Cukup sulit menjabarkan apa yang Moreau rasakan. Dia muak, tetapi protes besar semacam suatu tindakan tertahan di ujung tenggorokan.
Sudahlah. Lebih baik dia mengambil keputusan bagus untuk kewarasan, walau itu bukan suatu keadilan. “Terserah. Kau tahu ... aku tidak peduli. Satu – satunya hal yang ingin kulakukan adalah pergi sejauh – jauhnya dari hadapanmu.” Urusannya di sini sudah selesai. Moreau segera beranjak bangun. Nyaris melangkahkan kaki pergi. Namun, suara serak dan dalam Abihirt sanggup menghentikan setiap tindakan yang akan dia lakukan. “Aku akan melakukan transfusi darah hari ini. Kau pernah bilang ingin melihat langsung. Kita bisa pergi sekarang jika kau mau.” Apa ungkapan tersebut merupakan bagian dari rayuan Abihirt supaya bisa menahannya di samping pria itu? Moreau menggeleng samar. Tidak. Apa pun keinginan mantan suami Barbara ... itu tidak akan pernah mengubah situasi di antara mereka. “Aku sudah tidak tertarik terhadap apa puIni masalah besar. Benak Moreau terus mengingatkan bahwa seharusnya dia tidak membiarkan Abihirt melakukan sesuatu lebih jauh. Sampai kapan pun, mereka tidak bisa bersama. Semua sudah begitu jelas. Pria itu harus mengerti, bukan malah merekatkan telapak tangan ke arah dinding dan mengurung kebebasannya—tanpa berusaha memberi jarak. “Lepaskan aku, Abi.” Moreau bisa mendengar sendiri bagaimana suaranya terdengar getir. Ada kekhawatiran tak terduga dan dia tidak bisa memikirkan bagaimana cara membuat situasi terasa lebih baik. Abihirt tidak menawarkan hal terbaik. Tahu bahwa ini bahkan merupakan prospek terburuk dari yang terburuk. “Aku mau pergi. Singkirkan tanganmu,” ucap Moreau tidak tahu harus berapa kali mengingatkan pria itu. Mantan ayah sambungnya tidak terlihat menaruh minat sedikitpun sekadar menyingkir. Sebaliknya, mengurung situasi Moreau supaya berakhir tak berdaya. “Kau bermasalah dengan pendengaran atau bagaimana?” Berulang kali. Usaha Moreau untu
Cukup sulit menjabarkan apa yang Moreau rasakan. Dia muak, tetapi protes besar semacam suatu tindakan tertahan di ujung tenggorokan. Sudahlah. Lebih baik dia mengambil keputusan bagus untuk kewarasan, walau itu bukan suatu keadilan. “Terserah. Kau tahu ... aku tidak peduli. Satu – satunya hal yang ingin kulakukan adalah pergi sejauh – jauhnya dari hadapanmu.” Urusannya di sini sudah selesai. Moreau segera beranjak bangun. Nyaris melangkahkan kaki pergi. Namun, suara serak dan dalam Abihirt sanggup menghentikan setiap tindakan yang akan dia lakukan. “Aku akan melakukan transfusi darah hari ini. Kau pernah bilang ingin melihat langsung. Kita bisa pergi sekarang jika kau mau.” Apa ungkapan tersebut merupakan bagian dari rayuan Abihirt supaya bisa menahannya di samping pria itu? Moreau menggeleng samar. Tidak. Apa pun keinginan mantan suami Barbara ... itu tidak akan pernah mengubah situasi di antara mereka. “Aku sudah tidak tertarik terhadap apa pu
Diliputi usaha kembali ke permukaan. Moreau segera mengenyakkan punggung di sandaran kursi. Sangat menunggu kapan Abihirt akan menambahkan jawaban. Seharusnya tidak lama lagi. Pria itu terlihat menunduk sesaat dan akhirnya berkata, “Kau benar. Untuk saat ini perusahaan peninggalan ayahmu berada di bawah naunganku—““Lalu serahkan kembali kepada orang yang berhak menjalankannya.” Secara teknis, Moreau menunjuk dirinya sebagai prospek utama. Perusahaan peninggalan mendiang Jeremias Riveri adalah warisan dan sebagai satu – satunya keturunan tersisa, dia tidak salah mengatakan semua secara langsung kepada Abihirt.“Ada beberapa prosedur yang harus dilalui. Aku tidak bisa melangkahi batas yang telah ditentukan.”Suara serak dan dalam Abihirt terdengar tenang, seperti sebuah sungai yang tidak meninggalkan sedikitpun gerakan dari genangan air di permukaan. Namun, Moreau tidak akan menggarisbawahi setiap detil cara pria itu bersikap. Mati – matian tidak terperangkap pada pe
45 tahun penjara. Itu tidak cukup bagi Moreau setelah apa yang dialami keluarganya. Dia ingin sesuatu yang lebih memberatkan, tetapi Robby telah meyakinkan ... paling tidak, Barbara akan menghabiskan masa tua di balik jeruji besi. Mereka tidak perlu lagi memikirkan bagaimana wanita licik tersebut akan berkeliaran dan mengancam nyawa. Semua benar – benar akan diselesaikan sesuai rencana. Moreau menarik napas dalam - dalam. Berusaha meraup udara sebanyak mungkin setelah menepikan mobil di halaman parkir. Tidak tahu apakah dia telah melakukan kesalahan terhadap prospek seperti ini atau justru inilah yang terbaik.Abihirt mengajukan permintaan sekadar ingin bertemu. Mereka sepakat bahwa dia akan menemui mantan ayah sambungnya secara langsung di kantor pria itu. Ada sesuatu yang perlu dibicarakan. Penting. Dia tidak bisa menyangkal, meski begitu besar keinginan untuk tidak bertemu pria yang telah menabur rasa sakit. Perusahaan ayahnya ....Ya. Moreau tak akan menyerah
“Jadi, kau hanya memikirkan keponakanmu. Kau seharusnya memikirkan-ku sebagai pabriknya.” Moreau bisa tertawa kecil, setidaknya, dan dia ingin itu terjadi tanpa dibayangi oleh pelbagai hal yang merusak suasana hati saat sedang bersama Juan. “Tentu saja, pabrik selalu menjadi yang utama. Tapi komponen-mu tidak akan jadi tanpa Mr. Lincoln, bukan?” Sekarang Juan tertawa sekeras – kerasnya, seolah kata – kata barusan adalah lelucon yang paling bisa dimaklumi. Rasanya Moreau ingin menjambak rambut pria itu dengan sepenuh tenaga. Dapat membayangkan bagaimana Juan akhirnya botak; mungkin tidak akan memberi banyak pengaruh pada wajah pria itu. “Kau jangan konyol. Pria di dunia ini banyak. Aku bisa mencari orang lain yang mau, katakanlah yang bersedia menikahiku,” ucapnya membantah pernyataan Juan dengan tegas. Butuh jeda beberapa saat di mana pria itu berusaha mengendalikan suasana menghibur di dalam diri sendiri. Tepat ketika merasa tenang, ekspresi Juan tampak—be
Moreau berdecih. Semua keputusan ada di tangannya: terutama mengenai tawaran Abihirt tentang bagaimana pria itu ingin memberikan bantuan. “Tidak perlu repot – repot. Aku tidak berharap akan menjadi atlit. Lagi pula, bukankah kau sendiri yang bilang kalau pendidikan jauh lebih penting? Aku akan melanjutkan pendidikan-ku. Jadi tolong, jangan kembali lagi atau mencoba membujukku untuk memaafkan-mu, karena itu adalah hal terakhir yang tidak ingin kulakukan.” “Kau akan keluar dari Spanyol?” Moreau bicara sebanyak itu dan Abihirt hanya mengajukan pertanyaan singkat, yang membuat dia secara naluriah mengembuskan napas kasar. “Itu bukan urusanmu!” “Di mana kau akan melanjutkan pendidikanmu?” “Kau bertanya seperti ini agar kau bisa mendatangiku dan membuat hidupku kembali menjadi kacau? Aku bahkan belum selangkah untuk merasa baik – baik saja dari semua rasa sakit yang kau berikan. Tolong, Abi, mengertilah ... jangan menggangguku. Jangan mencampuri apa pun kehi
Pelukan mereka terlepas. Moreau tersenyum lamat ke arah Juan. Sudah cukup membicarakan sesuatu yang hanya akan melubangi jantung. Dia tidak ingin terus tersulut oleh suasana menyedihkan sekarang ini. Semua percuma. Mereka tidak akan pernah bisa membawa saat – saat di mana semua masih berjalan baik – baik saja dari masa lalu. Sudah telanjur. Moreau akan menganggap setiap bentuk peristiwa ini sebagai bentuk penebusan dosa—kesalahannya yang tidak termaafkan. “Tadi aku seperti melihat seseorang mengintip dari jendela-mu, Amiga.” Tiba – tiba Juan bersuara. Itu secara naluriah menarik perhatian Moreau. Dia menoleh. Tidak melihat siapa pun dari kaca tembus pandang, tetapi kebutuhan ingin tahu tidak dapat ditranformasikan ke dalam situasi pengabaian. Ada dorongan ... terus mendesak supaya langkahnya terbawa sampai pada pemandangan lebih jelas.Abihirt.Amarah segera termasak di puncak kepala Moreau, setelah mengetahui pria itu berdiri persis dengan perasaan canggung saat m
“Setelah semua urusan dengan Bibi Barbara selesai. Kau yakin akan ikut bersama Robby, Amiga?”Berulang kali, Juan selalu menanyakan hal serupa. Sesuatu yang jelas belum Moreau selesaikan bersama pria itu. Dia lebih sering menghindari topik seperti ini, tetapi jika Juan terus memaksa ingin tahu ... sebaiknya memang memberi pria tersebut petunjuk.“Aku harus. Hanya Robby dan ayahnya yang bisa memberiku tempat terbaik menghindari Abi saat ini. Aku harus tetap menyembunyikan kehamilanku darinya, atau Abi bisa melakukan sesuatu untuk mengambil anakku dariku.”Napas Juan terdengar kasar setelah mendengar pengakuan—ntah apakah menurut pria itu terdengar masuk akal atau tidak. Moreau sudah tidak bisa memikirkan cara terbaik. Robby bersama Mansilo Hubber merupakan prospek cukup menjanjikan. Mereka harus melakukan tindakan dengan cepat sebelum menyesali keterlambatan.“Jika kau memang sangat yakin dengan Robby dan ayahnya. Tapi bukankah Mr. Lincoln berhak tahu tentang anaknya?
Tidak pernah ada saat – saat di mana dia akan membayangkan bertemu pria itu di sini; di gedung pengadilan ketika semua harus segera diselesaikan. Moreau menelan ludah kasar persis menengadah menatap wajah yang menunduk lamat ke arahnya.Mata kelabu itu menyiratkan banyak hal; seperti tertimbun segerombol rasa sakit, tetapi tidak diungkapkan secara gamblang. Dia tahu. Abihirt harus menanggung segala sesuatu—cenderung tidak adil. Begitu juga dirinya. Ini semacam permainan takdir dan anak – anak menjadi korban terhadap krisis keegoisan. Moreau bisa menebak bahwa Abihirt masih cukup kecil untuk menerima kenyataan bahwa Barbara telah merenggut kebahagiaan, yang seharusnya pria itu rasakan. Ironi. Ini bukan lagi tentang masa lalu. Mereka di sini. Menghadapi situasi baik dan buruk secara bersamaan.“Bagaimana kabarmu?”Suara serak dan dalam Abihirt memulai pertama kali. Moreau tak bisa menyangkal bahwa dia sangat merindukan pria ini; begitu dekat di hadapannya, tetapi juga