Share

BAB 8 | Complicated

Alexa mengusap air matanya kemudian menatap bangunan bergaya klasik victorian yang menjadi tempat tinggal paling nyaman di hidupnya. Ia melangkah masuk untuk mematikan seluruh lampu di setiap ruangan, mematikan tungku perapian juga, entah sampai kapan rumah ini akan merasakan dingin.

Setelah itu, Alexa pergi menuju toko roti yang jaraknya tidak jauh dari rumah. Tulisan Smith's Bakery yang tertera di jendela bangunan dilihatnya sekilas sebelum memasuki toko roti. Alexa mendekati lemari kayu yang berada di pojok ruangan lalu membukanya. Masih ada beberapa syal yang terlipat rapi di dalam lemari, Alexa mengambilnya satu. Air matanya kembali luruh, bukan karena perihal Alan melainkan rasa rindunya pada sang mama. Ia telah ditinggalkan oleh Xania untuk selamanya, kabar duka itu datang saat Alexa tengah berkunjung ke kota lain untuk menjenguk omanya. Setelah kematian Xania, satu bulan kemudian omanya juga menyusul.

Alexa tersenyum getir, pada akhirnya ia hanya dapat bergantung pada dirinya sendiri. Bahunya bergetar, ia menangis terisak. Selama ini Alexa sanggup menahan semuanya karena ada sosok Alan sebagai penghambat kesedihannya. Tanpa ia sadari tangannya terkepal kuat, Alexa bergegas pergi. Ia harus menemui keluarga Edwards karena dirinya memiliki dugaan besar kalau merekalah yang telah menuntut papanya.

Mobil Alexa diberhentikan di depan gerbang mansion keluarga Edwards oleh salah satu dari dua penjaga yang Alexa lihat saat pertemuan keluarga kemarin.

“Ada keperluan apa Nona kemari?” tanya penjaga yang menghampiri mobilnya.

“Saya mau menemui keluarga Edwards,” jawab Alexa memberitahu maksud dari tujuannya.

“Apakah sudah memiliki janji sebelumnya?” tanyanya lagi.

Alexa menghembuskan napas kasar, “Beritahu Dave, kalau saya Alexa Smith datang untuk menemuinya,” ucap Alexa tegas, ia tidak ingin penjaga yang berdiri di dekat pintu mobilnya ini banyak bertanya.

“Baik, tunggu sebentar, Nona.”

Penjaga tadi terlihat berbicara dengan penjaga yang satunya. Salah satu dari mereka berkomunikasi menggunakan earpeace. Beberapa menit kemudian gerbang terbuka, kedua penjaga tersebut memberi kode pada Alexa kalau ia dipersilakan untuk masuk.

Alexa menghentikan mobilnya tepat di depan bangunan megah nan mewah yang baru saja ia kunjungi kemarin. Ia dapat melihat Dave yang berdiri di luar pintu masuk. Tatapannya terlihat marah dan kecewa.

“Mau apa kamu ke sini?” tanya Dave datar saat Alexa telah berhenti di hadapannya.

“Keluargamu yang telah menuntut papaku, kan?!” Alexa bertanya dengan nada tinggi tidak peduli kalau suaranya dapat menarik perhatian penjaga di sekitarnya. “Dave, papaku tidak membunuh orang tuamu.”

“Maksud kamu apa, Alexa?” tanya Dave.

“Maksudku? Ck, oma atau pamanmu pasti telah menuntut papaku! Aku tegaskan kalau papaku tidak bersalah dan akan aku buktikan!” kilatan matanya penuh tekad, Alexa yakin kalau Alan tidak bersalah dan ia akan membuktikan bagaimanapun caranya.

Dave menatap Alexa dengan tatapan yang sulit diartikan. Untuk beberapa saat tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Dave membuat Alexa geram. Saat Dave bersuara dan mengatakan sesuatu, mata Alexa membulat tidak percaya.

“Keluargaku tidak pernah menuntut papamu,” ungkap Dave. 

Bahu Alexa melemas, kalau bukan keluarga Dave lalu siapa? Otak Alexa bekerja lebih keras memikirkan seseorang yang memungkinkan sebagai penuntut papanya. Namun nihil, karena divideo itu sudah jelas kalau orang tua Dave yang menjadi korban. Keluarga Edwards-lah yang berpeluang besar untuk menuntut Alan.

“Tidak mungkin, itu pasti kalian, kan?!” Alexa mencengkeram lengan Dave kuat. Ia merasa frustrasi sekarang, papanya ditahan dan ia tidak tahu siapa orang yang melaporkannya.

“Alexa!” Kepalanya refleks menengok Martha yang baru memanggilnya.

Martha melangkah mendekati Alexa lalu melepaskan tangan Alexa yang mencengkeram lengan Dave secara paksa. Martha menatap Alexa sama seperti Dave menatapnya pertama kali untuk hari ini. Penuh amarah dan kecewa.

“Apa yang kamu lakukan? Kamu mau melukai Dave seperti papamu yang telah menghilangkan nyawa Dean dan Vega?!” bentak Martha. Sebuah perubahan drastis yang tidak pernah diduga sebelumnya. Martha yang terlihat hangat kemarin kini berubah dingin.

Alexa menggelengkan kepala lalu berkata, “Itu bukan papa, Oma. Alexa yakin.”

“Percuma, mau seyakin apa pun kamu, Alan tetap bersalah dan dia harus dihukum!” tegasnya.

“Oma yang telah menuntut papa?” tanya Alexa datar.

Martha menautkan alisnya samar. Ia mencerna maksud dari perkataan Alexa, “Jadi, papamu sudah dituntut?”

“Baguslah kalau begitu. Saya tidak tahu siapa yang menuntut, tapi saya sangat berterima kasih padanya,” ucap Martha melanjutkan kalimat yang tertunda.

Alexa bergeming, jadi Martha bukan yang menuntut papa dan Martha pun baru tahu hal ini. Apa yang harus ia lakukan jika sekarang saja ia tidak tahu siapa orang yang sebenarnya melaporkan Alan atas kejadian satu tahun lalu?

“Silakan pergi, sudah tidak ada yang perlu dibicarakan lagi,” Martha membalikkan badan untuk melangkah masuk.

Kedua tangannya terkepal, Alexa tidak bisa menahannya lagi. Maka dari itu, Alexa mengatakan sesuatu yang membuat Martha, Dave dan beberapa penjaga di sini terkejut. Alexa berucap dengan intonasi tinggi, “Keluarga kalian juga pembunuh!”

Matanya kembali berkaca-kaca dan sebisa mungkin Alexa menahannya agar tidak mengalir bebas di pipinya. Ia tidak boleh lemah karena saat ini keluarga satu-satunya yang ia miliki hanya sang papa. Tatapannya menatap tajam pada Martha yang kembali berbalik dan berdiri di hadapannya.

“Jaga ucapanmu!” Martha memperingati Alexa untuk tidak asal berucap.

“Mengapa? Kalian takut dihukum? Takut dituntut seperti papaku?” tanya Alexa tersenyum menyeramkan.

“Alexa, berhenti omong kosong, kamu mau menjatuhkan keluargaku?!” Dave bersuara tegas. Beberapa saat kemudian ia melanjutkan ucapannya, “Sudah sepantasnya yang bersalah itu dihukum!”

Alexa berdecak, “‘Sudah sepantasnya' kamu bilang, Dave? Tinggal papaku satu-satunya keluarga yang aku punya! Sekarang dia dituntut menjadi tersangka pembunuhan hanya karena video yang tidak jelas asal usulnya!”

Ia menghapus kasar air mata yang berhasil lolos dari pelupuk matanya. Perkataan Dave benar-benar menyakitinya. Jelas, ini bukan Dave yang Alexa kenal. Karena video yang tidak jelas asalnya dari mana membuat hidup Alexa menjadi pelik.

“Kalau memang sudah sepantasnya yang bersalah itu dihukum, seharusnya keluargamu juga, Dave! Karena orang tuamu telah membunuh mamaku!” Alexa sudah hilang kendali, sesuatu yang seharusnya ia sembunyikan kini ia beberkan.

Ucapannya barusan membuat Martha dan Dave terkejut. Mereka diam untuk beberapa saat. Sampai Martha yang pertama sadar dari keterkejutannya melontarkan perkataan yang membuat Alexa tertawa sumbang.

“Dean dan Vega tidak mungkin melakukan itu!” bentak Martha membantah persepsi Alexa.

“Mengapa Oma sangat yakin kalau mereka tidak membunuh mamaku, Xania?” tanya Alexa mengangkat sebelah alisnya.

“Karena saya mengenal Dean dan Vega, saya tahu mereka itu seperti apa,” tutur Martha penuh penekanan di setiap ucapannya.

“Ya! Itu yang Alexa rasakan sekarang. Hanya Alexa yang mengenal dan tahu seperti apa papa, hanya Alexa yang yakin kalau papa tidak bersalah dan tidak membunuh orang tua Dave. Lalu, Oma dengan mudahnya berkata kalau papa tetap bersalah dan harus dihukum?!” Alexa menggertakkan giginya.

Definisi manusia yang mudah berkata, namun sulit memahami kondisi lawannya. Martha tidak memahami perasaan Alexa karena Martha tidak mengalami apa yang tengah Alexa hadapi. Sekarang Martha sendiri merasakan seperti apa rasanya jika anaknya menjadi pembunuh, orang yang menurutnya paling dikenal.

“Dean dan Vega tidak mungkin melakukan hal itu. Kamu jangan asal bicara saat kamu sendiri tidak memiliki bukti yang menunjukkan kalau anak saya telah membunuh mamamu!” ujar Martha menahan amarahnya.

“Bukti? Apakah keluarga Edwards siap jika buktinya diserahkan ke pihak berwajib? Mungkin nasib kalian akan sama seperti papa.” Alexa membalas ucapan Martha. Ini hanya sebagai pelampiasan amarahnya pada keluarga Edwards karena sudah memandang Alan sebelah mata. Bukti? Bukti apa? Nyatanya Alexa tidak memiliki bukti apa pun selain ucapan Alan saat itu.

Martha menatap Alexa nyalang. Ia menyuruh beberapa penjaga untuk membawa Alexa pergi, “Bawa dia pergi dari sini!”

“Saya tidak akan pernah merestui hubungan Dave dengan kamu!” tegas Martha.

•To Be Continued•

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status