Home / Romansa / Perjanjian Terlarang / Pembicaraan di Kantor

Share

Pembicaraan di Kantor

Author: Susi_miu
last update Huling Na-update: 2024-05-13 13:07:09

“Jadi, bisa kau jelaskan padaku mengapa keluargamu tidak hadir di pesta pernikahan kemarin?“

Moreau tidak akan menunda lagi terhadap rasa ingin tahu-nya setelah pertemuan tidak disengaja bersama Froy. Aneh mengetahui Abihirt memiliki hubungan darah bersama mantan kekasihnya, tetapi Froy tidak terlihat di mana pun di hari pernikahan kemarin. Sekarang dia mulai meragukan seperti apa pemikiran Abihirt yang tak terungkap. Moreau takut pada akhirnya Abihirt adalah pria berbahaya, sementara dia dan ibunya telah terlibat ke dalam hubungan terikat bersama pria itu.

Tanpa sadar jari – jari tangan Moreau saling mengetat menunggu Abihirt akan mengatakan sesuatu, setidaknya sedikit, meskipun pria itu tampaknya begitu disibukkan kegiatan membaca berkas yang dia bawa sesuai permintaan Barbara. Betapa serius ... wajah dingin Abihirt luar biasa tampan. Moreau menelan ludah kasar. Berusaha tidak terpesona—enggan menatap wajah pria itu lebih lama. Dia lebih memilih memindahkan perhatian ke sekitar kantor.

Sebuah tempat yang indah. Nyaris keseluruhan sudut ruang dibaluri desain futuristik. Iris biru terang Moreau mulai merekat pada dinding menjorok ke arah pemandangan luar, yang nyaris seutuhnya berbahankan kaca. Ntah atas dasar alasan seperti apa, Abihirt memintanya menunggu lebih lama di sini, sekadar duduk di hadapan pria yang sedang menggerakkan lengan begitu elegan dan seksi ketika sedang membumbui tanda tangan di atas kertas. Moreau tak sengaja menyaksikan hal tersebut. Sama seperti rupanya Abihirt tak lupa untuk menyerahkan jawaban.

“Keluargaku ada di pesta pernikahan. Kau yang tidak mengenal mereka.”

“Tapi Froy—“

“Froy anak kecil yang tidak seharusnya diundang.”

Kalimat di ujung tenggorokan Moreau terpotong. Abihirt lebih dulu mengatakan sesuatu yang hampir tanpa sadar membuat bibirnya setengah terbuka. Dia segera mengerjap dan bagaimanapun kontak mata antara mereka meninggalkan sesuatu yang terasa begitu tegang.

Moreau berdecak—tahu bahwa seharusnya dia tidak boleh terpengaruh oleh ayah sambungnya. Lagipula, ada satu hal di benak Moreau yang menolak tegas pernyataan Abihirt. “Froy bukan anak kecil lagi. Dia berusia 23 tahun sekarang,” sergahnya, tetapi ucapan tersebut justru menarik perhatian Abihirt hingga mengangkat sebelah alis tinggi.

Mata kelabu itu seperti sedang berusaha mendelik tajam ke dalam dirinya. Mendadak Moreau merasakan kegugupan di sekitar mereka. Cara Abihirt merapikan berkas penting di tangan pria itu terkesan kokoh dan jantan, meninggalkan pelbagai ingatan tentang peristiwa di malam itu. Hampir saja Moreau menggigit bibir bawah. Dia segera menyadari Abihirt masih menatap tegas ke arahnya.

“Froy keponakanku. Aku tahu seperti apa kebiasannya. Mungkin seperti dirimu. Pikiran anak itu juga masih terlalu labil. Hanya ada ibunya di sana, apa Froy tidak mengenalkanmu pada ibunya sehingga kau tidak mengenali kedatangan saudari perempuanku?”

“Apa maksudmu?” Kedua alis Moreau bertaut tak mengerti. Bibirnya sekarang, sungguh setengah terbuka menunggu Abihirt mengatakan sesuatu secara gamblang.

“Kau dan Froy pernah berpacaran, bukan?”

Dan setelah pria itu melakukannya. Moreau langsung menatap tak percaya. Bertanya – tanya bagaimana Abihirt menemukan kenyataan itu. Apa yang selama ini telah Froy, atau barangkali Abihirt perbuat, tetapi dia sama sekali tidak tahu. Hubungan keluarga mereka terlalu rumit. Akan semakin diberatkan dengan kenyataan yang mati – matian Moreau lupakan. Dia tidak memiliki pilihan selain bertanya kepada ayah sambungnya.

“Apa Froy memberitahumu? Kapan dia memberitahumu kalau kami pacaran?”

“Aku punya profil pribadi-mu.”

Kelopak mata Moreau menyipit penuh rasa curiga. “Kau mencari tahu tentang aku?” tanyanya sekali lagi. “Mengapa kau melakukannya?” Lalu melanjutkan dengan nada lebih tegas.

“Aku meniduri-mu. Merasa perlu tahu sedikit, karena seharusnya kau kenal seperti apa ibumu. Terlalu senang bekerja, kami jarang membicarakan sesuatu di luar pekerjaan. Barbara lebih mencintai pekerjaannya daripada apa pun.”

Meskipun semua pernyataan Abihirt adalah benar. Namun, tidak bisa dianggap lumrah tindakan diam – diam yang pria itu lakukan. Setidaknya Abihirt akan tahu lebih banyak tentang dirinya. Moreau tidak ingin itu terjadi, tetapi apa yang bisa dia lakukan? Abihirt telanjur membaca riyawat hidup, atau mungkin yang tidak pernah Moreau pikirkan sekalipun. Dia menggeleng samar dan mendengar Abihirt mengembskan napas kasar.

Kenyataan bahwa dia adalah pria pertama yang meniduri Moreau, itu membuat perasaan Abihirt sedikit gamang. Malam sebelum pernikahan terungkap masih seperti jungkat – jungkit yang diayunkan dengan keras. Dia jauh lebih mengingat bagaimana rasa di tubuh Moreau, alih – alih Barbara walau mereka lebih sering melakukannya.

Abihirt berusaha besikap profesional sebagai ayah sambung. Moreau terlalu naif jika berpikir dia tidak menginginkan lebih. Beruntunglah, pengendalian diri menjadi sesuatu yang cukup dan Abihirt bisa bersikap seolah semua teratur baik – baik saja. Dia tak ingin membayangkan ekspresi wajah Moreau yang sedikit murung di sini, menyalakan suatu hal di antara mereka.

“Kau sudah terlambat latihan, Moreau. Juan Baker mungkin sudah menunggu-mu.”

Sesaat diam dan menahan napas. Pernyataan Abihirt ntah untuk ke berapa kali membuat Moreau diliputi tanda tanya besar.

“Dari mana kau tahu soal Juan?”

Barangkali masih berkaitan langsung dengan data pribadinya di tangan Abihirt, tetapi Moreau hanya ingin memastikan sepenting apa informasi itu sehingga Abihirt memperhitungkannya sebagai sesuatu yang diungkapkan.

Juan Baker memang pasangan nari-nya. Mereka selalu bersama di setiap kesempatan dalam latihan atau di perlombaan. Abihirt mungkin benar, bahwa Juan sudah menunggu di gedung latihan. Moreau seharusnya tidak membiarkan waktu berakhir sia – sia hanya untuk menunggu kapan Abihirt memberi petunjuk. Pria itu cukup misterius—sedang menatap intens, bahkan saat Moreau mengambil keputusan untuk meninggalkan kantor yang masih menjadi keindahan sekadar dipelajari.

Dia menyentuh gagang pintu. Memejamkan mata sebentar demi menenangkan diri—nyaris tak dapat menampung kenyataan bahwa ayah sambungnya masih begitu muda dan cukup berbahaya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Perjanjian Terlarang   Mabuk

    Banyak pekerjaan perlu dilakukan, tetapi perhatian Moreau berulang kali tertuju pada keberadaan pria itu di sana. Dia sungguh tidak bisa mencegah Abihirt dari keinginan menginjakkan kaki di sini. Mantan suami Barbara telah melihat kesempatan untuk membuat semua menjadi lebih mudah; dengan memesan minum dan melakukan permintaan khusus, maka ... mereka terjebak pada pertemuan—bisa membawa keinginan pria itu pada tujuan speisifk yang sebenarnya.“Moreau, pria di sana ingin kau membawa wiski ini untuknya.”Moreau mengerjap cepat. Sedikit disadari bahwa dia nyaris melamun terlalu lama, karena James telah menyiapkan semua kebutuhan yang hanya perlu dia selesaikan berikutnya. Memang harus mengambil tindakan, setidaknya.“Segelas wine saja, tidakkah itu cukup, Abi?” tanya Moreau persis ketika sudah begitu dekat. Satu – satunya hal yang bisa dia lakukan adalah mengajukan komentar. Abihirt adalah tamu dan sebagai kostumer, pria itu berhak memesan apa pun sekadar menarik perhatiann

  • Perjanjian Terlarang   Pergi

    “Sudahlah. Lupakan. Kau sebaiknya pergi. Sudah sore. Aku tidak ingin kau terlalu lama di sini.” Menjaga jarak adalah pilihan paling tepat. Abihirt tidak boleh melihat betapa pengaruh pria itu terlalu besar. Moreau tidak pernah bisa menebak kapan akhirnya dia tidak akan memiliki kesiapan untuk mendorong suasana di antara mereka lebih jauh. Celah demi celah sudah terbentuk dan dia hampir begitu kewalahan menambal segala bentuk prospek yang menyulitkan. “Bolehkah aku menginap semalam saja di sini? Aku tidur terlalu lama dan hampir tidak menghabiskan waktuku bersama anak – anak, karena kau bersikeras ingin aku pergi.” Seseorang diberi kesempatan untuk mengambil satu langkah, tetapi mendambakan langkah lainnya. Moreau berdecih tanpa sadar. Itu jelas alasan klise Abihirt yang tidak ingin dia toleransi. “Kau bisa bemain dengan mereka di lain waktu. Lagi pula, aku sudah menitipkan pesan kepada Caroline supaya menidurkan mereka lebih awal.” Ada jega be

  • Perjanjian Terlarang   Panggilan Baru

    Secara naluriah tangan Moreau terulur menyentuh wajah Arias. Dia sudah cukup melihat anak - anaknya menderita, terutama Arias yang harus merasakan sensasi tidak biasa dari penyakit bawaan. “Baiklah, Sayang. Kalian boleh memanggil Paman Abi dengan sebutan Daddy, tapi kalian harus ingat kalau itu hanya sebuah panggilan. Tidak lebih. Mengerti?” Semoga saja ini adalah keputusan terbaik yang pernah dia buat seumur hidup. Moreau tersenyum tipis saat Lore menyusul untuk memeluk pangkuannya. “Terima kasih, Mommy.” Mereka bicara secara kompak diliputi wajah menengadah antusias. “Sama – sama, Sayang.” Hanya setelah itu .... Sekarang, anak – anak menargetkan Abihirt untuk menjadi sasaran berikutnya. Pria itu terlihat sedikit tidak siap terhadap terjangan Lore dan Arias, tetapi di waktu bersamaan sanggup menahan posisi mereka dari sesuatu tidak diharapkan. “Daddy!” Itu terdengar kali pertama dan betapa Lore dan Arias masih sama kompaknya. Tidak tahu apa

  • Perjanjian Terlarang   Memohon

    “Mommy lupa aku dan Lore kembar? Apa yang kami pikirkan itu adalah hal yang benar – benar kami inginkan.”Butuh waktu beberapa saat untuk memikirkan kembali maksud terselubung dari kata – kata Arias. Ini tidak biasa.“Apa maksudmu bicara seperti itu?”Bodohnya, Moreau malah mengajukan pertanyaan yang jelas akan membuat situasi terasa runyam.“Kami ingin Daddy, Mommy.”Sudah dia duga. Sesak di rongga dada luar biasa mencekik. Ayah mereka ada di sini, begitu dekat; seperti yang dikatakan di dalam mimpi, tetapi ego melarang supaya membiarkan semua berjalan sebagaimana ini harus.“Memangnya kalian tidak cukup punya Mommy saja?”Moreau mengatur posisi sedikit beranjak bangun, dengan menjadikan satu lengan sebagai tumpuan. Dia ingin menatap wajah Arias lebih leluasa. Tatapan penuh harap dari bocah lelaki itu membicarakan banyak hal. Napas Arias berembus setengah enggan persis orang dewasa yang sedang memikirkan beberapa hal. “Cukup, Mommy. Tapi aku se

  • Perjanjian Terlarang   Daddy

    Apa pun yang Moreau dambakan sebelum benar – benar terlelap adalah pemikiran konyol, karena sebaliknya ... dia mendapati Abihirt—nyaris—masih tidur dengan posisi seperti terakhir kali. Hanya sekarang ... bagian paling mengejutkan adalah mendapati Lore tidur menelungkup di dada pria itu—memeluk ayahnya, sementara sebelah tangan Abihirt mendekap tubuh Lore dan sisanya tersisi cukup dekat di puncak kepala sendiri. Sebuah pemandangan indah, meski di waktu bersamaan Moreau terkesiap. Hampir beranjak bangun, tetapi kemudian ... juga menyadari keberadaan lengan seseorang melingkar sempurna di perut ratanya. Dia segera menoleh; sedikit senyum menemukan Arias sedang terlelap. Apakah anak – anak masuk ke dalam kamar saat dia dan Abihirt sama – sama tertidur? Lalu mereka sepakat untuk melakukan hal seperti ini? Moreau tak bisa membayangkan bagaimana mereka menjadi keluarga bahagia, andai saja peristiwa lima tahun lalu tidak mengacaukan segala bentuk situasi—yang memang, tak pern

  • Perjanjian Terlarang   Cukup Berbahaya

    Moreau masih mempertimbangkan. Permintaan Abihirt memang cukup sederhana, tetapi dia takut ini melampaui batas. “Aku sudah memberimu hati dan kau masih akan meminta jantung, Abi?” tanya Moreau sembari melipat tangan di depan dada. Biarkan pria itu mengerti bahwa kesempatan sudah diberikan sekali, maka seharusnya hanya sekali—tidak perlu ada tambahan lainnya. “Hanya sebentar saja, Moreau. Aku tidak akan melakukan sesuatu yang buruk. Hanya butuh sedikit tidur.” Mungkin sebaiknya membiarkan keputusan yang dia buat tetap mengendalikan situasi? Moreau menghela napas kasar, tetapi pengkhianatan dalam dirinya tahu kapan waktu untuk bekerja. “Baiklah.” Itu yang dikatakan sembari berjalan ke arah ranjang. Seperti permintaan Abihirt tentu. Dia tiduran di atas ranjang—persis di bagian pinggir, sementara pria tersebut telah mengambil posisi telentang di lantai dengan kedua tangan mendekap di depan dada. Tidak ada pembicaraan. Abihirt memang terlihat langsung memeja

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status