Share

Healing Berujung Stress

Naila datang sesuai perkataannya. Kedatangan Naila bersamaan dengan kedatangan Agus. Mereka saling sapa dan tidak ada jarak sama sekali. Mereka berdua sangat akrab dan juga Agus mempersilahkan Naila untuk masuk.

Di ruang tamu sudah ada Mama Agus dan kedua anaknya. Mama Agus mengaku dia menjaga kedua anaknya karena Ratih yang marah-marah tidak jelas kepada Tasya juga dirinya.

Dia bahkan membandingkan Ratih dengan Naila sahabatnya yang merupakan wanita karir. Dia punya jalan hidup yang panjang dengan karir cemerlang. Pun Naila bisa merawat diri meskipun kerjaannya di luar.

Mama Agus terus saja mengulang kata yang sama. Membuat Naila menjadi segan dan hanya membalas dengan senyuman enggan. Dia tahu betul Mertua sahabatnya tersebut selalu begitu kepada perempuan yang datang bertamu kerumah Ratih.

Naila semakin merasa segan karena Agus yang tiba-tiba menatap kearahnya. Tatapan yang begitu dalam dan membuat Naila merinding saja. Apalagi dia sampai saat ini belum pernah di tatap sehangat itu oleh seorang pria.

Meski begitu Naila buru-buru menyadarkan dirinya sendiri. Dia sadar betul bahwa apa yang menjadi milik orang lain bukan sesuatu yang halal untuk di rebut.

Tidak lama dari itu Ratih akhirnya turun dengan membawa kopernya.

Semua orang di Ruang tamu menatap ke arah Ratih bersamaan. Tasya yang awalnya tidak ingin melihat Mamanya sekarang malah terlihat raut wajahnya cemas.

"Mama mau kemana? " Arman menatap polos kearah Mamanya.

Ratih langsung meletakkan kopernya di samping Naila dan mendekati Arman anak bungsunya.

"Sayang, Mama lagi ada kerjaan di luar. Arman disini dulu ya sama Nenek dan Papa. "

"Nanti kalau Mama pulang, Mama bawakan mainan yang banyak banget. " Ratih membujuk anaknya tersebut dengan kata-kata manis membuat Arman luluh dan tidak lagi menunjukkan raut wajah penolakan.

Sedangkan Tasya yang gengsi meskipun khawatir tetap saja enggan dan menahan diri. Di lain sisi Mertuanya malah marah-marah dan mengutuk Ratih tidak tau diri. Banyak kata-kata ujaran kebencian yang berhasil membuat Ratih semakin muak.

Agus hanya diam. Meskipun Mamanya mendesak dia untuk bicara. Tetapi tingkahnya menyiratkan izin untuk istrinya mengistirahatkan diri. Agus tahu betul jika Ratih sedang stress dia hanya perlu istirahat sejenak dan pergi bersama Naila dan sabahat satunya lagi.

Bertahun-tahun kebiasaan Ratih seperti itu hingga Agus sudah paham semuanya. Jadi dia dengan tenang memberikan ruang bagi istrinya untuk menghabiskan waktunya bersama Naila.

Ratih dan Naila pun menuju ke Hotel Athena untuk staycation bersama Naila. Mereka menghabiskan waktu dengan spa dan perawatan diri. Tidak lupa juga untuk Quality Time.

"Rat, kamu sebaiknya belajar makeup deh. "

"Atau seenggaknya beli skincare. Kamu ga usah mikir harga segala macam. Semuanya aku yang beliin."

"Gak ah Nai, aku gini aja udah. Malu pake make up segala orang cuman dirumah saja. "

Naila terdiam lama dan menatap Ratih dengan lekat. Dia tahu benar bahwa Ratih enggan memakai apapun. Tetapi jika di perhatikan seksama kulit Ratih mulai terlihat kusam dan juga mulai terlihat beberapa kerutan.

Lama Naila mempertimbangkan kata yang tepat tetapi tetap saja di tolak oleh Ratih. Dia merasa seperti ini saja cukup baginya. Dia tidak ingin suaminya menghabiskan uangnya untuk kebutuhan pribadi Ratih. Dia ingin Mas Agus menabung saja. Terlebih gaji Suaminya juga sudah 2 tahun belakang terus mendapatkan pemotongan.

Keuangan mereka sedang tidak stabil sebenarnya. Mengetahui semua alasan Ratih. Naila hanya bisa mendukung apapun keputusan Ratih. Dia tidak ingin saran dari dirinya malah melukai harga diri Ratih.

Mereka menghabiskan waktu bersama bertukar cerita juga nostalgia. Sampai mereka membahas tentang Azalea. Teman mereka yang akhirnya pergi kuliah ke luar negeri. Semuanya tidak sesederhana itu. Tetapi Ratih tidak ingin melanjutkan pembahasan tersebut dan menyudahi semuanya.

Mereka pun memilih ke restoran untuk makan malam. Disana banyak pria yang menatap kearah Naila. Bahkan ada yang meminta waiters untuk menyampaikan pesan kepada Naila. Ratih hanya sibuk makan membiarkan kepopuleran Naila sebagai lauk hidangan makan malam mereka.

Tidak lama ada seorang pria yang berani menghampiri rasa penasarannya ke meja mereka. Pria tersebut memperkenalkan diri bernama Kevin. Dia berbasa-basi sebentar. Dia merupakan seorang pengusaha yang bergerak di bidang properti dan ekspor impor emas.

Pria tersebut hanya di ladeni oleh Naila, aku tidak ikut campur dan hanya diam saja. Padahal aku kagum dengan semua pencapaian pria di hadapanku ini. Dia masih muda tetapi sudah mempunyai banyak pencapaian.

Aku teringat dengan hidupku. Andaikan dulu hasil kerja kerasku aku gunakan untuk berbisnis dan tidak mengutamakan cinta mungkin saja aku bisa semapan pria d ihadapanku ini. Nasi sudah menjadi bubur aku tidak mungkin mengkhianati ketulusanku pada Mas Agus dengan penyesalan.

Pria yang tadi memperkenalkan diri sebagai Kevin mengeluarkan kartu nama dan menyodorkannya kearahku. Membuat mataku dan Naila saling beradu tatap.

"Aku mau ngajak kamu makan malam, kalau ada waktu hubungi aku yaa. " Kevin kemudian permisi dan beranjak dari kursinya. Meninggalkan kalimat tanya kepada mereka berdua.

"Itu tadi apa-apaan. " Ratih melirik ke punggung pria yang berlalu di keramaian.

"Cieee, di ajak makan malam. Mana ganteng lagi, unch.. " Naila terus saja membuat Ratih enggan menanggapi celotehan sahabatnya tersebut. Entah apa yang Kevin lihat dari dirinya. Padahal di sampingnya ada Naila yang jauh lebih cantik dan muda darinya.

Agus memastikan anak-anak dan ibunya tidur. Dia keluar perlahan dari rumah dan melajukan mobilnya pergi. Kali ini dia menuju hotel Athena. Sepanjang koridor dia terus memainkan ponselnya. Hingga tidak sadar sampai di depan kamar yang dia tuju 207.

Ratih yang merasa bersalah mulai mengirimkan pesan kepada Agus juga mengirimkan pesan permintaan maaf kepada suaminya.

Langsung saja kehadirannya disambut seorang perempuan yang ternyata beda lagi dengan perempuan yang akhir-akhir ini dia temui. Mereka menghabiskan waktu semalaman.

Malam yang begitu tenang dan menggairahkan berhasil membuat Agus menjadi sempurna dengan kebahagiaan malam itu.

Ratih tidak bisa tidur, dia terus memikirkan suaminya. Diapun membuka jendela kamarnya dan membiarkan udara malam menyapu wajahnya. Dia melihat malam yang tidak sepi masih ada orang-orang yang berlalu lalang.

Ratih langsung melihat mobil yang tidak asing, mobil suaminya. Dia yang penasaran memilih untuk turun dan memastikan mobil tersebut. Naila sudah tertidur pulas jadi Ratih pergi sendiri mengeceknya.

Benar saja mobil tersebut milik suaminya. Karena penasaran untuk apa suaminya datang ke hotel Athena. Dia langsung menuju resepsionis untuk bertanya. Sayangnya semua data costumer adalah privasi. Meski begitu Ratih tidak kehilangan akal. Dia memberikan uang kepada resepsionis tersebut dan mengisyaratkan kode mata.

Ratih berhasil mendapatkan data nomor kamar yang biasa suaminya datangi. Bahkan ini bukan pertama kalinya. Dan ada perempuan di kamar tersebut yang suaminya kunjungi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status