"Sherly hamil anakku sekarang, aku tidak bisa membiarkannya tinggal di kontrakan seorang diri, jadi aku mohon terimalah dia di rumah ini, kita rawat bersama anak yang lahir dari rahimnya," ucap Ryan dengan tatapan mengiba. Bagaikan tersambar petir di siang hari, Syifa begitu terluka saat sang suami membawa istri barunya ke rumah dan mengatakan jika wanita itu tengah hamil anaknya. Dua tahun Syifa menjalani rumah tangga dengan Ryan, tetapi belum di karuniai buah hati. Awalnya Syifa berusaha menerima pernikahan sang suami dengan istri barunya karena sang suami berbohong mengatakan pernikahan itu terjadi karena keterpaksaan, tetapi setelah tahu jika sang suami dengan istri barunya sudah selingkuh selama setahun sebelum menikah keributan besar pun terjadi. Dina ibu dari Ryan menyuruh Ryan menceraikan Syifa lalu meminta harta gono-gini. Syifa setuju bercerai, tetapi dengan beberapa perjanjian. Seperti apa perjanjian sebelum cerai tersebut?
view more"Siapa perempuan ini, Mas?" tanya Syifa saat sang suami baru pulang kerja dan membawa wanita cantik ke rumah mereka.
"Kenalkan ini Sherly, istri baruku," jawab Ryan. Syifa tersenyum dan menggelengkan kepalanya, dua tahun menikah dengan Ryan ia yakin jika suaminya itu setia dan tak pernah mendua. Ryan adalah suami yang baik dan selalu bersikap romantis padanya, tak pernah sekalipun Ryan membuat Syifa kecewa jadi wanita itu tak percaya jika wanita yang dibawa suaminya adalah istri baru suaminya. "Jangan bercanda dong, Mas. Gak lucu bercanda seperti itu," ucap Syifa seraya menatap wanita cantik bernama Sherly dari atas sampai bawah. "Aku tidak bercanda, Syifa. Dia istri baruku dan akan tinggal bersama kita di rumah ini mulai hari ini," ucap Ryan dengan nada serius. Syifa menegakkan punggungnya, ia kembali menatap Ryan dan Sherly bergantian. Wanita cantik yang dibawa suaminya itu terlihat jauh lebih muda darinya, pakaian yang dikenakan begitu seksi hingga membentuk lekuk tubuh. Jantung Syifa terasa mencelos saat melihat jemari lentik Sherly merayap dan berhasil menggenggam tangan Ryan di hadapannya. "Apa maksud kamu tiba-tiba seperti ini, Mas?" tanya Syifa dengan tatapan berubah nanar kearah Ryan. "Maafkan aku, Syifa. Aku tahu ini berat bagimu, tapi aku melakukan ini semua demi kebaikan kita," ucap Ryan. "Kebaikan seperti apa yang kamu maksud? Kamu menikahi wanita lain tanpa seizinku dan sekarang dengan mudahnya kamu membawa dia untuk tinggal di rumahku?!" ucap Syifa dengan mata berkaca-kaca dan nada mulai meninggi. "Syifa, tolong dengarkan penjelasanku dulu. Kamu jangan terbawa emosi, kita bisa bicarakan ini baik-baik," ucap Ryan. "Bicara baik-baik kamu bilang, Mas? Bagaimana aku bisa bicara baik-baik saat kamu menyakiti aku dengan membawa jalang ini ke rumahku!" ucap Syifa tambah emosi. Sherly yang sejak tadi menunduk, kini mengangkat wajahnya. Ia tak terima di katakan jalang oleh istri pertama suaminya. Wanita seksi itu pun menatap Syifa yang sudah berlinang air mata dan menjawab ucapan Syifa. "Maaf, Mbak. Aku bukan jalang, aku tahu tidak mudah bagimu menerimaku. Namun, kenyataanya sekarang aku adalah istri dari suamimu," ucap Sherly. "Hanya wanita jalang dan murahan yang mau menjalin hubungan bahkan sampai menikah dengan suami orang!" ucap Syifa. "Syifa cukup! Aku tidak ingin kamu marah seperti ini. Kamu tidak bisa berkata kasar seperti itu pada Sherly, walau bagaimanapun dia istriku sekarang," ucap Ryan. Remuk sudah bahkan hancur tak tersisa hati Syifa, saat sang suami membawa dan mengenalkan Sherly sebagai istri barunya bahkan membentak Syifa seolah membela Sherly. Ryan mengajak Sherly memasuki salah satu kamar dan membiarkan Syifa yang sedang menangis di ruang tamu. "Mas, gimana kalau Mbak Syifa gak mau nerima aku di rumah ini dan berbuat jahat padaku saat kamu tidak ada di rumah?" tahta Sherly. "Kamu tenang aja, aku akan menjelaskan semuanya pada Syifa. Dia pasti menerima kamu meski butuh waktu," ucap Ryan seraya mengelus lembut kepala Sherly. "Bener ya, Mas. Bujuk Mbak Syifa agar mau menerima aku seperti aku menerima dia sebagai istri pertama kamu," ucap Sherly. "Iya aku akan membujuk Syifa. Sekarang kamu istirahat di kamar ini, ya!" ucap Ryan. Sherly mengangguk patuh lalu mengecup bibir Ryan, hal itu membuat Ryan tersenyum dan meraih kembali bibir ranum istri mudanya. Mereka saling menyesap sekejap dan akhirnya Sherly mendorong tubuh Ryan hingga pangutan bibir itu terlepas. Sherly mengingatkan lelaki itu untuk membujuk istri pertama nya. "Katanya mau membujuk Mbak Syifa," ucap Sherly. "Makanya kamu jangan mancing dong, aku suka gak tahan kalau kamu mulai mancing-mancing!" ucap Ryan. "Kan tadi di kontrakan udah aku servis sebelum kita datang kesini, masa masih kurang," ucap Sherly. Ryan terkekeh dan mengacak-acak rambut Sherly, ia begitu menikmati kemesraan dengan istri mudanya di kamar tersebut tanpa memperdulikan perasaan istri pertamanya yang tadi ia tinggal dalam keadaan menangis. Ryan keluar kamar dan mencari keberadaan Syifa di ruang tamu, tetapi wanita itu tidak ada. Ryan akhirnya berjalan menuju kamar dan Syifa ada di kamar sedang menangis, Ryan menghela nafas panjang dan berjalan kearah istri pertamanya. "Syifa," panggil Ryan. "Kenapa kamu melakukan ini padaku, Mas? Bukankah kamu berjanji akan selalu setia padaku, tapi kenapa sekarang kau hadirkan wanita lain dan menghancurkan perasaanku?!" tanya Syifa sambil menangis. "Aku minta maaf, Syifa. Aku tahu ini berat untuk kamu, tapi aku tidak bermaksud menyakiti hati kamu. Aku menikahi Sherly karena keinginan mama, dua tahun kita menikah tanpa momongan membuat mama memaksaku untuk menikahi Sherly," ucap Ryan. Syifa mengusap air matanya lalu menatap sang suami, mertuanya lagi-lagi yang menjadi ujung tombak rasa sakit yang ia rasakan. Selama menikah dengan Ryan sang mertua memang selalu menunjukan rasa tidak suka nya terhadap Syifa. "Kita baru dua tahun menikah, Mas. Di luar sana ada yang sudah lima tahun bahkan sepuluh tahun menikah belum di beri momongan. Lagipula kita bisa ikut program kehamilan di rumah sakit, kenapa kamu malah mengambil solusi yang membuat hatiku hancur, Mas?" tanya Syifa dengan mata memerah. "Mama bilang dia tidak setuju kita ikut program di rumah sakit karena akan membuang-buang biaya yang tak sedikit," ucap Ryan. "Mama, mama, mama terus yang kamu pikirkan. Apa kamu tidak pernah memikirkan perasaan aku, Mas?" tanya Syifa. "Aku mencintaimu sebagai istriku, tapi aku juga tidak ingin menjadi anak durhaka yang melawan mamaku. Aku terpaksa menikahi Sherly demi menuruti keinginan mama, aku pikir tidak akan mengatakan ini padamu dan pernikahan ku dengan Sherly hanya sebentar untuk sekedar menuruti keinginan mama saja. Namun, hal lain terjadi dan membuat aku terpaksa membawa Sherly ke rumah ini dan mengenalkannya padamu," ucap Ryan. "Hal lain apa maksud kamu, Mas?" tanya Syifa. Ryan menarik nafas panjang lalu berjongkok di hadapan Syifa, pria itu menggenggam tangan istri yang sudah dua tahun melayani nya dengan sepenuh hati. Ryan menatap mata Syifa yang kini diliputi rasa sedih dan kecewa, ia berharap wanita cantik nan baik itu mau menerima kedatangan Sherly di tengah rumah tangga mereka setelah ia mengatakan hal itu. "Sherly hamil anakku sekarang, aku tidak bisa membiarkannya tinggal di kontrakan seorang diri, jadi aku mohon terimalah dia di rumah ini, kita rawat bersama anak yang lahir dari rahimnya," ucap Ryan dengan tatapan mengiba. Syifa menutup mulutnya dengan telapak tangan, air mata tak tertahan menetes membasahi pipi, dadanya terasa sesak. Kabar gembira untuk suami dan madunya, tetapi menjadi tombak beracun di hatinya. "Berapa usia kandungannya dan sejak kapan kamu menikah dengan dia, Mas?" tanya Syifa dengan suara bergetar."Iya, aku sudah mempersiapkan semuanya termasuk mahar pernikahan," ucap Athar."Kapan kamu mempersiapkannya, mengapa semua terasa sangat singkat untukku?" tanya Sabrina."Setelah aku berbicara di rumah ini, esok harinya aku langsung memesan sebuah benda untuk aku jadikan mahar," ucap Athar.Sabrina benar-benar tidak pernah berpikir jika Athar sudah mempersiapkan semuanya dalam waktu sesingkat itu. Sabrina tidak pernah tahu pikiran Athar tidak pernah tenang setelah kejadian Ryan mengganggunya, ia yakin akan ada lelaki lain yang nantinya akan menganggu Sabrina sehingga lelaki itu sangat ingin segera menghalalkan Sabrina dan mempersiapkan segala halnya dengan cepat.Satria menyadari langkah Athar dalam mempersiapkan itu, ia benar-benar merasa salut dengan asistennya itu. Bukan hanya masalah perkejaan saja yang cepat, dalam mengejar wanita nya pun Athar bergerak cepat. Itu sebabnya hari ini Satria ingin membuat mereka melakukan ijab kabul hari ini juga."Penghulu sebentar lagi datang, kal
"Athar, perempuan yang akan kamu lamar anak orang kaya?" tanya Gina.Athar tersenyum dan mengangguk, lalu meminta keluarganya mengeluarkan barang-barang dari mobil box untuk dibawa kepada pihak wanita yang sudah berjejer menyambut.Keluarga Athar pun menggambil barang-barang dari dalam mobil box dan mereka berikan kepada pijak keluarga perempuan yang menyambut, setelah semua barang dari mobil box sudah di berikan pada pihak wanita. Keluarga Athar pun dipersilahkan untuk masuk kedalam rumah mewah tersebut."Mah, Sabrina nya mana?" tanya Banyu."Masih di kamar, Pah. Tadi Mama cek Vsedang pakai kerudung, Mama 9. panggil lagi ya!" ucap Amalia."Iya, panggil sekarang keluarga calon suaminya sudah datang," ucap Banyu.Amalia pun berjalan meninggalkan para tamu untuk memanggil anaknya di kamar, sementara anggota keluarga Athar masih terkesima dengan kemewahan rumah calon mertua Athar. Mata mereka memutari seluruh penjuru ruangan tersebut, hingga akhirnya dua orang wanita cantik turun dari ta
"Emang kenapa kalau orang miskin?" tanya Athar."Kalau bisa kamu nikah sama anak orang kaya. Kan sekarang kamu sudah jadi lelaki sukses, masa nikah sama perempuan miskin gak maju-maju dong!" ucap Ros."Bu, jangan ngatur-ngatur Athar. Sama siapapun dia mau nikah yang penting dia bahagia, Athar seorang lelaki seperti apapun istrinya nanti dia yang akan menafkahinya!" tegur Gilang.Athar menghela nafas dan menggelengkan kepala, jika bukan karena hal penting seperti lamaran Athar tak ingin bertemu apalagi berbicara dengan ibu tirinya itu.Sejak Athar kecil Ros tak pernah menjadi ibu sambung yang baik, ia selalu memandang orang tak punya sebelah mata dan tidak memikirkan perasaan orang lain, hanya memikirkan kesenangan diri sendiri."Ayah, tolong ajarkan pada kedua adikku jangan memandang harta adalah segalanya karena Allah berfirman dalam Q.S Al-Kahfi ayat 56. Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amal kebajikan yang terus-menerus adalah lebih baik pahalanya di sis
"Aku mau secepatnya, kalau bisa Jumat ini Ayah datang dan hari minggunya kita lakukan lamaran," ucap Athar masih melalui sambungan telepon.Sungguh lelaki itu tak ingin menunda lagi untuk segera menghalalkan wanita yang selama ini ia cintai dalam diam, cintanya tak bertepuk sebelah tangan jika tidak segera di sahkan ia takut ada lelaki lain yang menganggu hubungan mereka."Siapa saja yang harus ikut untuk acara lamarannya?" tanya Gilang."Keluarga inti. Ayah, ibu, dan adik-adik ayah serta suami dan istrinya," ucap Athar."Banyak dong sekitar sepuluh orang, ayah harus sewa mobil kalau gitu," ucap Gilang."Nanti aku akan kirim 2 mobil beserta supirnya dari sini. Ayah tinggal komunikasikan saja dengan om dan tante yang mau ikut berapa orang," ucap Athar.Gilang menghela nafasnya, ia adalah anak tertua di keluarganya dan memiliki 4 orang adik, 3 orang perempuan dan 1 orang laki-laki. Namun, ekonomi mereka semua sama-sama pas-pasan.Mereka jarang pergi keluar kampung, hanya Gilang yang seo
"Mah, Pah, kenapa harus pakai syarat segala?" tanya Sabrina."Setelah belasan tahun kamu hilang, lalu baru dipertemukan dengan kami. Tiba-tiba ada seorang lelaki yang ingin membawamu pergi, mana mungkin kami izinkan begitu saja tanpa memberi syarat," ucap Banyu.Satria menganggukan kepala setuju dengan ucapan sang papa, mereka baru menikmati kebersamaan dan bila di katakan belum puas pastinya belum puas. Namun, mereka tidak ingin melarang Athar untuk menikahi Sabrina karena takut nantinya Sabrina malah jatuh ke tangan lelaki yang tidak tepat.Sabrina mulai khawatir sang papa memberikan syarat yang memberatjan Athar, sehingga lelaki itu akhirnya tidak bisa menyanggupi dan akhirnya pernikahan mereka dibatalkan.Athar malah menganggukan kepala, ia akan berusaha menyanggupi apapun syarat dari Banyu, asalkan ia bisa menikah dengan Sabrina nyawa pun dia sanggup berikan."Apa syaratnya, Om?" tanya Athar."Syarat pertama setahun pernikahan kalian harus berada di rumah ini, aku tidak ingin kam
"Tidak tahu makanya lebih baik kamu datang dulu, mereka pasti terkejut karena tahunya kita hanya bersahabat," ucap Sabrina."HM ... Baiklah, besok aku akan bertemu kedua orang tuamu!" ucap Athar."Sekarang kamu istirahat dulu, oh iya ini salep yang untuk luka dari dokter aku simpan di kamarmu ya!" ucap Sabrina.Tanpa menunggu jawaban dari lelaki tampan itu Sabrina pun berjalan menuju kamar Athar, ia membuka pintu kamar yang tak di kunci. Begitu masuk kedalam kamar ia terkejut melihat fotonya yang di cetak besar menjadi penghias kamar itu.Athar menyusul langkah Sabrina dan hanya bisa terdiam di depan pintu kamar, saat melihat Sabrina terpaku memandangi fotonya sendiri di kamar itu."Apa ini alasannya kamu selalu mengunci kamar ini saat aku tinggal di sini dulu?" tanya Sabrina."Iya," jawab Athar singkat."Tapi waktu itu aku pernah masuk, foto ini tidak ada," ucap Sabrina."Aku sembunyikan di dalam lemari agar kamu tidak tahu," ucap Athar.Sabrina menghela nafas, lalu meletakan salep d
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments