jumat ini Ayah datang dan hari minggunya kita lakukan lamaran," ucap Athar masih melalui sambungan telepon.Sungguh lelaki itu tak ingin menunda lagi untuk segera menghalalkan wanita yang selama ini ia cintai dalam diam, cintanya tak bertepuk sebelah tangan jika tidak segera di sahkan ia takut ada lelaki lain yang menganggu hubungan mereka."Siapa saja yang harus ikut untuk acara lamarannya?" tanya Gilang."Keluarga inti. Ayah, ibu, dan adik-adik ayah serta suami dan istrinya," ucap Athar."Banyak dong sekitar sepuluh orang, ayah harus sewa mobil kalau gitu," ucap Gilang."Nanti aku akan kirim 2 mobil beserta supirnya dari sini. Ayah tinggal komunikasikan saja dengan om dan tante yang mau ikut berapa orang," ucap Athar.Gilang menghela nafasnya, ia adalah anak tertua di keluarganya dan memiliki 4 orang adik, 3 orang perempuan dan 1 orang laki-laki. Namun, ekonomi mereka semua sama-sama pas-pasan.Mereka jarang pergi keluar kampung, hanya Gilang yang seo

  • Perjanjian Sebelum Cerai    Bab 111. Syarat Banyu

    "Mah, Pah, kenapa harus pakai syarat segala?" tanya Sabrina."Setelah belasan tahun kamu hilang, lalu baru dipertemukan dengan kami. Tiba-tiba ada seorang lelaki yang ingin membawamu pergi, mana mungkin kami izinkan begitu saja tanpa memberi syarat," ucap Banyu.Satria menganggukan kepala setuju dengan ucapan sang papa, mereka baru menikmati kebersamaan dan bila di katakan belum puas pastinya belum puas. Namun, mereka tidak ingin melarang Athar untuk menikahi Sabrina karena takut nantinya Sabrina malah jatuh ke tangan lelaki yang tidak tepat.Sabrina mulai khawatir sang papa memberikan syarat yang memberatjan Athar, sehingga lelaki itu akhirnya tidak bisa menyanggupi dan akhirnya pernikahan mereka dibatalkan.Athar malah menganggukan kepala, ia akan berusaha menyanggupi apapun syarat dari Banyu, asalkan ia bisa menikah dengan Sabrina nyawa pun dia sanggup berikan."Apa syaratnya, Om?" tanya Athar."Syarat pertama setahun pernikahan kalian harus berada di rumah ini, aku tidak ingin kam

  • Perjanjian Sebelum Cerai    Bab 110. Meminta Restu

    "Tidak tahu makanya lebih baik kamu datang dulu, mereka pasti terkejut karena tahunya kita hanya bersahabat," ucap Sabrina."HM ... Baiklah, besok aku akan bertemu kedua orang tuamu!" ucap Athar."Sekarang kamu istirahat dulu, oh iya ini salep yang untuk luka dari dokter aku simpan di kamarmu ya!" ucap Sabrina.Tanpa menunggu jawaban dari lelaki tampan itu Sabrina pun berjalan menuju kamar Athar, ia membuka pintu kamar yang tak di kunci. Begitu masuk kedalam kamar ia terkejut melihat fotonya yang di cetak besar menjadi penghias kamar itu.Athar menyusul langkah Sabrina dan hanya bisa terdiam di depan pintu kamar, saat melihat Sabrina terpaku memandangi fotonya sendiri di kamar itu."Apa ini alasannya kamu selalu mengunci kamar ini saat aku tinggal di sini dulu?" tanya Sabrina."Iya," jawab Athar singkat."Tapi waktu itu aku pernah masuk, foto ini tidak ada," ucap Sabrina."Aku sembunyikan di dalam lemari agar kamu tidak tahu," ucap Athar.Sabrina menghela nafas, lalu meletakan salep d

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status