Share

Malasnya Bertemu Mantan

“Reina, maafkan saya,” ucap Pak Herman menghampiriku yang baru keluar dari sekolah.

Entah, mau apalagi dia menemuiku. Aku merasa tidak dengan kehadirannya. Apalagi beberapa kali dia mengutarakan keinginannya untuk menikah.

“Bapak tidak salah, tidak perlu meminta maaf.” Aku berjalan meninggalkannya.

Pria itu tetap kekeh berjalan mengikutiku.

“Saya antar pulang,” tawarnya.

“Maaf, Pak. Saya tidak ingin ada fitnah di antara kita karena saya masih berstatus istri orang. Sekali lagi maaf.” Aku menangkupkan kedua tangan di dada.

“Baiklah, tunggu sebentar.” Pria itu berlari menuju mobilnya, tak lama dia kembali menghampiri kami membawa sebuah kantong keresek yang berisi penuh. Dia mendekati putriku, berjongkok dan berbicara pada mereka. “Kalian mau es krim tidak?” tanyanya.

“Mau, Om, tapi ....” Nela memandangku. Begitu juga Pak Herman.

“Jangan takut, Om, teman mama kamu kok!” akunya pada anak-anak.

“Boleh enggak, Bunda?” tanya Neli memandangku.

Aku mengangguk mengiyakan.

“Hore ... makasih ya
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status