Home / Rumah Tangga / Permintaan Gila Adikku / 3. Lamaran Calon Adik Ipar

Share

3. Lamaran Calon Adik Ipar

Author: Evie Edha
last update Last Updated: 2024-08-25 21:07:25

“Jangan mempermalukan dirimu sendiri dengan pulang dalam penampilan seperti itu.”

Mika tertegun. Bingung.

Pria ini … apakah benar sedang peduli padanya.

“Sudah. Aku keluar dulu.”

“Tunggu.” Mika kembali menarik tangan Noval. Ia teringat pada kejadian di jalan tadi. “Lukamu … bagaimana? Ayo kubantu obati dulu.”

“Hanya luka kecil.”

“Tetap saja berdarah.” Mika menghapus sisa air matanya, mencoba memfokuskan diri pada hal lain. Perempuan itu sedikit memutar lengan Noval untuk melihat luka di siku pria itu, bekas terjatuh tadi. “Kan. Berdarah.” Ia mendongak. “Punya obat merah tidak?”

“Tidak.”

Mika menghela napas pelan. “Aku ke warung depan dulu,” katanya. Lalu sebelum Noval bisa menjawab, perempuan itu sudah bangkit dan berlari keluar dan kembali ke sisi Noval dengan obat merah dan plester luka.

“Berlebihan,” komentar Noval. Namun, ia pasrah saja saat Mika membersihkan dan mengobati lukanya. Ekspresinya bahkan tidak berubah. Pria itu hanya menatap Mika dengan tatapan datar. 

Kemudian, Noval berucap, “Tangisanmu tadi terlalu keras untuk pria berengsek seperti kekasihmu itu.”

“Mantan,” ralat Mika cepat. “Sudah putus.”

“Hm.”

Mika kemudian diam. Ia menangkap poin Noval, bahwa ia tidak perlu menangisi Ridwan sampai sebegitunya karena pria itu hanyalah pria berengsek yang bejad saja.

Ya. Harusnya Mika bersyukur sudah ditunjukkan kenyataan seperti ini.

***

Setelah momen asing bersama Noval tadi siang, Mika kembali ke toko terlebih dahulu sebelum pulang.

Untungnya, tidak ada yang menanyakan kenapa wajahnya sembab. Apalagi mentertawakannya.

Atau mungkin, mereka sebenarnya tidak peduli. Sementara Olip tidak tahu ada di mana saat ini karena sejak tadi, Mika tidak melihatnya di rumah.

Entah ke mana dia dan Ridwan hingga sampai sekarang belum pulang juga. Sudahlah. Mika Tidak peduli.

"Aku pulang!" 

Saat Mika sedang menikmati mi instan di depan televisi, ia mendengar suara sang adik. Otomatis, ia mendengus. Tapi ia tidak mengatakan apa pun.

Tak lama kemudian, Olip sudah ada di hadapannya.

"Eh. Ada kakak tercinta." Olip tersenyum, tampak seperti tengah mengejek.  Dia jelas-jelas sedang merayakan kemenangannya. "Terima kasih ya, kakak aku tercinta. Akhirnya Kak Mika mau putus dengan Kak Ridwan. Terbaik deh.

Mika melihat ekspresi haru sang adik yang tampak dibuat-buat. Namun, ia tidak berkomentar ataupun menjawab.

“Kami nggak perlu repot sembunyi-sembunyi kalau mau ketemu. Sekarang, Kak Ridwan sudah resmi jadi milik aku seutuhnya." 

"Apa? Kamu dan Ridwan sudah pacaran?" 

Mika melihat ibunya keluar dari kamar sambil bertanya. Rupanya suara riang Olip terdenagr oleh wanita paruh baya itu.

Olip mengangguk. "Iya, Bu. Terima kasih dulu dong sama Kak Mika yang sudah mau mengalah untuk aku," ujar Olip dengan melirik ke arah kakaknya yang masih menikmati mie instan dengan wajah sok polos.

Ah. Mika jadi tidak nafsu makan lagi.

Apalagi saat sang ibu kemudian berucap, "Terima kasih ya, Nak. Kamu memang kakak yang baik."

Mika akhirnya meletakkan makanannya dan menatap ibunya. “Ibu mengatakan itu karena tidak tahu apa yang sudah Olip lakukan, kan?” ucapnya. Tanpa sadar, kedua matanya mulai berair lagi, sekalipun ia bertekad bahwa Ridwan adalah pria bejad yang tak layak untuknya. “Selama ini Olip sering berhubungan badan dengan Ridwan, Bu. Di belakangku! Anak tersayang ibu itu sudah berkali-kali berzina, menurut pengakuannya sendiri!”

"Hus!” sergah Bu Tuti. Langsung menegur Mika. “Jangan sembarangan kamu. Kalau ngomong dijaga. Adik sendiri kok dikatakan berzina."

Mika menatap ibunya dengan tak percaya. “Ibu … jangan-jangan selama ini Ibu tahu?” cetusnya.

Sang ibu kemudian menggaruk belakang kepalanya, tanpa menjawab. 

Saat itulah Mika paham. 

"Ya Allah, Bu.” Suara Mika bergetar. Rupanya tidak hanya sang adik dan mantan kekasih Mika saja yang hari ini menyakitinya. Sang ibunya sendiri rupanya terlibat. “Tega banget Ibu sama aku." 

Mika pun bangkit dan langsung menuju kamarnya. 

Pantas saja kedua orang tuanya mendukung permintaan Olip yang tidak masuk akal kemarin.

Pikiran dan hati Mika kacau sekali. Baru saja ia mencoba dan bertekad untuk memulihkan hatinya, serta tampil kuat. Tapi pengkhianatan orang tuanya sendiri sungguh tidak masuk akal.

Perempuan itu masuk kamar, tidak memedulikan salam seorang tamu yang baru saja datang di depan pintu.

Sementara itu, di ruang tamu, Bu Titi dan Olip pun menjawab bersamaan. Keduanya segera melihat siapa tamu yang datang malam-malam. 

Terlihat seorang pria paruh baya dengan syal yang menutupi lehernya.

"Pak Heru." Bu Tuti dengan terkejut menyapa. Pria itu adalah ayah dari Noval.

"Pak Purnomo ada, Bu?" Pria paruh baya bernama Heru itu bertanya.

Bu Tuti pun mengangguk. "Ada-ada, Pak. Silakan masuk, biar saya panggilkan shami saya dulu."

Pak Heru mengangguk. Pria itu masuk ke dalam rumah dan duduk di sofa.

Tak lama, Pak Purnomo keluar.

"Eh, Pak Heru." Dia menyalami tangan tamunya. "Ada apa nih, Pak? Sepertinya ada sesuatu yang ingin dibicarakan?" 

Pak Heru tersenyum tipis. Pria itu menatap lamat-lamat Pak Purnomo. 

"Begini, Pak. Sebelumnya, maaf kalau kedatangan saya mengganggu Bapak,” jelas Pak Heru kemudian. “Saya datang kemari karena atas permintaan anak saya, Noval."

Bu Tuti yang baru saja keluar membawa minuman mengerutkan kening. Dia memberikan minuman itu pada sang suami dan tamunya lalu ikut duduk di samping Pak Purnomo.

"Permintaan Noval? Ada apa memangnya, Pak?" Pak Purnomo pun bertanya.

Pak Heru masih mempertahankan senyumnya. "Noval mengatakan pada saya kalau dia ingin menikahi putri Bapak."

Tentu saja hal itu membuat Bu Tuti dan Pak Purnomo terkejut. Keduanya saling pandang dengan bibir menganga. 

"Noval ingin melamar putri kami, Pak?" 

Pak Heru yang mengangguk.

"Tapi, Pak. Olip masih kuliah. Mana mungkin dia mau menikah?" ujar Pak Purnomo kemudian. Sekalipun bukan itu alasan utamanya.

Namun, Pak Heru yang mendengar nama Olip justru mengerjapkan matanya beberapa kali. Bingung.

"Olip?" tanyanya. “Kenapa jadi Olip, Pak? Noval mengatakan kalau ia ingin melamar Nak Mika.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Pineaple
Gaskeun, val!!!
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Permintaan Gila Adikku   163.

    Tentu saja kehadiran dua orang polisi itu membuat semua orang yang ada di rumah Pak Purnomo merasa terkejut. Mereka semua saling pandang satu sama lain sebelum akhirnya menatap penuh pada kedua polisi yang masih berdiri di ambang pintu itu."Iya." Pak Purnomo pun bangkit dari duduknya lalu berdiri di hadapan kedua polisi itu."Ada perlu apa ya, Pak sampai kalian datang ke kediaman saya?" tanya Pak Purnomo merasa penasaran. Sedangkan Ridwan yang masih berada di tempatnya tampak was-was.Salah satu polisi mengangguk pada Pak Purnomo. "Maaf sebelumnya kalau kedatangan kami membuat kalian semua terkejut. Kami datang untuk melaksanakan tugas tentunya.""Tugas?" Pak Eko pun bertanya. "Tugas apa, Pak?" Dia ikut berdiri di hadapan besannya.Salah satu polisi memberikan sebuah surat pada Pak Eko sembari menjelaskan niat mereka datang ke kediaman Pak Purnomo. "Kami datang dengan membawa surat penangkapan untuk saudara Ridwan," ujarnnya dengan menatap ke arah Ridwan yang sudah dia ketahui sebel

  • Permintaan Gila Adikku   162

    Pak Eko dan Bu Lestari pun menoleh ke arah pemilik suara. Terlihat Pak Purnomo baru saja keluar dari dalam rumah. "Ada apa ini berisik-berisik?" tanya Pak Purnomo. "Ini Pak. Ada besan datang. Katanya mau ketemu Olip," ujar Bu Tuti. "Kenapa ngga diminta duduk?" tanya Pak Purnomo. "Iya nih Bu Tuti. Kok saya datang nggak diminta duduk. Bagaimana sih?" tanya Bu Lestari dengan senyum simpul. Dia sepertinya senang kalau melihat besannya yang satu ini dimarahi oleh istrinya. Bu Lestari pun segera menarik suaminya untuk duduk. "Sini, Pak." "Bu. Ambilkan minim dan panggilkan Olip sama Ridwan," ujar Pak Purnomo memerintah sang istri. "Iya-oya." Bu Tuti pun bangkit dari tempat duudknyadan masuk untuk memanggil anak dan menantunya juga membuatku minum. "Apa kabar, besan?" tanya Pak Purnomo. "Baik." Pak Eko menjawab. "Pak Purnomo ini gimana aih? Olip hamil kok nggak ngasih tahu kami?" tanya Bu Lestari kemudian. Pak Purnomo terkejut. "Loh? Ridwan tidak menceritakan semua ini ke

  • Permintaan Gila Adikku   161

    Bu Lestari dan Pak Eko menuju rumah Pak Purnomo untuk menemui anak dan juga menantunya. Kabar kehamilan Olip yang didapat membuat mereka kesal sekaligus bahagia."Udah, Bu. Nggak usah ngomel-ngomel mulu," ujar Pak Eko ketika mereka berada di atas motor dan Bu Lestari tampak menggerutu tanpa henti sejak tadi."Ibu ini sedang kesal, Pak," ujar Bu Lestari memberi tahu."Iya Bapak tahu. Tapi udah dong keselnya. Jangan nyerocos terus. Nanti kalau bapak ngga bisa fokus nyeri gara-gara suara Ibu bagaimana?" tanya Pak Eko. Dia melirik keberadaan istrinya melalui kaca spion.Bu Lestari langsung menepuk pundak Pak Eko dari belakang. "Bapak ini. Memangnya suara ibu ini sura apaan sampai-sampai bisa membuat Bapak ngga konsen naik motor?" Dia bersungut-sungut."Ibu hnaya kesal aja, Pak. Kenapa Ridwan dan Olip itu tidak bilang sejak awal kalau dia pindah dari kontrakan ke rumahnya besan. Kalau dia bilang sejak awal, kan kita nggak perlu ke kontrakan dia dulu. Buang waktu. Buang bensin. Capek." Bu L

  • Permintaan Gila Adikku   160

    Sinta memberikan minuman pada Mika. Setelah ditinggal Nyonya Saseka dan juga Noval, beberapa waktu dari itu Mika bangun dari tidurnya. Sinta segera membantu ketika melihat sahabatnya itu ingin minum."Noval mana, Sin? Kok kamu yang ada di sini?" tanya Mika kemudian.Sinta mengerucutkan bibirnya mendengar pertanyaan Mika. "Kamu nggak suka kalau aku ada di sini?" tanyanya kemudian.Nika mengembuskan napas kasar. "Bukan gitu.""Iya-iya aku paham," ujar Sinta kemudian."Kamu ini dalam keadaan seperti ini masih saja mau bercanda." Mika menyeka keringat yang ada di keningnya."Dia lagi pergi. Katanya cari makan," ujar Sinta kemudian."Astaga. Aku memang belum masak lagi." Mika memegang kepalanya dan merutuki diri."Ya udah sih. Toh keadaan kamu masih nggak baik-baik aja gini. Lagi pun Noval juga nggak masalah kalau beli di luar. Kaya ini. Kalau aku, pasti mau beli tiap hari aja. Biar nggak capek-capek masak dan badan bau bawang," ujar Sinta dengan kekehannya.Mika berdecak. "Kamu ini." Dia

  • Permintaan Gila Adikku   159

    "Cepat katakan apa yang sebenarnya terjadi!" teriak Pak Bowo pada Ridwan ketika mereka sudah berada di rumah. Pria itu begitu marah oda menantunya akan kejadian hari ini.Selain membuat kerusuhan, kejadian kali ini juga membahayakan Olip dan kandungannya. "Bapak ini kenapa sih malah marah-marah sama Kak Ridwan? Marah tuh sama Kak Mika tuh yang udah dorong aku sampai aku jatuh," ujar Olip membela suaminya."Iya nih Bapak. Bapak kenapa malah marahin Rid---""Diam!" bentak Pak Purnomo sekali lagi. Pria itu menatap ketiganya dengan raut kemarahan. Terutama pada Ridwan."Sudah berapa kali Bapak katakan saka kalian. Noval bukan tipikal orang yang akan sapa mukul orang kain kalau tidak ada apa-apa." Dia bersungut-sungut. Heran sama anak dan istrinya ini. Kenapa masih saja bodoh."Pasti. Bapak yakin. Pasti ada sesuatu yang disembunyikan sama kamu Ridwan!" Dia menunjuk ke arah Ridwan.Ridwan yang sudah smrasa ketakutan karena yadi dia mendengar jika neneknya Mika akan membawa kasus ini ke jalu

  • Permintaan Gila Adikku   159

    "Ada apa tuh? Ada apa?" tanya para tetangga yang berkumpul di depan rumah Mika dan melihat keributan antara kakak beradik itu. "Mana aku tahu? Lah ini baru mau lihat." Yang lain menjawab. Mereka pun mulai fokusuntuk melihat dan mencari tahu apa yang sebenatnya terjadi. Mika yang memang sedang berada di rumah beristirahat tak pergi ke toko karena kejadian beberapa hari lalu terkejut dengan kedatangan sang adik yang tiba-tiba saja marah-marah dan juga meneriakinya dengan alasan dia yang sudah menggoda Ridwan. Tentu saja Mika merasa bingung. "Apa maksud kamu?" tanya Mika dengan kerutan di kening dia menatap wajah sang adik yang menunjukkan kemarahan. "Nggak usah pura-pura nggak tahu!" teriak Olip sekali lagi. Bola matanya melotot dan dia mengangkat dagu. "Kak Mika ngapain gidain suami aku?" tanyanya dengan menunjuk ke arah wajah Mika. "Jangan semabrangan kalau ngomong kamu." Mika yang sejak tadi hanya memerhatikan kemarahan adiknya kini mulai tersulut emosi. Apalagi dengan tuduhan

  • Permintaan Gila Adikku   157

    "Ada apa tuh? Ada apa?" tanya para tetangga yang berkumpul di depan rumah Mika dan melihat keributan antara kakak beradik itu."Mana aku tahu? Lah ini baru mau lihat." Yang lain menjawab. Mereka pun mulai fokusuntuk melihat dan mencari tahu apa yang sebenatnya terjadi.Mika yang memang sedang berada di rumah beristirahat tak pergi ke toko karena kejadian beberapa hari lalu terkejut dengan kedatangan sang adik yang tiba-tiba saja marah-marah dan juga meneriakinya dengan alasan dia yang sudah menggoda Ridwan.Tentu saja Mika merasa bingung. "Apa maksud kamu?" tanya Mika dengan kerutan di kening dia menatap wajah sang adik yang menunjukkan kemarahan."Nggak usah pura-pura nggak tahu!" teriak Olip sekali lagi. Bola matanya melotot dan dia mengangkat dagu."Kak Mika ngapain gidain suami aku?" tanyanya dengan menunjuk ke arah wajah Mika."Jangan semabrangan kalau ngomong kamu." Mika yang sejak tadi hanya memerhatikan kemarahan adiknya kini mulai tersulut emosi. Apalagi dengan tuduhan tidak

  • Permintaan Gila Adikku   156

    Mendengar cerita suaminya, tentu saja Olip menjadi marah. Perempuan itu meradang dan langsing bergegas pergi untuk menemui kakaknya. "Kurang ajar. Berani-beraninya Kak Mika ini." Dia bersungut-sungut.Ridwan yang terkejut dengan reaksi Olip pun ternyata langsung mengejar langkah sang istri. Dia menahan lengan Olip ketika berhasil mengejar langkah istrinya. "Kamu mau ke mana?" tanya Ridwan."Mau ke rumahnya Kak Mika." Olip pun menunjuk ke arah rumah Mika.Sudah Ridwan duga. "Ngapain?" tanyanya kemudian dengan ekspresi terkejut."Ya mau ngelabrak mereka lah," jawab Olip penuh dengan ambisi."Nggak suami nggak istri sama aja," sambung Olip.Bola matanya melotot, warna kulit wajahnya terlihat memerah pertanda kalau perempuan itu tengah menahan amarah. "Enak aja dia godain kamu. Nggak tahu malu. Udah punya suami juga. Masih aja godain suami orang. Mana suaminya gebukin kamu lagi. Harusnya tuh yang Noval gebukin istrinya yang ganjen itu."Noval ikut melotot. "Nggak usah." Dia menahan tangan

  • Permintaan Gila Adikku   155

    Ternyata, apa yang katakan Pak Purnomo membuat Olip berpikir. Perempuan itu merasa apa yang dikatakan bapaknya benar. Tidak mungkin Noval datang dan memukul Ridwan tanpa alasan. "Pasti ada sesuatu di balik semua ini," ujarnya kemudian."Udah dua hari ini suamiku nggak bisa nyari kerja gara-gara dihajar Noval tanpa jelas. Bikin kesel aja." Dia menggerutu."Sebaiknya aku tanyakan saja pada Kak Ridwan apa yang sebenarnya terjadi. Biar aku tahu alasan kenapa Noval main pukul Kak Ridwan. Biar aku ada penjelasan yang jelas ketika aku melaporkan Noval nanti." Dia menjentikkan jari dan tersenyum.Perempuan itu meletakkan gelas yang sebelumnya berisi susu nutrisi ibu hamil lalu pergi menuju kamarnya di mna Ridwan sedang beristirahat di sana."Loh, Lip? Mana minuman untuk aku?" tanya Ridwan yang melihat istrinya kembali tanpa membawa apapun padahal tadi dia meminta Olip untuk mengambilkan minuman.Olip tidak menjawab. Perempuan itu malah menaiki ranjang lalu duduk di hadapi Ridwan. Dia memberik

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status