Share

3. Teror

Seketika mata Cassandra membola dengan sempurna karena mendengar suara bariton yang bernada ancaman dari ujung telepon. Tentu saja wanita itu bisa mengenali siapa yang tengah meneleponnya. Namun, Cassandra memilih untuk segera mematikan panggilan itu secara sepihak karena tak ingin sang suami kembali menaruh curiga kepadanya. Buru-buru ia meletakkan gawainya ke atas nakas dan kembali merebahkan diri di samping sang suami.

"Siapa yang telepon, Sayang? Kok langsung dimatiin gitu?" Pertanyaan Alfian berhasil membuat wanita itu sedikit tergagap.

"Eh, bukan siapa-siapa kok, Mas. Salah sambung sepertinya," bohong Cassandra yang langsung pura-pura memejamkan mata agar tak mendapat lebih banyak pertanyaan dari sang suami.

Alfian ikut terlelap sembari memeluk tubuh ramping sang istri. Pasangan pengantin baru itu terbangun kala mendengar suara pintu kamar yang diketuk oleh Bu Yuni untuk mengajak keduanya makan malam bersama.

"Alfian, Cassandra. Ayo kita makan malam, Nak," sorak Bu Yuni dari balik pintu.

Alfian mengerjab-ngerjabkan matanya, menatap ke arah jam dinding yang ternyata sudah menunjukan pukul setengah tujuh malam.

"Iya, Bu. Sebentar lagi Alfian dan Cassandra turun," ucap Alfian kemudian menatap sisi ranjang sebelahnya, di mana sang istri masih terbuai dalam lelapnya mimpi.

Lelaki itu memutuskan untuk bangkit dari ranjang dan langsung membersihkan dirinya. Baru kemudian membangunkan sang istri.

"Cassandra, bangun, Sayang. Sudah waktunya makan malam," bisik lembut Alfian diikuti dengan satu kecupan mesra yang mendarat sempurna di pipi mulus sang istri.

Cassandra yang merasa tidurnya terusik mulai membuka mata. Senyum menghiasi bibir wanita itu kala melihat wajah sang suami yang begitu dekat di hadapanya. Kembali Alfian mendaratkan bibirnya, kali ini bibir tipis nan ranum milik sang istri yang menjadi sasaranya. Kecupan lembut itu perlahan berubah menjadi semakin menuntut, bahkan keduanya sudah saling bertukar saliva. Lelaki itu buru-buru melepaskan pagutanya sebelum keduanya semakin terhanyut dan melupakan makan malam mereka.

"Kok udahan sih, Sayang," protes Cassandra seraya memberengutkan wajah ayunya.

"Nanti malam aja kita terusin, sekarang kamu mandi terus kita turun. Ibu sudah menunggu kita untuk makan makan malam bersama." Alfian mencolek ujung hidung istrinya karena gemas.

"Ya udah, aku mandi dulu ya." Wanita cantik itu segera beranjak dari ranjang dan menuju ke kamar mandi.

Beberapa menit kemudian, Cassandra kembali hanya dengan mengenakan sebuah handuk yang melilit dari dada hingga pahanya. Sungguh pemandangan yang begitu menggoda dan memanjakan mata Alfian. Cassandra berganti baju dengan daster rumahan bermotif doraemon yang justru membuatnya terlihat semakin cantik dan menggoda di mata sang suami. Andai Bu Yuni tak menunggu di bawah, mungkin saat ini Alfian sudah menerkam wanita cantik itu untuk menuntaskan hasratnya.

Pasangan pengantin baru itu segera turun ke lantai bawah, menghampiri Bu Yuni yang sudah menunggu keduanya di meja makan dengan senyum sumringah.

"Maaf ya, Bu. Cassandra keenakan tidur sampai nggak bantuin Ibu untuk masak buat makan malam," ujar Cassandra saat menghenyak di salah satu kursi.

"Tidak apa-apa, Sayang, kalian pasti capek. Ayo makan, Ibu juga ada masak tumis tauge ikan asin biar Cassandra bisa cepat hamil dan Ibu bisa gendong cucu," ujar Bu Yuni yang mulai mengambilkan nasi untuk anak dan menantunya.

Bu Yuni memang sosok Ibu yang sangat menyayangi putranya. Karena itu pula, wanita paruh baya itu tetap merestui Alfian menikah dengan Cassandra yang baru dikenal putranya melalui media sosial beberapa bulan lalu.

"Kalau gitu habis makan malam nanti Alfian langsung bikinin Ibu cucu deh," ucap Alfian yang berhasil membuat pipi sang istri bersemu merah.

"Aww," pekik Alfian karena tiba-tiba sang ibu mencubit pinggangnya dengan cukup keras.

"Rasain, ngomongnya kebiasaan nggak pakai filter. Lihat itu, wajah istri kamu jadi merah kayak kepiting rebus," ucap Bu Yuni kemudian tertawa renyah.

Ketiganya menikmati makan malam dengan dipenuhi canda tawa. Dalam hati Bu Yuni hanya bisa berdo'a, semoga rumah tangga Alfian dan Cassandra akan selalu diselimuti kebahagiaan. Usai makan malam, pasangan pengantin baru itu hendak kembali ke kamar. Namun, langkah keduanya terhenti kala mendengar suara bel pintu yang ditekan oleh seseorang.

"Biar Ibu saja yang bukain pintunya," cegah Bu Yuni saat Alfian hendak membukakan pintu, wanita paruh baya itu melangkah lebar ke arah pintu dan kembali dengan membawa sebuah kotak berukuran besar yang berhiaskan pita berwarna pink.

"Siapa yang datang, Bu?" tanya Alfian saat Bu Yuni telah berada di hadapannya.

"Kurir paket, ini ada kiriman kado pernikahan untuk kalian." Wanita paruh baya itu menyerahkan kotak yang dibawanya kepada Alfian.

"Dari siapa, Mas?" tanya Cassandra yang sudah penasaran dengan isi kotak besar itu.

"Nggak ada nama pengirimnya, kita buka sama-sama aja, yuk."

Alfian melangkah menuju sebuah sofa yang ada di ruang keluarga bersama Bu Yuni dan Cassandra di belakangnya. Perlahan, lelaki itu mulai membuka kotak yang berada di tangannya. Namun, isi kotak itu berhasil membuat Alfian langsung melemparkannya ke lantai. Cassandra dan Bu Yuni membulatkan mata mereka melihat isi kotak itu, dua bangkai tikus berlumur darah yang ditempeli foto Alfian dan Cassandra.

"Ya Tuhan, siapa yang tega mengirim ini, Nak," heran Bu Yuni menatap bangkai tikus yang kini teronggok di lantai.

Sedangkan Cassandra tak bergeming, wanita itu menatap nanar ke arah kotak itu. Pikirannya melayang, membayangkan kemungkinan jika kebahagiaan pernikahannya dan Alfian tak akan bertahan lama. Entah mengapa, Cassandra merasa pengirim paket tersebut adalah orang yang sangat ia kenal. Air mata mulai membasahi pipi mulus wanita itu, membuat Bu Yuni secara refleks merengkuh tubuh ramping sang menantu ke dalam pelukan.

"Cassandra, kamu menangis? Apa kamu takut sama bangkai tikus itu?" tanya Bu Yuni sembari mengelus rambut panjang milik sang menantu.

"Ke-kenapa ada yang tega melakukan semua ini, Bu? Apakah ada yang tidak menyukai pernikahan kami," ucap Cassandra menatap ibu mertuanya dengan pandangan nanar.

"Sudah, jangan dipikirkan. Pasti ini hanya kerjaan orang iseng, sekarang Ibu antar kamu ke kamar ya. Biar Alfian bersihkan dulu semua ini." Bu Yuni menuntun sang menantu menaiki anak tangga untuk menuju ke kamar, meninggalkan Alfian yang hendak membuang dan membakar kotak itu beserta isinya.

"Nah, Cassandra. Sekarang kamu istirahat ya, Ibu mau keluar dulu," ujar Bu Yuni setelah mendudukan Cassandra di sisi ranjang empuknya.

Wanita muda itu mengangguk, membiarkan Bu Yuni keluar dari kamar. Tepat setelah mertuanya menutup pintu, satu pesan masuk di aplikasi hijau milik Cassandra. Dengan tangan gemetar, wanita itu meraih benda pipih yang berada di atas nakas. Air mata kembali menetes dari netra indah wanita muda itu kala membaca isi pesan di layar gawai miliknya.

Cassandra, bangkai tikus itu hanya sebuah permulaan. Pilihanmu hanya dua, kamu kembali padaku atau akan aku kirim video kemesraan kita pada suamimu yang bodoh itu agar pernikahanmu hancur.

Randa.

"Mas Randa, aku kira kamu sudah benar-benar pergi setelah meninggalkanku waktu itu. Ternyata aku salah," batin Cassandra.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status