Cukup sulit menjabarkan apa yang Moreau rasakan. Dia muak, tetapi protes besar semacam suatu tindakan tertahan di ujung tenggorokan.
Sudahlah. Lebih baik dia mengambil keputusan bagus untuk kewarasan, walau itu bukan suatu keadilan. “Terserah. Kau tahu ... aku tidak peduli. Satu – satunya hal yang ingin kulakukan adalah pergi sejauh – jauhnya dari hadapanmu.” Urusannya di sini sudah selesai. Moreau segera beranjak bangun. Nyaris melangkahkan kaki pergi. Namun, suara serak dan dalam Abihirt sanggup menghentikan setiap tindakan yang akan dia lakukan. “Aku akan melakukan transfusi darah hari ini. Kau pernah bilang ingin melihat langsung. Kita bisa pergi sekarang jika kau mau.” Apa ungkapan tersebut merupakan bagian dari rayuan Abihirt supaya bisa menahannya di samping pria itu? Moreau menggeleng samar. Tidak. Apa pun keinginan mantan suami Barbara ... itu tidak akan pernah mengubah situasi di antara mereka. “Aku sudah tidak tertarik terhadap apa pu“Moreau, buka pintunya. Kau tidak bisa percaya kata – katanya begitu saja. Dia bohong. Kami tidak pernah memiliki hubungan apa pun.”Ketukan pintu yang keras sebenarnya menjadi masalah besar. Moreau tidak pernah berharap Abihirt masih di sana, berusaha membujuknya, sementara dia harus pergi bekerja. Mantan suami Barbara jelas akan melakukan sesuatu ketika pintu dibuka; berusaha menjelaskan pelbagai macam hal yang Moreau sendiri tidak berusaha mendengar lebih banyak. Dia lelah. Juga takut bahwa apa pun tindakan Abihirt di luar akan memberi dampak kepada anak – anak.Lore dan Arias sedang meletakkan wajah di pangkuannya. Moreau yakin ke mana perhatian anak – anak. Dia harus mati – matian mengendalikan diri supaya tidak menangis di hadapan mereka. Sangat berharap bahwa akhirnya suara Abihirt akan segera hilang terendam.Sayup, nyaris tidak ada apa pun lagi. Untuk beberapa saat Moreau menunggu. Sedikit memulai hitungan dan sekarang cuku
Moreau menggeleng samar. Ini merupakan petunjuk di mana Abihirt memulai hubungan mereka dengan kebohongan. Meminta kesempatan kedua, tetapi yang pria itu lakukan justru kembali membuatnya menjadi orang ketiga. Tidakkah Abihirt berpikir bahwa dia tidak pernah menginginkan hal ini lagi? Tidak pernah ingin menjadi duri bagi siapa pun di sekitar mereka? Mengapa masih tega melibatkannya ke dalam urusan yang begitu ingin dihindari? Moreau yakin Abihirt mengerti bagaimana caranya menatap, sehingga pria itu segera berkata, “Dengarkan aku, Moreau. Ini tidak seperti yang kau—“ “Tutup mulut sialanmu dan pergi dari sini!” Moreau tidak ingin mendengar apa pun; juga tidak berusaha menatap ekspresi wajah Menesis. Dia segera melangkah pergi. Untuk saat ini, rumah adalah persembunyian terbaik. Hanya saja, sesuatu dalam dirinya tidak memperhitungkan saat di mana ... anak – anak berlarian—diliputi satu tujuan instan sekadar menemui Abihirt. Hampir. Moreau segera bersimpuh dan menan
“Kau akan berangkat sekarang?”Tubuh Moreau tersentak ketika suara serak dan dalam Abihirt seperti merangkak secara perlahan di balik bahunya. Pria itu tidak salah. Hanya kebetulan dia terlalu fokus memeriksa beberapa barang bawaan dengan posisi tas jinjing yang diletakkan di bangku kemudi; hal ini sering kali dilakukan saat memanaskan mobil.“Apa yang kau lakukan di sini?”Alih – alih menjawab Abihirt. Moreau malah mengajukan pertanyaan. Segera berbalik badan sekadar menghadap pria yang saat ini—menjulang tinggi di hadapannya.“Sudah kubilang, aku akan kembali untuk menemuimu dan anak – anak.”Tidak tahu mengapa ... rasanya cukup canggung setelah mereka berhubungan badan semalam. Moreau mengerjap. Tidak ingin terbawa oleh arus, yang terus mengingatkannya pada setiap detil peristiwa di antara mereka.“Kami tidak butuh kau temui setiap saat,” ucapnya serius. Biarkan Abihirt akan membuat pe
Takut menyampaikan hal – hal buruk lainnya. Menesis memutuskan untuk menunduk. Pelbagai desakan hebat menuntut supaya dia bisa memikirkan bentuk penghindaran yang tepat. Abihirt luar biasa mengerikan dengan sikap seperti ini. Dia tidak pernah berharap bahwa tiba – tiba pria itu akan kembali mengambil tindakan mencekik. “Aku—aku hanya ....” “Aku mengingatkanmu untuk tidak melakukan apa pun. Jangan melibatkan anak – anakku ke dalam urusan gilamu, apalagi sampai melakukan sesuatu yang buruk kepada ibu mereka. Kau mengerti?” Belum selesai. Menesis harus mendengar pembelaan panjang dari mulut Abihirt. Dia berharap bisa menjadi Moreau. Maka, seharusnya bisa merasakan seperti apa mendapati pria itu akan melakukan segala sesuatu demi membelanya di belakang. “Aku hanya ingin kau menjadi milikku. Tidak lebih,” ucap Menesis setelah mengumpulkan usaha penuh tekad. “Dengan mencelakai orang lain?” Sebaliknya, Abihirt kembali membuat dia terp
“Jangan berpura – pura bodoh. Kita semua tahu kau pergi ke klub semalam.” Mendadak, lidah Menesis menjadi keluh. Dia menatap Abihirt tak percaya. Berharap bisa melakukan sesuatu dengan cepat, tetapi Abihirt segera meneruskan, “Tidak perlu menyangkal. Bukti cctv menunjukkan kau keluar dari ruang VIP dan tidak lama setelah itu Moreau menyusul dengan seseorang mengejarnya di belakang.”Apa yang bisa Menesis katakan sekarang? Dia tahu Abihirt tak bodoh. Sebaliknya, mengandalkan bukti rekaman di klub untuk membuat dia tergugup. Nyaris tidak bisa memikirkan prospek terbaik sekadar menghindari pelbagai masalah serius. Pria itu sudah pernah memberinya peringatan. Apakah ini akan menjadi akhir dari kebebasan yang mungkin dia miliki? “Aku—aku, aku kalap, Abi!” ucap Menesis setengah terbata, tetapi dia telah mengumpulkan keberanian penuh tekad untuk meninggikan suara di hadapan Abihirt. Reaksi tenang membuat sesuatu dalam diri Menesis seakan tergantung tanpa alasan. Masih
“Tidak becus!”“Aku hanya memberimu satu pekerjaan mudah, dan kau malah membiarkan pelacur itu lolos begitu saja?”Kemarahan Menesis meledak luar biasa hebat ketika informasi tidak menyenangkan itu sampai di telinganya. Sorot mata di sana memancarkan bara yang menyala – nyala. Dia merasa sangat ingin melampiaskan sesuatu dengan apa pun; supaya tidak mengingat setiap detil kegagalan adalah hal memalukan.Tigo.Pria yang seharusnya menyelesaikan semua tindakan kotor untuknya, malah muncul diliputi penampilan nyaris tak tergambarkan. Wajah penuh dengan lebam dan bagian paling menyedihkan ketika Tigo hampir tak bisa melangkah dengan tegap. Sesekali pula, dia harus mendapati bagaimana pria itu meringis kesakitan.Menesis menarik napas dalam – dalam. Menunggu saat di mana Tigo akan mengatakan sesuatu sebagai alasan paling masuk akal. Informasi dari Regina cukup menyirami separuh pengetahuan yang dia miliki; tentang pria kaya; ma