Moreau harap ... dia tidak meninggalkan sesuatu secara spesifik. Pada awalnya Abihirt hanya menanyakan bagaimana prospek latihan yang dia hadapi. Bukan lainnya. Bukan sampai membicarakan suatu bentuk tidak tepat di antara mereka.
“Kau tetap menjadi dirimu.” Tiba – tiba Abihirt berkomentar. Itu sungguh tanpa petunjuk dan cukup membuat jantung Moreau seperti menghadapi serangan panik secara brutal. Dia jelas tidak bisa mengendalikan situasi saat dadanya telah bertalu – talu hebat. Dia tetap menjadi dirinya .... Apakah ada maksud tertentu dari pengakuan Abihirt? Moreau bertanya – tanya. Mungkin perlu mencari jawaban terbaik; mengapa sorot mata Abihirt mendadak menatapnya begitu teduh. “Bisa kau bicara lebih jelas?” tanya Moreau setelah mati – matian memberanikan diri untuk mengajukan permintaan penuh tekad. “Kau tetap menjadi dirimu ... cantik.” Hampir tidak ada ruang bagi Moreau untuk memulai percakapan. Pipinya terasa memanas. Abihirt baru sajTidak ada protes keluar ... berupaya membuat situasi terasa tenang. Moreau hampir tanpa sadar mengambil tindakan untuk menyingkirkan kain di tubuh Abihirt. Merasa lebih adil jika mereka saling menatap satu sama lain tanpa sehelai kain. Bagus jika Abihirt turut menawarkan bantuan. Pria itu mungkin sudah tidak lagi bisa menahan waktu lebih lama. Segera memindahkan sapuan tangan menuju beberapa bagian tubuh Moreau yang lain. Tulang rusuknya terasa hangat. Dia berusaha menahan diri dari erangan lebih panjang. Lidah Abihirt berpindah di puncak payudaranya; meliuk liar seperti belut licin, kemudian pria itu terburu – buru mengatur agar tubuh mereka segera menyatu. “Lakukan dengan hati - hati.” Meski Moreau selalu diliputi tuntuntan sekadar mengingatkan Abihirt. Dia cukup lega bahwa pria itu tidak pernah mengikari janji. Tidak dimungkiri kalau – kalau ... secara perlahan Abihirt mulai belajar cara menjadi lembut. Permainan di atas ranjang butuh kesepakatan bersama. Itu poin
“Mengapa kau tiba – tiba mengajakku bertemu di tempat ini, Mom?” Moreau tidak mengerti, tetapi dia tidak berhenti mengedarkan pandangan ke pelbagai arah. Barbara tidak biasanya mengirim pesan; meminta mereka bertemu di restoran saat wanita itu sendiri tahu kalau—mobil yang rengsek, masih membutuhkan waktu lebih lama dalam proses perbaikan. Anehnya, Moreau tidak menolak kali ketika dia membaca serentetan pesan di layar ponselnya. Sedikit kekhawatiran bahwa Barbara mungkin ingin membicarakan sesuatu yang penting, dan tampak ... bahwa itu sedikit benar. Moreau sedikit gugup menghadapi sikap Barbara yang tampak serius. Wanita itu telah melipat lengan di depan dada, sementara mereka duduk saling berhadapan. “Aku ingin membicarakan soal Abi.” Kali pertama Barbara bersuara. Jantung Moreau seperti menghadapi lonjakan signifikan. Sebelah alisnya terangkat tinggi. Namun, berusaha terlihat tenang ketika apa pun yang dia perlihatkan di hadapan wanita itu adalah bahaya
Kebetulan mereka bertemu di sini. Moreau tidak pernah melepas perhatian dari bahu Abihirt ketika pria itu tampak sibuk bicara bersama Mr. Pablo. Sepertinya percakapan mereka merupakan obrolan serius, hingga dia nyaris tidak mendapati Abihirt memalingkan perhatian—bahkan kepada Anitta saat pelatihnya ... sebenarnya sedang terlibat. Sedang terlihat mengagumi wajah pria itu. “Aku rasa, kalau tidak berteman dengan ibumu. Mrs. Voudly mungkin tidak akan segan – segan memamerkan bokongnya di depan Mr. Lincoln.” Juan tiba – tiba berkomentar asal di wajahnya—suara pria itu nyaris menyerupai bisikan penuh rasa takut. Moreau menghela napas, kemudian memutar mata malas menanggapi kata – kata Juan. Dia tidak ingin membicarakan apa pun tentang pelatih mereka. Lagi pula, sesi latihan akan segera selesai. Dia dan Juan hanya perlu melakukan satu kali pengulangan. Mereka seharusnya lebih daripada siap untuk program acara—yang sudah begitu dekat. “Jaga bicaramu, Juan. Jangan s
Moreau harap dia bisa lebih berani mengambil tindakan, tetapi setiap detil hal dengan sangat mudah meninggalkan dampak di antara mereka. Dia mungkin akan menanyakan langsung kepada Abihirt dan setidaknya—coba – coba memikirkan kembali saran dari Barbara. Lebih berhati – hati dan menjaga jarak. Ya. “Latihanmu sudah selesai?” Tubuh Moreau tersentak ketika suara serak dan dalam Abihirt merambat ke permukaan. Dia mengerjap. Cukup mengejutkan mendapati Abihirt sudah menjulang tinggi di hadapannya. Wajah pria itu selalu tenang, meski di sinilah bagaimana suasana pengabaian terasa kentara bagi Juan. “Kami baru saja selesai. Kenapa?” Moreau tak ingin Abihirt menunggu lebih lama. Dia juga melirik Juan secara bergantian. “Kalau begitu aku akan mengantarmu pulang.” Demikian pernyataan Abihirt. Secara naluriah sesuatu dalam diri Moreau menyebarkan sensasi penolakan. Dia tersenyum tipis saat menengadah tinggi ke wajah ayah sambungnya. Abihirt tampak m
“Tidak, Abi. Kau tahu aku dan Juan—“ “Dia sudah menerima uangnya. Sekarang kita pulang.” Keputusan Abihirt masih sama. Meninggalkan sesuatu yang tidak biasa Moreau singkirkan, tetapi dia merasa sangat harus. “Aku tidak mau ikut denganmu,” ucapnya, diliputi suara yang terdengar cukup lantang. Tidak ada siapa pun dan sedikit bersyukur jika Anitta tidak mengikuti keberadaan Abihirt. Perlu digaris bawahi kalau – kalau Moreau merekatkan ujung kakinya, seolah memang tidak bersedia diajak melakukan perjalanan pulang ke rumah. “Mengapa tidak mau?” Kernyitan di kening Abihirt menyiratkan segalanya. Moreau menelan ludah kasar sembari mencari jawaban terbaik agar bisa menghindari pelbagai tuntuntan dari pria itu. “Aku ... hanya tidak mau,” dia mengatakannya dengan gugup. Tidak tahu apakah reaksi demikian dapat memberi banyak pengaruh tentang apa yang seharusnya tidak dan akan. Moreau tak bisa membayangkan bahwa ternyata ... dia mungkin meninggalkan pelbagai prospek kep
“Aku ingin kau menjawab pertanyaanku dengan jujur.” Memang merupakan ide buruk melakukan konfrontasi di kamarnya sendiri. Moreau sudah bisa membayangkan apa yang mungkin akan Abihirt lakukan ketika dia—secara sengaja atau tidak, melukai perasaan pria itu. Namun, mungkin ... perlu lebih berhati – hati terhadap urusan yang akan melibatkan Barbara, walau ibunya jelas tidak di sini. “Jujur seperti apa yang kau inginkan?” Perhatian Moreau tidak lepas dari setiap detil hal yang ayah sambungnya lakukan. Cara Abihirt melonggarkan dasi, atau saat pria itu menyingkirkan jas yang merekat, kemudian menyisihkan ke pinggir ranjang. Semua. Tidak sedikitpun adalah pecitraan buruk. Tidak lama lagi Moreau yakin, dia akan terpukau jika tidak segera mengendalikan diri. Sambil mengembuskan napas secara perlahan, Moreau memastikan telah memiliki keyakinan utuh, lalu berkata, “Apa kau menikahi ibuku untuk menguras harta kami?” Ini terlalu konyol. Namun, bukankah negosiasi den
Rasa penasaran Moreau tidak bisa dialihkan. Abihirt pandai menganalisis sehingga pria itu begitu yakin terhadap situasi yang dia dan Barbara bicarakan, tetapi apakah Moreau perlu mencoba sekadar membagi? Bukankah itu sama seperti dia kembali mengkhianati ibunya lagi? Semacam paket kombo dan sebuah pilihan tetap terasa mengerikan. Moreau mengerjap. Mungkin tidak apa – apa memulai sesuatu yang membuatnya sedikit ragu. “Baiklah. Aku akan memberi tahu apa yang ibuku katakan. Tapi, bisakah kau menjawab satu pertanyaan dariku?” tanya Moreau, setidaknya dia harus lebih pintar; menjebak Abihirt masuk ke dalam satu lubang di mana tangannya-lah yang akan mengatur beberapa hal tersisa. “Apa yang ingin kau tanyakan?” “Mengapa kau mengambil alih perusahaan ayahku? Bukankah kau tahu itu diwariskan untukku?” “Apa ini yang membuatmu berusaha menghindariku?” Alih – alih menjawab persis sesuai bayangan di benak Moreau. Abihirt sebaliknya mengajukan pertanyaan. Pria itu
“Kau merasa ibuku berusaha menjerumuskanku?” tanya Moreau lambat dan pria itu segera menambahkan jawaban. “Ya.” “Mengapa ibuku harus melakukannya?” Lagi. Moreau mengajukan pertanyaan untuk melihat sejauh mana Abihirt dapat menambahkan komentar, meski tampaknya pria itu tidak berusaha tejerembab lebih jauh. “Hanya ibumu yang tahu jawabannya, Moreau.” Ya, Abihirt benar. Moreau bisa merasakan siapa seharusnya yang dia desak dengan pelbagai tuntutan, tetapi Abihirt telah mengatakan untuk tidak membiarkan Barbara tahu. Ibunya tak boleh tahu dan apa pun itu ... dia perlu bersikap sangat waspada di hadapan wanita tersebut. Sambil menghela napas hati – hati. Moreau memutuskan untuk memindahkan sentuhan tangan dengan menangkup wajah Abihirt—menyelam ke mata kelabu pria itu. Ada sesuatu yang tersisa dan setidaknya dia perlu tahu jawabannya. “Mengapa kau lakukan ini? Kau hanya ayah sambungku. Apa pun yang coba ibuku lakukan, seharusnya kau berada di pihakny
“Kau bisa lanjutkan apa yang ingin kau katakan, Mom,” ucap Moreau setelah tubuh Juan hilang dari pandangan. Dalam sekejap Barbara berdecih sinis, kemudian wanita itu berkata, “Aku takut kau tidak bersedia memanggilku dengan sebutan ‘mom’ lagi setelah mengetahui kebenaran ini.” “Kebenaran apa?” Moreau penasaran. Ironinya, kepuasan di mata Barbara meninggalkan rasa sakit yang dia tidak mengerti bagaimana itu terjadi. “Kau bukan putri kandungku. Aku tidak pernah mau mengandung dan juga tidak bisa mengandung. Abi mungkin sudah bicara denganmu kalau aku tidak hamil anaknya, bukan? Ya, itu benar. Pekerjaanku dulu mengharuskanku melakukan beberapa prosedur dan akibatnya ... menyebabkan masalah serius pada rahimku.” “Pekerjaan apa?” tanya Moreau tak percaya. Hampir tidak bisa memilah satu per satu informasi. Rasanya seperti duduk di kursi terapis. Cukup syok mengetahui kebenaran yang Barbara sembunyikan selama ini. “Sekarang aku yakin kau sudah mengerti. Menja
“Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan. Mengapa Abi harus membalaskan dendam? Apa motivasinya?” Moreau nyaris kehilangan kendali terhadap kebutuhan mempertahankan kestabilan suara. Tidak ingin Barbara menyadari rasa takut yang menyelinap seperti suatu aliran deras. Kali ini, dia menatap ibunya dengan tatapan menyelidik. “Dulu sekali, aku pernah menjalin hubungan bersama seorang pengusaha kaya. Jika kau memikirkan sesuatu yang buruk. Kau benar. Aku mantan simpanan ayahnya. Sama seperti dirimu selama ini. Hanya dijadikan seorang simpanan. Kau pikir Abi benar – benar serius denganmu? Jangan berharap banyak, Moreau. Kau tidak lebih dari seorang mainan.” “Biar kutebak, apa dia sering membawamu ke ruangan mengerikan itu? Melepas cambukan keras di tubuhmu?” Tulang punggung Moreau seperti mendapat kejutan listrik. Ketegangan itu tidak bisa dijelaskan. Bagaimana Barbara bisa menebak dengan tepat? Sekarang apa yang bisa dia katakan? Pada kenyataannya, itu memang benar. Mun
“Yakin catatan-mu sudah lengkap?”Moreau segera menoleh ke arah satu titik di sana ketika Juan bicara nyaris menyerupai gugumaman kecil. Perhatian pria itu terpaku serius pada secarik kertas berisi daftar barang belanjaan. Kali ini, dia sedang tidak diliputi minat melakukan perjalanan. Enggan bertemu banyak orang. Sehingga meminta bantuan Juan dan kebetulan pria itu tidak keberatan melakukan apa pun yang diinginkannya.Sesuatu segera menyelinap di benak Moreau saat iris biru terangnya mendapati Juan akan segera melangkah ke luar dapur. Dia langsung menghentikan kegiatan memotong apel.“Jangan lupa, belikan juga susu untuk wanita hamil.”Moreau sedikit terkekeh saat Juan segera menoleh tajam, kemudian berakhir dengan memutar mata malas.“Jadi, apakah masih ada yang tertinggal?” pria itu bertanya lagi. Sesaat, Moreau mengedarkan pandangan ke sekitar dapur. Tidak ada petunjuk yang bisa dia temukan. Sepertinya semua sudah lengkap.“Ya. Sekarang kau bisa perg
“Sudah ada Juan. Kami bisa saling melindungi. Kau tidak perlu khawatir. Sekarang pergilah. Bukankah kau akan sibuk dengan urusan perceraian-mu?”“Pengacara-ku akan mengurus semuanya.”“Tidak, Abi. Kau tidak bisa di sini,” bantah Moreau tegas. Hanya akan berakhir dengan perkara besar, jika pria itu tidak berusaha memahami kondisi di sekitar. Abihirt sudah menyaksikan sendiri bagaimana begitu banyak mata yang bertentangan terhadap hubungan mereka. Hubungan terlarang ... secara terang – terangan dijadikan sebuah tontonan oleh satu orang. Pria itu bisa menilai sendiri bagaimana hasilnya.“Pergilah, Abi. Aku dan Juan akan baik – baik saja di sini.”Lagi. Moreau tak bisa menunggu lebih lama sekadar menyaksikan sikap Abihirt yang tampak begitu enggan. Ego terus melarangnnya mempersilakan pria itu di sini. Tetap terasa jauh lebih adil jika Abihirt memang melangkahkan kaki pergi.“Mengertilah ....”Kali ini, Moreau bisa mendengar sendiri betapa suaranya begitu ge
“Kau lagi!”Suara Juan menggantung di ujung tenggorokan. Pria itu dalam sekejap tersulut amarah. Semua tampak begitu jelas ketika Juan melebarkan langkah ke arah Abihirt diliputi gestur ingin melayangkan pukulan mentah.Bugh!Sebaliknya pria itu mendapat hujaman luar biasa keras dari kepalan tangan Abihirt. Sial. Juan berdarah dalam sekejap.“Astaga, Abi! Apa yang kau lakukan?”Moreau segera bersimpuh. Ingin melihat langsung bagaimana kondisi Juan setelah pria itu terjerembab jatuh ke atas lantai. Dia meringis ketika Juan mengaduh kesakitan. Makhluk yang malang. Moreau menipiskan bibir, merasakan sangat ingin melimpahkan semua kesalahan kepada Abihirt. Dia mendelik pria itu tajam, lalu berkata, “Kau tidak seharusnya memukul Juan sampai seperti ini, Abi!”“Aku tidak bermaksud. Hanya kelepasan.”Abihirt seperti memutar kembali kalimat yang dia katakan mengenai situasi Juan kemarin. Persetan dengan pria itu. Moreau tidak mengatakan apa pun lagi, selain
“Di sini sudah tidak aman, Moreau. Kau bisa tinggal di kediamanku selama yang kau mau.” Suara serak dan dalam pria itu terdengar persis setelah melewati ambang pintu kamar mandi. Sebelah alis Moreau terangkat tinggi sebagai respons pertama, kemudian bertanya, “Tinggal di kediamanmu? Bagaimana dengan ibuku?” “Aku menceraikannya.” “Menceraikannya? Bukankah kalian sepakat menghancurkan karier-ku?” “Aku tidak tahu kalau dia akan menyebarkan bukti perselingkuhan yang diambil dari kamarmu. Tapi satu hal harus kau tahu. Program itu khusus kubuat untuk mendiang ibuku. Aku bahkan belum tiba di sana sekadar mengetahui apakah acara yang kubuat berjalan dengan baik atau tidak. Ibumu melakukan sabotase, supaya aku tidak hadir tepat waktu dan dia bisa menyebarkan kebohongan. Kau tak seharusnya percaya apa yang dikatakan ibumu. Wanita licik itu berusaha merusak hubungan kita.” Hubungan kita .... Moreau menggarisbawahi pernyataan terakhir ayah sambungnya. Tidak a
Tersisa mereka berdua. Moreau menelan ludah kasar menyadari bagaimana Abihirt seperti memperhatikan wajahnya begitu lamat. Tidak ada peringatan, pria itu segera melangkahkan kaki menuju kamar, bahkan menjatuhkan tubuh Moreau sangat hati – hati untuk duduk di pinggir ranjang. Sekarang, Abihirt bersimpuh diliputi kebutuhan menerawang ke penjuru kamar. Moreau mengernyit. Sedikit heran menyadari ayah sambungnya seperti mendapat sesuatu, kemudian pria itu berjalan ke arah nakas—mengambil sebuah benda asing; bukan kepunyaan Moreau, apalagi Juan. “Kamera kecil.” Suara serak dan dalam Abihirt seperti bergumam. Itu jelas membuat Moreau berpikir lamat. Samuel mendesak supaya dia menuntun pria tersebut menuju kamar. Apakah mungkin? “Kurasa, dia ingin mengirimkan bukti rekaman kepada ibumu.” Sepertinya, metode analisis Abihirt bekerja lebih cepat. Moreau mengakui itu terdengar masuk akal. Hanya merasa tak yakin mengapa ibunya melakukan hal demikian. “Boneka
“Kau sangat suka saat Abi menyentuhmu. Mengapa di sini kau malah menolakku, Pelacur Kecil?” Ambisi di balik suara Samuel tak bohong. Moreau bisa mendeteksi bagaimana pria itu seperti memiliki rencana lain ketika gagal melakukan apa pun, mengingat dia masih sangat melakukan penyangkalan penuh. Sorot mata di sana seakan sedang mencari situasi terbaik. Napas menggebu – gebu dan dorongan tak terduga merupakan bagian perhatian Moreau yang tak bisa dia lepaskan terhadap pria itu. Samuel mulai terlihat kalap usai satu tendangan kasar darinya membuat pria tersebut mundur beberapa langkah. “Pelacur kecil sialan!” Tidak ada petunjuk ketika akhirnya Samuel mengambil tindakan untuk meletakkan cengekraman di batang leher Moreau. Pria itu benar – benar melakukan suatu prospek mencekik yang luar biasa mencecoki jalan napas di rongga dada. Moreau berusaha memukuli lengan pria itu. Dia mulai tersedak. Mungkin akan segera kehilangan kesadaran jika Samuel masih dengan k
Barbara tidak bisa terus – terusan berada di sini. Bagaimanapun, dia harus bisa mencari cara melarikan diri. Ada keuntungan memberi tahu Samuel untuk melakukan apa pun yang pria itu mau kepada Moreau. Sekarang, Abihirt mungkin tidak akan memiliki waktu lebih banyak; tidak akan sampai di sana tepat sebelum Samuel menjalankan aksi kejam. Suaminya akan menyaksikan sendiri bagaimana pelacur kecil pria itu tidak selamat. Lihat saja .... *** “Lepaskan tanganmu. Aku tidak mengizinkanmu berbuat hal buruk di sini!” ucap Moreau memberontak hebat. Nyaris tidak memikirkan keberadaan pisau dapur, yang dia tahu bisa menjadi bahaya mengancam. Samuel bisa saja mengambil keputusan lebih menyakitkan ketika keinginan pria itu tidak tercapai. Samuel melakukan seks lebih sering bersama Barbara. Apakah pria itu tidak puas? Moreau mungkin tidak begitu tahu tentang hubungan keduanya. Dia hanya .... Menyadari keberadaan Samuel jelas bukan kebetulan semata. Apakah Barbara dalan