Keluarga Ratih kembali menjadi keluarga harmonis dambaan banyak orang. Tetapi tidak dengan Ratih. Dia kembali menemukan gelagat aneh suaminya.Mungkin benar, bahwa akan sangat sulit mengubah sifat orang lain. Apalagi itu tentang perselingkuhan. Begitu besar effect yang tertanam di hati seseorang.Semua dugaan Ratih ternyata di perkuat, saat Ratih pergi berbelanja di supermarket. Secara tidak sengaja Ratih melihat suaminya bersama seorang wanita.Namun Ratih tidak melihat wajahnya dan mereka pergi bersama dengan posisi tangan Agus merangkul pinggang wanita itu.Sepulangnya Agus kerumah, hari itu juga Ratih langsung memarahi suaminya dengan penuh emosi. Agus yang diam membuat Ratih semakin marah dan yakin suaminya sudah berselingkuh darinya lagi.Ratih pun langsung membawa Arman pergi, dia pergi ke rumah Naila untuk menghindari suaminya. Naila juga cukup senang dengan kehadiran Ratih karena suaminya yang sedang tugas di luar kota.Jadi semenjak menikah, Naila berhenti bekerja. Dia hanya
Arman yang panik langsung mencari ibunya kemana-mana juga meminta bantuan pada petugas rumah sakit. Hanya saja lama mereka mencari tidak juga kunjung di temukan.Saat di cek pada kamera CCTV ada dua orang pria misterius yang membawa Ratih pergi. Arman langsung menghubungi Ayahnya untuk meminta bantuan.Tidak lama Agus pun datang yang bersamaan dengan kedatangan Kevin juga saat itu.Agus yang penuh tanya melihat keberadaan Kevin pun berekspresi tidak nyaman yang segera dipahami oleh Kevin dan menjelaskan bahwa dia adalah sahabat baik Ratih."Entah sejak kapan istriku punya banyak pria di sisinya. " Sindir Agus dengan senyum liciknya.Mendengar itu Kevin pun membela dengan bilang "harusnya Ratih yang mengatakan hal tersebut pada Agus.. " Lalu berlalu pergi mendekati Arman yang duduk sendirian.Polisi juga sudah datang dan segera membantu mencari keberadaan Ratih. Meskipun begitu tiga hari berlalu begitu cepat tidak ada juga perkembangan apapun keberadaan Ratih.****Di rumah Naila, ada
Ratih menyayat pergelangan tangannya sendiri, terasa perih namun dia merasa lebih baik. Trauma dan sesak memaksa dia untuk menumpahkan semuanya dengan air mata dan darah. Ada rasa kebencian mendalam dan luka yang membungkamnya. Air matanya bahkan mengering sempurna, sedangkan tangannya kini yang berlumuran dengan cairan merah yang lukanya tak lagi berhenti membuatnya menggertakkan giginya.Seseorang yang melukai diri sendiri untuk memperoleh ketenangan, sungguh sedang dalam kondisi mental yang sangat menyedihkan. Mereka tidak punya pelarian lain selain melukai diri sendiri, kebiasaan ini di kenal sebagai self harm sebuah gejala kejiwaan yang jika tidak segera di tangani akan mengancam jiwa penderitanya.Seseorang dengan penyakit mental tidak boleh di sepelekan, karena lebih mematikan di bandingkan dengan luka fisik yang bisa sembuh dan pulih. Apalagi jika penyakit mental terjadi tanpa ada siapapun menjadi support system. Inilah penyebab banyak orang yang bunuh diri karena depresi dan
Ratih menerima Brownies dari suaminya dengan tetap tenang dia juga merias wajahnya senatural mungkin untuk menyambut suaminya. "Tumben Mas Agus beliin brownies segala? " Tanya Ratih sembari memotongnya untuk kedua anaknya yang sudah bersemangat. "Loh kok nanya gitu sayang? " Jawab Agus mengernyitkan dahi. "Yaah ga tau Mas, cuman feeling aku ga enak aja. " Tambah Ratih terkekeh. Agus yang menyadari perubahan mood Ratih langsung menghampirinya. "Sayang, jangan mikir aneh-aneh yaa. Mas cuman pengen nyenangin istri dan anak-anakku tersayang. " Ratih hanya diam, dan Agus mengecup kening Ratih lalu bergegas untuk mandi. Di dalam kamar, Agus merebahkan tubuhnya ke kasur. Dia tidak langsung mandi tetapi malah membuka ponselnya dan tersenyum sipu menatap layarnya. Agus segera membalas pesan yang dia terima tadi dengan emoji hati berwarna merah. Dia beberapa kali juga melihat foto yang dia ambil bersama seseorang yang dia berikan Mawar. Saking asyiknya dengan apa yang dia lakukan. Tanp
Panas terik dan pemandangan yang mengejutkan membuat Ratih merasakan kepalanya seperti ingin meledak begitu saja. Dia begitu kaget melihat semuanya. Bagaimana tidak suaminya sendiri sedang menggandeng perempuan lain dengan mesra. Suami Agus bahkan terlihat sangat akrab dengan perempuan tersebut sampai membawakan tasnya. Ratih yang termakan emosi langsung menghampiri Agus dan perempuan tersebut tanpa melihat tampilannya yang kucel dan begitu tidak menarik. Dia bahkan mengabaikan apapun. Ratih memasuki Cafe tempat Agus dan perempuan tadi. Dia tanpa basa basi langsung menghampiri mereka berdua yang sedang seru-serunya mengobrol dengan nyaman. "Tega ya Mas Agus begini di belakang aku! " "Tega Masss.. " Ratih melotot di belakang punggung Agus. Semua sorot mata tertuju kepadanya. "Apa-apan kamu Ratih! " Agus begitu marah dan beranjak dari duduknya. Perempuan di hadapan Agus terlihat tenang dan sibuk memakan nasi gorengnya. Agus yang ikut tersulut emosi langsung melayangkan tanganny
Naila datang sesuai perkataannya. Kedatangan Naila bersamaan dengan kedatangan Agus. Mereka saling sapa dan tidak ada jarak sama sekali. Mereka berdua sangat akrab dan juga Agus mempersilahkan Naila untuk masuk. Di ruang tamu sudah ada Mama Agus dan kedua anaknya. Mama Agus mengaku dia menjaga kedua anaknya karena Ratih yang marah-marah tidak jelas kepada Tasya juga dirinya. Dia bahkan membandingkan Ratih dengan Naila sahabatnya yang merupakan wanita karir. Dia punya jalan hidup yang panjang dengan karir cemerlang. Pun Naila bisa merawat diri meskipun kerjaannya di luar. Mama Agus terus saja mengulang kata yang sama. Membuat Naila menjadi segan dan hanya membalas dengan senyuman enggan. Dia tahu betul Mertua sahabatnya tersebut selalu begitu kepada perempuan yang datang bertamu kerumah Ratih. Naila semakin merasa segan karena Agus yang tiba-tiba menatap kearahnya. Tatapan yang begitu dalam dan membuat Naila merinding saja. Apalagi dia sampai saat ini belum pernah di tatap sehangat
"Duaa ratus lima, dua ratus enam...Tu..juhh" Ratih berjalan mencari kamar 207. Langkahnya kemudian terhenti setelah mendapatkan angka 207. Tidak perlu menunggu lama Ratih langsung mengetuk pintu. Lama Ratih terdiam menunggu jawaban dari ketukannya tetapi tidak ada seorang pun yang membuka pintu. Usaha tidak akan akan mengkhianati hasil inilah kata pepatah yang banyak juga benarnya. Ratih mengetuk pintu berulang kali hingga seseorang membuka pintu. Ratih mulai tidak tenang saat gagang pintu kamar mulai diputar dan pertanyaan tentang suaminya yang sebenarnya akan segera terungkap saat ini juga. Dari tangan yang mulai terlihat meraih sudut pintu dapat ditekankan bahwa dia seorang pria. Apa benar itu suaminya Ratih? Pertanyaan bagaikan gelombang yang benar-benar menyatu membuat Ratih semakin cemas. Tidak lama akhirnya keluar seorang pria tegap dengan wajahnya menakutkan. Matanya memicing tajam tampak rasa tidak nyaman menatap Ratih. Ratih yang merasa situasinya tidak aman langsung
Ibu mertua Ratih menatap lurus kedepan. Meja di hadapannya masih kosong. Seseorang yang dia tunggu belum juga datang. Tidak lama seorang perempuan dengan penampilan sangat mencolok berdiri di hadapannya. "Maaf Tante aku telat karena ada meeting tadi. " ucapnya sembari tersenyum menampakkan gigi gingsulnya. Mertua Ratih langsung berdiri dan menyambut hangat kedatangannya."gak kok, Tante juga baru saja datang. " ucapnya dengan senyum sumbringah. Mereka lalu duduk berhadapan dengan perasaan yang tidak bisa di jelaskan satu sama lain. Sudah cukup lama mereka berdua tidak pernah bertemu hanya lewat telepon ataupun pesan singkat. Perempuan itu begitu cantik dialah Azalea. Sahabat baik Ratih yang mengaku pergi ke luar negeri ternyata sudah satu tahun belakangan sudah ada di Indonesia dan mengembangkan karirnya di bidang fashion dan make up. Dia bahkan tidak punya alasan khusus untuk tidak menemui sahabat baiknya. Hanya enggan dan seolah menyembunyikan tabiat buruk di belakangnya. Sekar