Share

Seseorang Tidak Asing

"Duaa ratus lima, dua ratus enam...Tu..juhh" Ratih berjalan mencari kamar 207.

Langkahnya kemudian terhenti setelah mendapatkan angka 207.

Tidak perlu menunggu lama Ratih langsung mengetuk pintu.

Lama Ratih terdiam menunggu jawaban dari ketukannya tetapi tidak ada seorang pun yang membuka pintu.

Usaha tidak akan akan mengkhianati hasil inilah kata pepatah yang banyak juga benarnya. Ratih mengetuk pintu berulang kali hingga seseorang membuka pintu.

Ratih mulai tidak tenang saat gagang pintu kamar mulai diputar dan pertanyaan tentang suaminya yang sebenarnya akan segera terungkap saat ini juga.

Dari tangan yang mulai terlihat meraih sudut pintu dapat ditekankan bahwa dia seorang pria. Apa benar itu suaminya Ratih? Pertanyaan bagaikan gelombang yang benar-benar menyatu membuat Ratih semakin cemas.

Tidak lama akhirnya keluar seorang pria tegap dengan wajahnya menakutkan. Matanya memicing tajam tampak rasa tidak nyaman menatap Ratih.

Ratih yang merasa situasinya tidak aman langsung meminta maaf dengan sopan. Meskipun pria itu tidak menunjukkan sikap ramah pada akhirnya dia hanya melambaikan tangan dan menyuruh Ratih pergi.

Ada rasa tenang saat ini. Ratih tidak khawatir lagi tentang suaminya. Bisa saja pria itulah yang biasa resepsionis temui berkunjung ke kamar 207 tersebut.

Di perjalanan kembali ke kamarnya. Ratih secara tidak sengaja melihat seseorang yang tidak asing baginya. Dia sangat mirip dengan orang yang dia kenal.

Ratih berusaha mengejar tetapi sayangnya pintu lift sudah tertutup. Dia sangat yakin seseorang yang dia lihat tadi adalah Azalea. Sahabat baiknya dulu bersama Naila.

Meskipun begitu dia juga tidak ingin memaksakan kehendak mungkin saja mirip atau apa. Ratih melanjutkan langkahnya dan kembali rebahan.

Agus menarik nafas pelan. Rasanya pengap sekali. Hampir saja Ratih melihat dia di kamar yang sama dengan perempuan lain. Ternyata sebelum Ratih sampai ke kamarnya.

Resepsionis dibawah sudah lebih dulu menelpon Agus untuk memberitahukan keberadaan Ratih. Untungnya Agus cepat tanggap dan menyewa orang lain menempati kamarnya. Nyatanya laki-laki yang Ratih temui tadi hanyalah staf hotel Athena yang Agus bayar.

Agus bersama selingkuhannya langsung bergerak cepat dan pindah hotel. Agus tidak akan ingin menyia-nyiakan ketidak beradaan Ratih dengan tidak melakukan apapun di luar.

Kini Ratih masih penasaran dengan mobil dan keberadaan suaminya. Tetapi Ratih juga cukup ragu. Jangan sampai kecurigaan membuat dia gelap mata dan hanya menunjukkan sisi sensitif yang berlebihan.

Esok hari Naila mengantar Ratih untuk pulang setelah menanyakan perasaan Ratih. Naila juga punya pekerjaan yang harus dia urus lagi hari ini.

Sesampainya dirumah karena hari Minggu Tasya dan Arman sedang bermain di halaman dengan neneknya. Mama Agus yang melihat kedatangan Ratih hanya menatap sinis tanpa sambutan apapun.

Naila melambaikan tangan dan berlalu pergi. Ratih kemudian menyapa kedua anaknya yang senang melihat kedatangan Ratih. Padahal kemarin Tasya enggan bicara dengan ibunya tersebut.

Ratih membawakan mereka berdua ice cream jumbo yang sangat jarang Ratih izinkan mereka berdua untuk memakannya. Tetapi kali ini dia membawakan itu untuk kedua anaknya. Mereka pun sangat bahagia dan mengikuti langkah Ratih.

Mama Agus mereka tinggal begitu saja di halaman tanpa mengucapakan sepatah katapun. Ratih juga masih kesal dengan sikap adu domba mertuanya tersebut. Ratih merasa tidak nyaman jika harus setiap hari diatur oleh mertuanya tersebut.

Sembari kedua anaknya makan dengan bahagia dan cerita. Ratih mulai menanyakan kepada mereka.

"Tadi malam saat Mama keluar, ayah kalian ada keluar juga gak? " Ratih bertanya dengan melihat eksperesi kedua anaknya secara bergantian.

Arman hanya menggelengkan kepala pelan sedangkan Tasya diam sebentar kemudian menatap Ratih tenang. "Aku ada liat Ayah pergi semalam setelah telponan sama orang tapi ga tau siapa Ma. " Jawab Tasya menatap Mamanya.

Ratih hanya diam dan meminta anaknya untuk makan ice cream nya dengan tenang karena dia akan bersih-bersih dan menyiapkan makan siang. Selepas Ratih bergegas ke kamarnya.

Tasya kembali teringat dengan suara di balik telepon Ayahnya yang dia dengar adalah suara perempuan dan memanggil Ayahnya dengan lembut dan juga menjijikkan bagi Tasya.

Kemarin malam dia melihat langsung Ayahnya pergi dengan terburu-buru tetapi juga dia bersiul bahagia. Meskipun begitu Tasya tidak ingin memperkeruh suasana hati Mamanya yang baru pulang.

Ratih memasuki kamarnya melihat sekeliling dan merawan linglung. Semua hal yang terjadi bisa jadi karena fikirannya sendiri. Bukan dari siapapun atau apapun.

Menuduh Suaminya selingkuh bukanlah fikiran yang bersih. Mengingat mereka sudah sekian lama bersama. Pun Agus selalu setia dengan dirinya selama ini. Agus sudah bekerja keras demi dia dan juga keluarganya.

Ratih kemudian memilih segera mandi. Selesai mandi dia terkejut dengan tangan kekar yang mendekap tubuhnya dari belakang. Aromo tubuh yang khas membuat hidungnya menjadi sensitif dan segera bersin.

"Alergi kok sama suami sendiri. " Agus terkekeh melihat istrinya tersebut.

Bukannya melepaskan dekapannya dia malah terus menjahili Ratih. Keduanya bercanda seperti orang baru pacaran saja.

Mereka tertawa bersama. Tetapi tidak berlangsung lama karena Mama Agus yang segera memanggil anaknya tersebut. Agus yang saat ini masih memeluk erat tubuh Ratih masih enggan melepas tetapi Ratih memintanya segera menemui ibunya.

Agus pun keluar kamar dengan menekuk mukanya cemberut. Dia begitu menggemaskan bagi Ratih dan berhasil membuat Ratih tersenyum kecil melihat tingkah suaminya tersebut.

Mama Agus meminta uang kepadanya. Dia ingin memberikannya kepada Ferdinan adik Agus untuk membeli rumah karena dia sebentar lagi akan menikah. Pun dia juga minta di bantu untuk mahar dan pestanya.

Agus duduk terdiam. Mengingat keuangan dirinya yang saat ini tidak baik-baik saja. Sedangkan untuk membeli rumah butuh dana yang tidaklah sedikit. Belum lagi acara pernikahan juga menghabiskan banyak uang.

"Aku gabisa janji Ma. " Jawab Agus menatap ibunya dengan hangat.

"Kamu di larang yaa sama istrimu. " Bentak ibunya kasar.

Agus hanya bisa menjelaskan pelan-pelan bahwa dia tidak punya banyak uang. Sedangkan biaya sekolah anak-anaknya juga cukup mahal. Dia saat ini juga sedang berusaha menabung untuk usaha baru tetapi jika digunakan untuk Ferdinan dia tidak bisa mencapai apapun.

Mama Agus tampak kecewa dia tidak terima dengan penolakan dari anak sulungnya tersebut. Meskipun begitu dia tidak habis cara dia akan mendapatkan uang dengan cara apapun.

Ratih yang tidak tahu apapun malah kena umpat dan luapan amarah dari mertuanya. Dia juga merendahkan Ratih sebagai Ibu rumah tangga yang tidak berguna dan tidak punya keterampilan apapun. Dimatanya Ratih adalah kegagalan yang pernah dia hargai sebagai berlian.

Mama Agus yang masih marah berlalu di hadapan Ratih dan kembali ke kamarnya. Dia langsung menghubungi seseorang dan mengatur temu hari itu juga dengan alasan mendesak.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status