“Abi.”
Kali itulah ... perlu menambahkan hal yang sama sekali tidak akan menjadi pilihan terbaik. Moreau seperti mendambakan momen percuma. Harus memahami lebih serius bahwa ayah sambungnya tidak mudah terdesak dalam situasi tertentu. Bahkan, tidak tersirat sedikitpun sentilan yang menjadi dampak dari reaksi pria itu. Moreau diam – diam mengembuskan napas ke udara. Cara terbaik supaya terlihat tidak dalam masa tekanan adalah berusaha berbaur. Kebetulan ... ketenangan mereka sedikit dipengaruhi oleh dering dari seluler genggam di atas nakas. Ponselnya. Moreau menoleh ingin tahu, tetapi dia mengalami krisis kesulitan. Akhirnya memutuskan untuk mengulur sebelah lengan, panjang – panjang menggapai benda yang masih menyala. Hanya pesan singkat dari ibunya meski memberi Moreau perasaan tak terduga. [Kau ke mana saja? Mengapa belum pulang?] “Ibumu?” Suara serak dan dalam Abihirt menambahkan setelah bisu yang cukuIni sudah terjadi. Apa lagi yang bisa Moreau katakan? Tidak mungkin menyingkirkan Abihirt, saat dampak dari tegukan vodka masih meninggalkan bekas kebakaran dan baranya. Dia memang menginginkan ini. Membiarkan Abihirt memberi dorongan seksual untuk saling mendambakan—lebih serius; dan sekarang ... mula – mula satu tangan pria itu berpindah—melakukan sapuan ringan dari celah payudara; melewati tulang rusuk, hingga tertahan di antara kedua kakinya.Moreau menelan ludah kasar saat Abihirt mengangkat wajah, seperti sengaja, seolah ingin melihat langsung bagaimana dia akan bereaksi. Ketika menyadari masih tidak ada protes terucap, secara tentatif pula satu jari pria itu mencelup masuk ke dalam tubuhnya.Moreau menggigit bibir tanpa sadar, tetapi mungkin hal tersebut memberi Abihirt dampak tak terduga. Pria itu menggeram samar dan segera menyambar bibirnya dengan brutal.Tidak pernah membiarkan seorang pun menyentuhnya. Selalu bermain sendiri. Sampai akhir
“Kau perlu beristirahat sampai merasa lebih baik.”Situasi di sekitar Moreau hampir membuatnya kewalahan. Mereka tidak melakukan banyak hal, selain Abihirt yang menempati janji; tidak akan melakukan sesuatu di luar kendali tanpa izin. Pria itu bahkan menjatuhkan tubuhnya begitu hati – hati di permukaan ranjang.Ada keabsahan di mana Moreau menyadari mantan suami Barbara akan mengambil tindakan untuk meninggalkan kamar. Abihirt sedang menghindarinya karena tahu beberapa hal tidak diinginkan mungkin akan terjadi.“Aku membutuhkanmu, Abi.”Moreau mengambil tindakan dengan cepat. Naluri murni telah mengambil alih. Dia menarik lengan pria itu supaya kembali bersimpuh di hadapannya. Mereka terlalu dekat. Satu prospek di mana Moreau bisa melakukan segala sesuatu dengan mudah; menangkup rahang Abihirt, lalu menyerahkan ciuman—rasanya terlalu singkat ketika Abihirt memutuskan untuk mengambil jarak. Pria itu bahkan menahan kedua ta
“Tidak.” Sedikit dengan usaha menolak, meski semua berakhir sia – sia. Moreau nyaris tersedak. Masih memikirkan beberapa hal. Dia ingin pergi, tetapi Menesis mengambil tindakan lebih dulu. “Baiklah, aku akan meninggalkan kalian berdua di sini,” ucap wanita itu. Sebuah pernyataan yang nyaris terdengar begitu samar di benak Moreau. Untuk beberapa saat mendatang dia mulai merasakan sensasi tidak nyaman. Vodka itu .... Mereka memasukkan sesuatu. Moreau tidak bisa membiarkan ini terus terjadi atau hal buruk akan mengendalikan suasana yang dia sendiri tak bisa menyelesaikannya. Terhadap momen seperti ini, ada usaha di mana Moreau berusaha menghindari pria yang terus mendekat ke arahnya. Wajah mereka nyaris terlalu dekat dan dia dengan keputusan penuh tekad memberi pelajaran berharga; mengambil botol vodka, lalu membenturkannya di kepala siapa pun itu—dia tidak benar – benar mengenali situasi di sekitar. Suara erangan keras dan bagaimana pria di ha
“No. Daddy tidak boleh pulang. Kenapa Daddy tidak tinggal di sini saja bersama kita? Kami belum puas main bersama Daddy.”Itu adalah sisa ingatan di benak Moreau mengenai permintaan anak – anak kepada Abihirt. Dia pikir, mantan suami Barbara akan benar – benar kembali ke Spanyol saat meminta izin Lore dan Arias supaya mengizinkannya pergi.Ternyata tidak.Semua pemandangan di klub tempat dia bekerja sudah menjelaskan semua. Pria itu di sini. Memesan bir sambil sesekali menjatuhkan perhatian ke arahnya. Suatu tindakan yang jelas membuat Moreau terkadang merasa tidak nyaman. Hanya belum memiliki kesempatan mengajukan protes.Satu hal lain yang perlu dia garis bawahi. Abihirt tidak seharusnya minum – minum seperti saat ini. Moreau berharap pria itu mau memperhatikan kesehatan sendiri, daripada berbuat ulah.Prospek yang tidak dia mengerti adalah ... Abihirt terlihat bahagia bersama anak – anak, tetapi pada akhirnya pria itu m
“Apa yang kau lakukan? Kenapa kau bertelanjang dada di sini?”Hal yang bisa Moreau katakan adalah ... penampilan Abihirt; hanya dengan lilitan handuk dan selebihnya bentuk tubuh kokoh di sana benar – benar mengganggu. Dia sendiri masih dengan kain warna senada melilit di tubuh. Baru menyelesaikan ritual mandi dan tiba – tiba harus mendapati Abihirt duduk tenang di pinggir ranjang.“Caroline sedang mengeringkan bajuku.”Itu masuk akal. Abihirt tidak mungkin mengenakan pakaian basah terlalu lama, tetapi masih menjadi pertanyaan besar di benak Moreau ... untuk apa mantan ayah sambungnya di sini? Bukankah jauh lebih baik jika Abihirt menunggu di luar? Maka seharusnya tidak akan ada masalah besar?“Apa yang kau lakukan di sini?”Masih dengan pertanyaan yang sama.“Anak – anak mengejarku dan berusaha menarik lepas handuk yang kukenakan.”Sebelah alis Moreau terangkat tinggi. kejahila
“Kami menang! Daddy dan Mommy kalah!” Arias bersorak sembari berteriak di dalam kolam. Mereka tidak segan – segan mendekat hanya untuk terjerembab jatuh ke dalam genangan air. Kali ini gilirannya, Moreau merenggut selang air dari tangan Lore. Sedikit pembalasan dendam karena Abihirt menjadikannya sebagai korban sasaran. Dia jelas tidak akan melakukan apa pun kepada anak – anak. Biarkan Lore dan Arias menyaksikan bagaimana Abihirt tak berdaya menghadapi percikan air. Pria itu memang tidak berusaha memberikan penolakan. Hanya sesekali melindungi wajah; sedikit membelakangi tubuhnya hingga Moreau menyadari bagaimana pakaian Abihirt benar – benar menjiplak bentuk tubuh pria itu. Sebuah pemandangan menjanjikan. Dia nyaris tak bisa memikirkan kapan Abihirt punya waktu untuk melakukan aktivitas menjaga bentuk tubuh, sementara belakangan yang pria itu lakukan adalah terus mendatangi rumahnya dan merenggut simpatisan anak – anak. Mungkinkah selama lima tahun terakh