Tiiiiiiiiiiìinnn (suara klakson mobil).
Dan gara-gara tarikan keras dari Andreas membuat Lhea terjatuh dia terjatuh di atas badan Andreas. Lhea yang melihat jika dirinya di atas badan Andreas dia teringat masa kecilnya kala ada sebuah papan tulis yang berada di kamarnya terjatuh dan badannya tertindih oleh Andreas. Dia masih teringat jelas ucapan Andreas kala itu jika dirinya akan melindungi dirinya, ucapan yang teringat di memori otaknya membuat dia semakin kesal terhadap Andreas, dia langsung bangun dan memukul dada Andreas dengan kedua tangannya. Tanpa banyak bicara dia pun langsung pergi meninggalkan Andreas dengan kaki yang pincang karena terkilir, “Lhea.” ucap Andreas yang melihat Lhea pergi meninggalkan dirinya, dia melihat rambut Lhea Namun sayang Lhea tak menghiraukan itu dia melangkahkan kakinya menuju parkiran yang terdapat mobilnya, lalu Lhea langsung masuk ke dalam mobil. Saat di dalam mobil dia mengusap wajahnya dengan kasar, hidung dan matanya begitu memerah, Lhea langsung membuka ponselnya dan dia langsung menghubungi mamanya, namun sayang beberapa kali dia melakukan panggilan telepon nomor mamanya tidak tersambung. “Kemana mama.” ucapnya sambil dia merasa khawatir dengan keadaan mamanya, membuat Lhea yang berada di dalam mobil dia langsung meletakkan kepalanya di setir, “mama, mama kemana?” tanya kepada dirinya sendiri. Lhea meneteskan air matanya, dia menangis terisak-isak. “Kenapa jadi begini.” ucapnya yang menyesali keadaan yang begitu tak menyenangkan untuk dirinya. Lalu Lhea mengusap air matanya, dan dia langsung menancapkan gasnya untuk pergi dari tempat itu, dia mengemudikan mobil miliknya dengan kecepatan tinggi, dia melewati jalanan kota yang terdapat banyak pusat perkantoran tersebut, dia menempuh perjalanan sekitar 3 jam. Wanita tersebut menuju sebuah tempat di sebuah perdesaan, tempat yang begitu asri dengan kanan jalan terdapat sebuah pegunungan, dan kiri jalan terdapat sebuah sungai yang mrmiliki aliran air yang deras, Dan tak terasa dia sampai di sebuah rumah yang begitu besar dengan konsep klasik yang di padupadankan dengan furniture kayu yang memberikan sebuah sentuhan yang begitu hangat dan nyaman siapapun yang melihatnya. Lhea langsung masuk ke halaman rumah tersebut yang memiliki ukuran yang begitu luas, halaman tersebut terdapat banyak tanaman yang di rapi dan terawat. Dia langsung turun dari mobil. “Mama, maaaaa.” teriaknya, Lhea langsung masuk ke dalam rumah tersebut, rumah yang memiliki tatanan yang rapi dengan ornamen lama. Rumah yang memiliki banyak sejarah terukir di tempat tersebut. Lhea langsung menyusuri semua bagian rumah tersebut. “Mama, mamaaa dimanaaa.” lanjutnya yang berteriak mencari ibu yang dia sayangi. Lalu Lhea sampailah di halaman belakang rumah itu. Dia melihat sebuah kolam renang yang memiliki taman di sampingnya dan dia melihat ibunya yang tengah duduk sambil membaca sebuah buku. “Mamaaaaa.” teriak Lhea. Dan wanita tua namun penampilannya cantik namun begitu sangat sederhanan langsung terkejut mendengar suara Lhea, wanita tua yang bernama Lita itu langsung mengalihkan pandangannya dia melihat anaknya yang tengah berjalan sedikit berlari menghampiri dirinya. Ibu Lita langsung beranjak dari duduknya dan dia membuka kedua tangannya lebar-lebar. “Lheaaaa.” ujarnya. Dan mereka saling berpelukan satu sama lain melepaskan sebuah rindu yang begitu mendalam setelah bertahun-tahun tidak bertemu. Lhea meneteskan air matanya yang air mata itu tak sengaja menetes membasahi bahu bu Lita, membuat bu Lita menjauhkan badan Lhea yang menempel di tubuhnya. “Kenapa kamu menangis sayang?” tanya bu Lita. Pertanyaaan itu membuat Lhea bertambah dia berderai air matanya, dia mengusap air mata yang jatuh di pipinya. Entah sudah berapa tetes air mata yang keluar hari ini. “Apakah mama bercerai sama papa?” tanya Lhea kepada ibunya. Mereka berdua tengah duduk di sebuah kursi yang terdapat sebuah meja berbentuk bulat, Lhea terus menangis sejadi-jadinya dengan apa yang dihadapinya saat ini. Hembusan angin sore menerpa rambut panjang Lhea yang tergerai indah, Wajahnya yang putih kini berubah menjadi kemerahan karena isakan tangis yang tiada henti. “Sudah sayang kamu jangan menangis.” ujar bu Lita, bu Lita membelai bahu anak perempuan yang disayanginya lalu dia memeluk anaknya yang saat ini sedang bersedih. “Maafin mama ya mama gak memberitahu semua ini sama kamu.” ujar bu Lita. Lhea mengalihkan pandangannya dan dia menatap ibu yang saat ini sedang berada di depannya ibu yang berpakaian sederhana dengan rambut yang digelung sehingga terlihat ceruk lehernya. “Ini semua gara-gara Andreas.” seru Lhea. Bu Lita yang tengah duduk dia mengalihkan pandangannya, dia menatap sebuah kolam renang yang penuh dengan air, kehidupannya begitu nampak tenang dan damai. “Kamu jangan bicara seperti itu Lhea, berkat dia juga mama bisa cerai tanpa mengeluarkan harta sepeser pun, dia sudah membantu mama untuk bernegosiasi dengan papamu karena papamu meminta beberapa aset tanah dan bangunan milik mama.” ucap bu Lita. Bu Lita menyadari penuh atas jasa Andreas dalam hidupnya. “Kenapa kehidupan kita jadi berantakan maa?” tanya Lhea yang sudah kesal. Bu Lita tersenyum di bibirnya. “Sabar ya kamu sayang, kamu harus bisa menjadi wanita yang kuat, kamu harus bisa melewati ujian ini.” ucap bu Lita. Lhea menutup wajahnya dengan kedua tangannya dia sepertinya putus asa. Lhea menatap wajah ibunya dengan dalam. “tapi ma semua aset sudah dipindahkan atas nama papa.” seru Lhea. Bu Lita menarik nafasnya mendengar itu semya, seperti ada sebuah beban berat yang berada di dalam hatinya, lalu wanita tua namun penampilannya masih cantik itu menyentuh tangan Lhea, dia memegang menggenggam tangan anaknya yang cantik itu, dia berusaha untuk menguatkan anaknya. “Kamu tenang saja sayang untuk nenek kamu memeiliki satu wasiat yang tak di ketahui oleh papamu.” ujar bu Lita. Lhea langsung menatap bu Lita baginya ini adalah sebiah angin segar untuk dirinya dan mamanya supaya bisa bangkit dari keterpurukan ini. “Wasiat apa itu ma?” tanya Lhea yang wajahnya nampak begitu serius. Bu Lita tersenyum, “ada sebuah warisan nenek yang berisi sebagian saham itu akan menjadi milikmu asal dengan syarat kamu harus sudah menikah.” jawabnya. Lhea yang mendengar itu dia pun terdiam entah apa yang di pikirkan oleh wanita cantik itu, hari semakin larut sore, matahari mulai tenggelam langit awan sudah mulai kejinggaan dan akan berganti malam. “Ya sudah sayang, ayo kita masuk kamu malam ini menginap saja di sini ya.” ujar bu Lita, wanita yang begitu bersahaja dia ingin menguatkan bahu Lhea, Lhea tersenyum menganggukkan kepalanya, dia mengusap air matanya yang jatuh, dia menarik nafasnya dalam dan mengeluarkannya secara kasar lalu Lhea tersenyum menatap bu Lita.Siangnya Andreas pun pergi ke rumah Lhea, dia pergi ke rumah Lhea untuk menemui Papanya Lhea yang bernama Robin.Dia pergi seorang diri.Dan Sesampai di rumah tersebut, Andreas duduk di ruang tamu dan di depannya terdapat Robin yang tengah membuka ponsel dan melihat foto Andreas yang melamar Lhea.Robin yang melihat itu dia merasa sangat Syok, lalu dia langsung menutup ponselnya."Andreas apa yang kamu lakukan bukannya kamu pacaran dengan Lhea itu hanya pura-pura dan untuk menyelamatkan reportasinya, lalu apa ini sekarang, bagaimana hubungan kalian berdua?" tanya Robin yang ingin mendapatkan penjelasan dari Andreas.Dia merasa sangat kecewa akan hal itu."Om, kami berdua sudah sangat dewasa. Dan kami berhak untuk menyatakan perasaan kami berdua dan kami akan tanggung jawab atas apa yang menjadi keputusan kami." jawab Andreas yang berusaha untuk menjelaskan kepada Robin.Robin yang mendengar itu dia pun mengeluarkan nafas kesalnya dia mengusap wajahnya dengan kasar, "tanggung jawab kep
"Lhea apakah kamu masih ingat kamu pernah mengatakan jika ada orang yang kamu cintai yang melamar kamu di sebuah tengah-tengah kota dan disaksikan banyak orang, maka kamu akan menerimanya." ucap Andreas.Lhea yang tengah berdiri dia pun mengingat kembali perkataannya, dia mengatakan hal itu ketika dia masih bersekolah, pada saat itu ada sebuah drama di sekolah.Dia mengatakan demikian ketika dirinya tengah melamun di sebuah taman, dan di dekatnya terdapat Andreas yang tengah bermain gitar dia terpikir oleh drama yang barusan dia lihat."Jadi kamu masih mengingat hal itu?" tanya Lhea.Andreas menganggukkan kepalanya dan dia tersenyum, "Iya aku masih ingat jelas dan sejak itu aku berencana melakukan sesuai dengan apa yang kamu inginkan." jawab Andreas.Andreas tersenyum.Lalu Andreas bertekuk lutut di hadapan Lhea, lalu dia membuka kotak yang berisi cincin. "Lhea apakah kamu akan menepati janjimu?" tanya Andreas.Andreas kini tengah memohon kepada Lhea untuk menerima cintanya, dia mem
Pada saat itu andreas yang masih berumur 6 tahun dia yang telah duduk dia meneteskan air matanya,"Kenapa kamu menangis?" tanya Lhea saat itu.Andreas menatap Lhea yang saat itu berumur sama dengan dirinya yaitu masih berumur 6 tahun."Aku kangen sama ibu." jawabnya dengan menangis.Lhea yang saat itu memakai baju yang berwarna pink dia langsung memeluk Andreas yang saat itu memakai baju yang berwarna hitam." Tenang saja akulah aku akan menjadi keluargamu." ucap Lhea.Amdreas yang duduk sambil mulutnya tidak bisa menelan makanan yang dia rasakan Dia hanya bisa menganggukkan kepalanya, dia yang dipeluk oleh Lhea hanya bisa mengusap air matanya.Saat ini Andreas yang tengah duduk di restoran dia juga teringat masa itu, tiba-tiba matanya berkaca-kaca.Dan membuat Lhea yang berada di depannya dia pun tersenyum."Bagaimana?" tanya Lhea perihal rasa kue yang dimakan oleh Andreas.Andrea pun membalasnya dengan sebuah senyuman, " rasanya masih tetap sama." jawabnya."Jika enak kamu habis
"Intinya kamu harus mengambil tindakan." ucap Fia.Lhea yang tengah terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh Fia dia pun menatap Fia. "Kalau begitu aku harus mengungkapkan perasaanku, dan kalau bisa aku harus segera Lamaran sama dia untuk mengikatnya." ujarnya.Lalu Lhea terdiam membuat Fia menatap Lhea dan mengurutkan dahinya. "Kok kamu diam Kenapa Lhea?" tanya Fia.Lhea menarik nafasnya dalam-dalam, "bagaimana caranya aku bisa mengungkapkan perasaanku?" jawabnya sambil bertanya.Dan di sisi lain saat ini Andreas yang berada di kantornya dia tengah duduk di sofa yang berada di ruangannya, dia tengah duduk menyandarkan bahunya.Di depannya ada Hans yang tengah duduk sambil meminum kopi, nampaknya kini mereka berdua Tengah bersantai."Aku sebentar lagi akan pindah tugas, aku akan pindah di Negara wilayah Tenggara." Celetuk Andreas.Hans yang tengah duduk dia pun terkejut, "haaahhh yang benar saja kamu, kamu kan di sini seorang CEO Kenapa kamu bisa dipindahkan tugas secara sepihak?" t
Lalu Andreas pun beranjak dari tempat tersebut dia langsung masuk ke dalam kamarnya." ya sudah om kalau begitu aku masuk kamar dulu ada beberapa dokumen yang tertinggal di kamar." ujar Andreas.Robin dengan tengah duduk dia pun menganggukan kepalanya, lalu Andreas pun masuk ke dalam kamar yang berada di rumah besar tersebut.Dia mengambil beberapa dokumen penting perusahaan yang sedang dia kelola.Lalu Andreas yang berada di dalam kamarnya dia pun terdiam dia duduk di sofa yang berada di kamar tersebut.Dia duduk sambil mengingat kembali apa yang dikatakan oleh Robin kepada dirinya.Lalu Andreas tertawa dan mengelengkan kepalanya mengingat itu dan dia pun membuang pikiran tersebut dia langsung beranjak dari duduknya dan dia langsung langkahkan kakinya untuk keluar dari kamar tersebut.Kamar yang memiliki ukuran begitu luas dan memiliki banyak sekat di dalamnya, kamar yang begitu sangat nyaman yang dia tempati selama di rumah tersebut.Andreas langsung pergi dari rumah tersebut, dan
.Lalu Andreas menghidupkan mobilnya dan dia langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan yang rendah, ternyata Andreas saat ini ingin pergi ke rumah Robin.Dia ingin tahu apa yang dikatakan oleh Robin, dia ingin mengulik maksud tujuannya asistennya masuk ke dalam apartemen pribadinya.Karena hal itu pasti atas dasar suruhan Robi.ln.Perjalanan dari apartemen pribadi Andreas ke rumah Robin tidaklah begitu jauh, dia mengendarai mobilnya dengan mengontrol emosinya, tak perlu diragukan lagi Andreas adalah sosok yang sangat begitu tenang, dia menarik nafasnya dalam dalam dan mengeluarkannya secara perlahan."Aku harus bisa menghadapi ini." gumamnya di dalam hati.Dan dia pun sampai di depan rumah Robin, saat dia masuk ke dalam rumah tersebut.Robin yang berada di rumahnya tengah duduk di ruang tamu itu dia tengah menghisap rokok yang berada di tangannya.Rokok yang berbentuk panjang dan warna coklat, rokok tersebut memiliki ukuran yang sangat begitu besar.Dan pada saat itu juga Andreas