Home / Romansa / Perjanjian Terlarang / Pertemuan Tak Terduga

Share

Pertemuan Tak Terduga

Author: Susi_miu
last update Huling Na-update: 2024-05-13 12:07:24

“Aku sudah sering mengingatkanmu, Abi. Berhenti konsumsi alkohol. Kau tahu minuman itu memiliki interaksi tidak terduga dengan obat – obatan. Vitamin-mu akan menunggu jika kau tidak datang tepat waktu.”

Roger selalu memiliki alasan menceramahinya dengan segala jenis kalimat yang terungkap pada masa – masa seperti ini. Jadwal pemeriksaan khusus, yang sialnya tidak dapat diatur ulang, walau Abihirt sudah mencari cara serius menghindari dokter sekaligus sepupu paling akrab. Dia menatap Roger setengah menyipit setelah pria itu menggeser sebotol kapsul vitamin dan melingkari jadwal untuk melakukan transfusi darah.

“Minggu depan kembali lagi ke sini. Mengerti, Abi—oh berhentilah memainkan koleksi mahalku!”

Roger segera bangkit—sedikitpun tidak akan membiarkan Abihirt menyapukan ujung jari pada seri robot mahal miliknya. Dia segera menggeser kaca lemari—menutup dengan hati – hati—lalu mengantongi kunci ke saku jas. Ada pelbagai macam pasien, dan mereka tidak berani sekadar melirik, tetapi yang satu ini adalah pengecualian.

“Biar kuingatkan lagi, jangan konsumi alkohol. Aku harap semalam adalah yang terakhir.”

Ntah harus kali ke berapa agar Roger berhenti bicara. Abihirt memijat pelipis frustrasi, akhirnya melangkah ke meja kerja Roger. Dia mengambil botol vitamin itu sembari menarik napas kasar sambil memikirkan jawaban terbaik terhadap ocehan Roger.

“Aku tidak akan minum tanpa alasan, kau tahu itu. Roki memaksaku datang ke klub dengan dalih merayakan hari pernikahanku. Aku tidak bisa menolak.”

Roger tiba – tiba berdecak seolah menganggap pernyataan Abihirt sekadar pembelaan diri. “Harusnya kau ke klub cukup dengan pesan segelas air mineral saja,” ucap pria itu menambahkan.

Sebuah saran yang membuat Abihirt mendelik sanksi.

“Kau pikir aku anak bawang?”

Abihirt hanya terikat aturan. Tidak lebih. Namun, Roger akan selalu menganggapnya berbeda. Pria itu telah memiliki cara untuk mencari celah dengan mengajukan pertanyaan lainnya.

“Jadi sebenarnya kau datang ke klub untuk menunjukkan siapa yang lebih tahan dengan alkohol? Apa yang kau dapat jika menang?”

Tubuh seorang gadis muda. Tetapi semua itu murni kecelakaan. Salah Barbara yang tak ingin memperkenalkannya kepada Moreau jauh – jauh hari, dan tindakan Roki di luar kendali. Bajingan itu sudah terduga akan sangat puas menyimpan rekaman video ketika Abihirt membawa Moreau pergi menuju pintu keluar klub, kemudian akan mengancam dengan uang.

“Aku mendapat hiburan.”

Hanya itu yang mampir di benaknya untuk diungkapkan. Sebelum Roger dapat mengatakan sesuatu lebih serius, Abihirt segera mengambil langkah meninggalkan ruang praktek pria tersebut. Sudah cukup mendengar wejangan tak berpinggir. Ada sisa pekerjaan yang perlu dikerjakan. Barbara mengatakan akan memintai sekretaris wanita itu untuk mengirim surat kontrak perjanjian.

Abihirt merogoh ponsel ketika berjalan ke arah parkiran mobil. Pesan singkat dari Barbara memancing keningnya untuk mengernyit.

[Maaf, Darling. Aku meninggalkan berkas kerja sama kita di kantor pribadiku di rumah. Tadi sudah kuhubungi Moreau untuk membawanya ke kantormu. Dia mungkin sudah dalam perjalanan. Apa kau ada di sana?]

Abihirt hanya menatap seluler genggamnya dengan sorot mata begitu dingin. Kebiasaan Barbara adalah sering kali terburu – buru dan berakhir seperti ini. Barangkali Moreau akan segera sampai. Dia perlu lebih cepat melakukan perjalanan ke kantor.

***

“Moreau?”

Panggilan dari suara dengan kesan familiar memberi Moreau indikasi bahwa sesuatu akan membuat perasaannya tidak nyaman. Dia membeku—berharap pemikiran tersebut tidak benar, berharap bukan itu yang akan terjadi sekarang, yang meninggalkan desakan hebat, dan Moreau perlu berjuang demi mengambil keputusan besar.

Saat ini, kebutuhan untuk berpaling tidak dapat dicegah. Moreau menarik napas panjang – panjang, memutar separuh tubuh dan ternyata ....

Udara yang mencekat segera menyusul.

Bertemu Froy di suatu tempat tak diinginkan adalah pengalaman paling tidak menyenangkan. Sesuatu yang juga terasa ganjil saat dia menemukan pria itu berada di kantor ayah sambungnya. Apa yang Froy lakukan?

“Mengapa kau ada di sini?”

Malahan, alih – alih Moreau dapat mengajukan pertanyaan. Froy lebih dulu melontarkan rasa ingin tahu pria itu. Tidak banyak perubahan, tetapi Moreau sudah tidak akan pernah mau menaruh perhatian lagi kepada mantan kekasihnya. Biarkan Froy menjalankan kehidupan seperti biasa. Moreau juga memiliki kesibukan sendiri.

“Urusan penting.”

Dia hanya menjawab singkat. Mungkin itu bisa menegaskan kepada Froy; tidak perlu banyak percakapan di sini. Moreau ingin pergi. Sudah berniat melangkahkan kaki. Namun, sentuhan Froy di pergelangan tangannya meninggalkan kesan tidak sopan.

“Ini perusahaan besar. Urusan penting apa yang membawamu sampai ke sini?”

Iris biru terang Moreau mendelik tajam. Pria itu bertanya seolah dia tidak ada apa – apanya. Andai Froy tahu, tetapi Moreau tidak akan merasa bangga. Abihirt memiliki perusahaan besar ini dengan status hubungan mereka yang hanya sebatas ayah dan anak sambung. Tidak lebih. Paling sedikit ... perlu menambahkan kencan total semalam.

Akan tetapi, apa pun itu. Moreau tidak ingin mengungkit lagi. Dia hanya dituntut urusan menyerahkan berkas penting setelah Barbara menghubunginya untuk meminta pertolongan. Berpikir ini akan berakhir sebentar, lalu dia bisa menjalankan sesi latihan dengan tenang.

“Aku harus pergi, Froy. Lepaskan tanganku.”

Tanpa mengungkapkan lebih jauh. Moreau menepis cengkeraman tangan Froy. Pria itu harus tahu bahwa hubungan mereka sudah pupus sejak seminggu lalu. Memang masih diliputi rasa penasaran yang besar mengenai alasan paling masuk akal mengapa Froy mengambil keputusan sepihak. Menyedihkan, pada momen pria itu menolak bicara. Moreau tidak akan pernah memaksa apa saja yang Froy sembunyikan darinya. Percuma. Dengan menaruh curiga bahwa pria itu menginginkan kehidupan yang sukses. Menggapai cita – cita, terpaksa merelakan hubungan mereka, sudah cukup membuat Moreau merasa lebih baik.

“Sayang, kau bicara bersama siapa?”

Muncul wanita berpakaian modis. Moreau tahu sekarang. Bodohnya. Dia mendengkus secara naluriah. Hampir tertawa, ironi, itu terdengar seperti suara berdecih. Samar. Walau begitu ... tindakan Moreau sangat mungkin membuat Froy menatap cemas ke arahnya.

“Siapa ini?”

Pertanyaan dari wanita yang sama hanya ditanggapi dengan senyum tipis. Moreau rasa dia perlu membantu Froy mengungkapkan sesuatu dengan bohong. Pria itu terlihat tidak ingin pacar barunya—yang hanya membutuhkan waktu satu minggu sekadar mencari pengganti—supaya tidak menganggap Moreau sebagai ancaman.

“Aku teman sekolah Froy.”

Improvisasi yang bagus, tetapi Moreau sedikit terkejut saat Froy mencegah tangan kekasih barunya yang perlahan terulur. Pria itu tersenyum gugup sambil melirik ke sekitar.

“Lebih baik kau kembali ke mobil, Lewi. Aku dan Moreau akan bicara sebentar saja.”

“Lewi? Jadi dia teman kuliahmu dulu?”

Moreau mengajukan pertanyaan tepat setelah Lewi meninggalkan mereka berdua di halaman parkir kantor. Pengetahuan di puncak kepalanya makin bertambah jelas. Dia menatap Froy getir. Menepis tangan pria itu kasar saat nyaris sebuah sentuhan kembali berakhir di pergelangan tangan.

“Jadi ternyata kau sudah mengkhianatiku jauh – jauh hari. Pantas, selama ini hingga sampai di hari wisuda-mu, kau selalu tidak memiliki waktu.”

“Kau jangan salah paham.”

Sebelah alis Moreau terangkat tinggi mendeteksi Froy akan kembali melanjutkan. “Lewi hamil. Aku membawanya ke sini karena kami baru saja kembali dari dokter kandungan, tapi aku juga ada urusan bersama pamanku. Jadi, katakan apa yang kau lakukan di sini?”

“Hamil?”

Alih – alih menjawab pertanyaan Froy langsung. Moreau justru menandai pernyataan paling mengejutkan itu. Froy membubarkan hubungan mereka karena pria tersebut mengkhianati, hingga menghamili wanita lain.

Sudah seharusnya begitu. Sudut bibir Moreau melekuk getir sambil menghindari kontak mata bersama Froy. Niatnya masih sama, ingin meninggalkan pria ini. Namun, ntah atas dasar apa Froy terus menghalangi keputusan Moreau mengambil satu langkah melupakan percakapan mereka di sini.

“Moreau?”

Suara serak dan dalam dalam Abihirt belakangan ini sudah menjadi sesuatu paling akrab di benak Moreau. Dia segera memalingkan wajah, antara lega dan membeku menemukan pria itu dengan setelan jas biru gelap, begitu tampan ... sedang menjulang tinggi—perlahan mendekati mereka.

Untunglah di waktu bersamaan Froy juga tidak melakukan tindakan mengancam, atau Moreau akan menyebut pria itu sama terkejut ketika mendapati Abihirt sudah sejengkal jarak diliputi aroma maskulin yang menyergap deras.

“Paman, kau mengenalnya?”

Keterkejutan di balik suara Froy membekaskan sesuatu, yang sepertinya telah Moreau lewatkan. Dia mengamati wajah Abihirt dan Froy bergantian. Tidak harus selalu dengan kemiripan, tetapi mengapa Froy tidak pernah bercerita tentang paman-nya di Madrid?

“Moreau di sini untuk bertemu denganku. Sebaiknya kau biarkan dia pergi.”

Ketika Froy tanpa mengatakan sesuatu sekadar membantah. Moreau mengerti pria itu tidak cukup berani menghadapi paman-nya. Mungkin Abihirt memiliki kuasa, yang Froy tahu akan kehilangan harapan jika dan jika membuat keributan di sini. Bahkan tidak ada sepatah kata lainnya saat tiba – tiba Abihirt menggenggam tangan Moreau untuk melangkah pergi.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Perjanjian Terlarang   Luluh

    Kening Abihirt bergerak samar merasakan sentuhan ringan di rahangnya yang terus dilakukan dengan tempo serupa; benar – benar ringan dan menyenangkan, seperti tindakan yang sering kali Moreau selesaikan.Namun, dia sangat sadar kalau – kalau mereka tidak berada di ranjang yang sama, dan kemudian mengingat bahwa tubuh Lore sungguh menjadi sangat mungil ketika dia mengambil posisi tidur menyamping sambil mendekap gadis kecil itu.Perlahan, setelah menyadari kemungkinan terbesar di sini. Mata kelabu Abihirt akhirnya terbuka. Dia tersenyum tipis mendapati bagaimana Lore menatapnya sangat serius.Gadis kecil itu sedikit terkejut ketika menyadari pergerakan singkat. Lengan kecil di sana bahkan secara naluriah tertahan. Hanya menyisakan Lore yang sempat terpaku, meski bocah menggemaskan ini segera berkata, “Daddy tidur di sini bersamaku?”Moreau benar. Abihirt hampir mengetatkan pelukan pada tubuh kecil Lore, tetapi sangat sadar bahwa dia mungkin akan membuat gadis kecil itu menjadi takut, me

  • Perjanjian Terlarang   Ancaman Kecil

    "Bagaimana caranya?” mantan suami Barbara bahkan bertanya sarat nada bicara, yang cenderung berbisik sembari mengatur posisi mereka lebih dekat.Moreau bisa merasakan pelukan itu. Lengan Abihirt benar – benar hampir bertaut di pinggulnya.“Lore setidaknya harus terbangun di sampingmu,” dia menambahkan. Tidak tahu bahwa prospek tersebut akan membuat sebelah alis Abihirt terangkat tinggi.“Maksudmu, aku harus menemani Lore tidur sepanjang malam?”Nada bicara Abihirt terdengar ragu. Bisa Moreau pastikan akan ada penolakan. Dia berdecak sambil mengacak rambut gelap di sana. Tidak pernah sadar tangannya akan berpindah dengan cepat.“Hanya satu malam, Daddy. Jangan bersikap berlebihan. Kau ingin putrimu memaafkanmu atau tidak?” dan bertanya, membuat ekspresi Abihirt—kali ini—hanya kali ini—sedikit lebih mudah untuk dipahami. Pria itu masih cukup enggan.Kemudian berkata, &ldqu

  • Perjanjian Terlarang   Sedikit Tahu

    “Mommy bilang kita akan pulang. Kapan? Aku sudah ingin bertemu Charo.”Lore dapat dipastikan tidak akan akan berhenti mengajukan pertanyaan yang sama, selagi Abihirt belum menemukan cara terbaik sekadar benar – benar meluluhkan gadis kecil ini. Moreau tersenyum tipis setelah menarik selimut untuk menutup tubuh montok putri kecilnya.Si kembar sudah bersiap – siap tidur. Dia lebih dulu menyelesaikan urusan bersama Arias. Melakukan tindakan yang sama persis dan terakhir menambahkan kecupan ringan di puncak kepala mereka.“Kita harus bertanya dulu kepada Daddy dan lihat apakah dia mengizinkan pulang atau tidak,” ucap Moreau, sedikit ingin Lore mengerti. Mereka tidak mungkin pergi dengan situasi seperti ini. Gadis kecil itu harus setidaknya tak lagi berusaha menghindari Abihirt, yang membuat pria itu akhirnya memutuskan untuk menyibukkan diri di ruang kerja.Mungkin masih di sana. Moreau akan menyusul setelah urusan bersama anak &n

  • Perjanjian Terlarang   Dikerjai

    Setidaknya, perasaan Moreau sedikit lebih baik setelah dia benar – benar menumpahkan semua rasa sakit di makam ibu dan saudara kembarnya.Amelia dan Mario Riveri ....Keduanya dimakamkan persis bersebelahan. Sesuatu dalam diri Moreau masih berharap ... andai saja tahu lebih awal mengenai kejahatan Barbara. Dia tidak akan pernah serius menunjukkan sikap patuh atau setidaknya menaruh rasa peduli kepada wanita licik itu.Sudah telanjur.Seharusnya tidak terlalu dipikirkan. Lagi pula, dia sudah sampai di kediaman Abihirt. Hanya perlu melangkahkan kaki mencari keberadaan anak – anak dan pria itu. Informasi dari Emma mengatakan bahwa mereka berada di halaman belakang. Bermain dengan panda, dia tidak perlu menebaknya. Sedikit mengira – ngira bahwa Lore mungkin sudah menunjukkan sikap manja di hadapan Abihirt. Betapa dia tidak sabar melihat melihat mereka bertiga disibukkan kegiatan di sana.Sambil tersenyum. Langkah Moreau sudah begitu dekat

  • Perjanjian Terlarang   Gengsi

    “Kau yakin akan menemaniku ke makam lagi?”Mereka sudah begitu siap, tetapi mendapati keberadaan anak – anak di ruang tamu membuat Moreau memutuskan untuk mengajukan satu pertanyaan. Abihirt masih di sampingnya; turut berjalan lebih dekat ke arah Lore dan Arias. Bocah kembar sedang bermain dengan perangkat masing – masing, yang hanya berhenti ketika Moreau memberikan sapaan.“Kalian sudah sarapan?’ tanyanya, menyadari bagaimana perhatian anak – anak tak pernah lepas.“Sudah, Mommy. Emma membuatkan sarapan yang enak. Aku sangat menyukainya.”Moreau tersenyum tanpa sadar mendengar pernyataan Arias. Dia melirik Lore sebentar. Ekspresi wajah yang menekuk kesal, masih menunjukkan bagaimana kemarahan kepada Abihirt tidak akan reda secara perlahan, meski sekarang ... pria itu tampak membujuk dengan mengelus pipi tebal di sana, yang sesekali akan coba Lore tepis. Walau ternyata, hal tersebut tak membuat Abihirt menyer

  • Perjanjian Terlarang   Sedikit Protes

    Kamar utama sudah begitu temaram ketika Moreau melangkahkan kaki masuk. Bagaimanapun, dia memang memutuskan untuk tidur di sini; menemani Abihirt jika sewaktu – waktu pria itu mengalami masalah tidur. Sedikit tidak dimungkiri bahwa sesuatu dalam dirinya begitu takut—andai saja, Abihirt akan melangkahkan kaki ke ruang merah dan menyakiti diri sendiri.Dia menghela napas kasar mengamati dengan serius bagaimana pria itu tidur dengan posisi telentang diliputi cahaya lampu yang menyorot samar di wajah tampan di sana.Kelelahan mungkin ....Benak Moreau menyimpulkan mengapa Abihirt bisa tertidur lebih awal. Dia tidak akan mencoba melakukan sesuatu, selain ikut menjatuhkan tubuh dengan hati – hati ke atas ranjang.Selalu dengan posisi menyamping. Moreau membelakangi pria itu, tanpa pernah menyadari bahwa Abihirt akan tiba – tiba memeluknya dari belakang. Ada keterkejutan yang menyergap begitu singkat, tetapi Moreau berusaha menyesuaikan diri dari prospek seperti ini.“Bagaimana dengan Lore?”

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status