Sudah cukup rasanya memperkenalkan kepada Caroline beberapa hal di sekitar sudut rumah. Moreau yakin wanita itu akan mengerti apa saja yang boleh dan tidak dilakukan persis seperti peraturan Barbara.
Ada satu guci besar ditempatkan di siku mencolok, yakni antara dinding ruang menonton yang kemudian menghubungkan siapa pun kepada lorong menuju beberapa ruang berbeda. Itu adalah bagian paling serius ... harus Caroline ingat supaya jangan sampai; ntah dengan atau tidak sengaja merusak, hingga memecahkan beberap hal di sini, termasuk guci yang dimaksud. Barbara selalu anti jika barang – barang wanita itu tersentuh oleh tangan – tangan lain. Bahkan Moreau sendiri tak berani meninggalkan kesan buruk. Dia tak sanggup menghadapi kemarahan ibunya yang akan selalu panjang. Harap – harap tidak memiliki sedikitpun kesempatan merusak kegemaran wanita itu. “Ada yang ingin kau tanyakan lagi, CaKali ketika melangkah masuk ke kamar hotel, hal pertama yang Abihirt dapati adalah keberadaan seseorang, sama sekali tidak menaruh minatnya. “Apa yang kau lakukan di sini?” dia bertanya sarat nada bicara dingin dan menatap terlalu tajam di sana. Wanita yang Roki kenalkan padanya dan menjadi masalah besar. Tidak ada petunjuk bagaimana Menesis bisa menerobos masuk, sementara dia tidak pernah memberi wanita itu ruang kebebasan, selain .... Roki. Abihirt mengerjap dan mengerti, tetapi Roki tidak terlihat di mana pun, termasuk Chicao yang dia titipkan sementara waktu kepada pria itu. “Roki bilang kau pergi untuk urusan penting dan jika ada yang ingin kubicarakan denganmu. Aku bisa menunggumu di sini.” “Apa yang ingin kau bicarakan?” Demikian, cara Abihirt mengajukan pertanyaan. Menesis terduga melekukkan bibir dengan tipis, seolah wanita itu telah menyiapkan pelbagai alasan khusus. “Kau dingin sekali, Abi. Dari pertama berkenalan, tidak sedikitpun
Banyak pekerjaan perlu dilakukan, tetapi perhatian Moreau berulang kali tertuju pada keberadaan pria itu di sana. Dia sungguh tidak bisa mencegah Abihirt dari keinginan menginjakkan kaki di sini. Mantan suami Barbara telah melihat kesempatan untuk membuat semua menjadi lebih mudah; dengan memesan minum dan melakukan permintaan khusus, maka ... mereka terjebak pada pertemuan—bisa membawa keinginan pria itu pada tujuan speisifk yang sebenarnya.“Moreau, pria di sana ingin kau membawa wiski ini untuknya.”Moreau mengerjap cepat. Sedikit disadari bahwa dia nyaris melamun terlalu lama, karena James telah menyiapkan semua kebutuhan yang hanya perlu dia selesaikan berikutnya. Memang harus mengambil tindakan, setidaknya.“Segelas wine saja, tidakkah itu cukup, Abi?” tanya Moreau persis ketika sudah begitu dekat. Satu – satunya hal yang bisa dia lakukan adalah mengajukan komentar. Abihirt adalah tamu dan sebagai kostumer, pria itu berhak memesan apa pun sekadar menarik perhatiann
“Sudahlah. Lupakan. Kau sebaiknya pergi. Sudah sore. Aku tidak ingin kau terlalu lama di sini.” Menjaga jarak adalah pilihan paling tepat. Abihirt tidak boleh melihat betapa pengaruh pria itu terlalu besar. Moreau tidak pernah bisa menebak kapan akhirnya dia tidak akan memiliki kesiapan untuk mendorong suasana di antara mereka lebih jauh. Celah demi celah sudah terbentuk dan dia hampir begitu kewalahan menambal segala bentuk prospek yang menyulitkan. “Bolehkah aku menginap semalam saja di sini? Aku tidur terlalu lama dan hampir tidak menghabiskan waktuku bersama anak – anak, karena kau bersikeras ingin aku pergi.” Seseorang diberi kesempatan untuk mengambil satu langkah, tetapi mendambakan langkah lainnya. Moreau berdecih tanpa sadar. Itu jelas alasan klise Abihirt yang tidak ingin dia toleransi. “Kau bisa bemain dengan mereka di lain waktu. Lagi pula, aku sudah menitipkan pesan kepada Caroline supaya menidurkan mereka lebih awal.” Ada jega be
Secara naluriah tangan Moreau terulur menyentuh wajah Arias. Dia sudah cukup melihat anak - anaknya menderita, terutama Arias yang harus merasakan sensasi tidak biasa dari penyakit bawaan. “Baiklah, Sayang. Kalian boleh memanggil Paman Abi dengan sebutan Daddy, tapi kalian harus ingat kalau itu hanya sebuah panggilan. Tidak lebih. Mengerti?” Semoga saja ini adalah keputusan terbaik yang pernah dia buat seumur hidup. Moreau tersenyum tipis saat Lore menyusul untuk memeluk pangkuannya. “Terima kasih, Mommy.” Mereka bicara secara kompak diliputi wajah menengadah antusias. “Sama – sama, Sayang.” Hanya setelah itu .... Sekarang, anak – anak menargetkan Abihirt untuk menjadi sasaran berikutnya. Pria itu terlihat sedikit tidak siap terhadap terjangan Lore dan Arias, tetapi di waktu bersamaan sanggup menahan posisi mereka dari sesuatu tidak diharapkan. “Daddy!” Itu terdengar kali pertama dan betapa Lore dan Arias masih sama kompaknya. Tidak tahu apa
“Mommy lupa aku dan Lore kembar? Apa yang kami pikirkan itu adalah hal yang benar – benar kami inginkan.”Butuh waktu beberapa saat untuk memikirkan kembali maksud terselubung dari kata – kata Arias. Ini tidak biasa.“Apa maksudmu bicara seperti itu?”Bodohnya, Moreau malah mengajukan pertanyaan yang jelas akan membuat situasi terasa runyam.“Kami ingin Daddy, Mommy.”Sudah dia duga. Sesak di rongga dada luar biasa mencekik. Ayah mereka ada di sini, begitu dekat; seperti yang dikatakan di dalam mimpi, tetapi ego melarang supaya membiarkan semua berjalan sebagaimana ini harus.“Memangnya kalian tidak cukup punya Mommy saja?”Moreau mengatur posisi sedikit beranjak bangun, dengan menjadikan satu lengan sebagai tumpuan. Dia ingin menatap wajah Arias lebih leluasa. Tatapan penuh harap dari bocah lelaki itu membicarakan banyak hal. Napas Arias berembus setengah enggan persis orang dewasa yang sedang memikirkan beberapa hal. “Cukup, Mommy. Tapi aku se
Apa pun yang Moreau dambakan sebelum benar – benar terlelap adalah pemikiran konyol, karena sebaliknya ... dia mendapati Abihirt—nyaris—masih tidur dengan posisi seperti terakhir kali. Hanya sekarang ... bagian paling mengejutkan adalah mendapati Lore tidur menelungkup di dada pria itu—memeluk ayahnya, sementara sebelah tangan Abihirt mendekap tubuh Lore dan sisanya tersisi cukup dekat di puncak kepala sendiri. Sebuah pemandangan indah, meski di waktu bersamaan Moreau terkesiap. Hampir beranjak bangun, tetapi kemudian ... juga menyadari keberadaan lengan seseorang melingkar sempurna di perut ratanya. Dia segera menoleh; sedikit senyum menemukan Arias sedang terlelap. Apakah anak – anak masuk ke dalam kamar saat dia dan Abihirt sama – sama tertidur? Lalu mereka sepakat untuk melakukan hal seperti ini? Moreau tak bisa membayangkan bagaimana mereka menjadi keluarga bahagia, andai saja peristiwa lima tahun lalu tidak mengacaukan segala bentuk situasi—yang memang, tak pern