Share

Tangis Bahagia

Aku begitu terharu melihat kedekatan anak-anak dengan Pak Hasan. Pria itu berbeda sekali dengan Mas Randi, yang jarang sekali bermain, bercanda, ataupun memerhatikan anak-anak.

Dulu ketika pulang kerja, dia lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah dengan bermain HP. Segala urusan rumah dan anak-anak aku sendiri yang mengurus.

“Om, ayo mampir dulu,” ajak Neli.

“Terima kasih, Sayang. Nanti lain kali aja, Om mampirnya.

Nela dan Neli masuk ke dalam rumah. Aku pun membalikkan badan untuk menyusul mereka.

“Rei.” Pak Hasan memanggilku, seketika aku menoleh ke arahnya.

Pak Hasan berdiri menatapku. Entah mengapa seketika jantungku berdegup kencang setiap kali pria itu memandangku seperti itu. “Aku akan segera membicarakan hubungan kita dengan, Umi.”

Aku begitu terkejut dengan perkataannya. Seserius itukah dia terhadapku.

“Pak, tolong pertimbangkanlah dulu perkataan Bapak. Apa tidak terlalu cepat? Aku takut, Umi tidak menerimaku.”

“Aku yakin, Umi akan merestui hubungan kita,” ucap
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status