Besok paginya, Aluna bekerja dengan sangat baik di rumah itu. Dia bangun pagi sekali untuk membuat sarapan dan juga mengerjakan pekerjaan lainnya.
"Ya ampun, si Mbok ini merasa senang sekali loh karena pekerjaan si mbok di rumah ini jadi lebih ringan. Masakan Non Aluna juga rasanya sangat enak sekali, si Mbok tidak menyangka jika Non Aluna ternyata pandai memasak." ujar wanita paruh baya itu memuji. "Mbok Jum ini bisa saja, alhamdulilah jika masakan aku rasanya enak dan semoga saja Mas Aryan menyukai nya." sahut Aluna. "Oh iya, si Mbok mau minta tolong untuk antarkan teh ini ke kamar nya Den Aryan. Setiap pagi Den Aryan harus dibuatkan teh sebelum sarapan, ini sudah menjadi kebiasaan nya." "Baik Mbok, berikan teh nya padaku. Aku akan mengantarkan teh ini ke kamarnya Mas Aryan." "Terimakasih ya Non, biar pekerjaan di dapur ini si Mbok saja yang menyelesaikan nya." Aluna pun menganggukkan kepalanya dan segera pergi menuju kamar Aryan. Di dalam kamar, Aryan terlihat sudah bersiap dengan pakaian kerjanya. Tok tok tok.. "Masuk." pinta pria itu. Karena sudah mendapatkan ijin, Aluna pun tanpa ragu langsung membuka pintu dan masuk ke dalam kamar Tuan nya. "Ada apa?" Tanya Aryan dengan ekspresi dingin. "Selamat pagi Mas, aku datang kesini untuk mengantarkan teh ini." Sahut Aluna sedikit gugup. "Baiklah, simpan saja teh itu di atas meja sana." Pinta pria itu. Dengan cepat Aluna pun menurut dan menyimpan teh itu di tempat yang Aryan maksud. "Sarapan nya juga sudah siap, apa Mas Aryan butuh sesuatu yang lain?" "Tidak ada, kamu bisa pergi sekarang. Saya juga akan turun sebentar lagi untuk sarapan." "Baik Mas." balas Aluna sambil menganggukkan kepalanya. Lalu tanpa banyak bicara lagi, wanita itu pun segera pergi dari sana. Saat menuju dapur, tiba-tiba saja Aluna di kejutkan dengan kedatangan Miko. "Haii Aluna, selamat pagi." Sapa pria itu dengan ramah. "Selamat pagi Mas Miko." Sahut Aluna sambil tersenyum manis. "Apa kamu baru saja mengantarkan teh untuk Aryan? Apa dia sudah siap sekarang?" "Mas Aryan sebentar lagi akan turun untuk sarapan, dia juga sepertinya sudah siap." "Baguslah, aku juga akan ikut sarapan disini. Menu apa yang di masak oleh Mbok Jum pagi ini." "Pagi ini Mbok Jum tidak masak apapun, semua menu makanan dimasak oleh Non Aluna. Dan rasanya sangat enak sekali, Den Miko pasti akan sangat menyukainya." Ujar mbok Jum menimpal. "Wah benarkah, aku jadi tidak sabar ingin mencobanya." Tak lama Aryan pun turun dan menghampiri mereka. "Kamu sudah datang, cepatlah kita sarapan dulu sebelum berangkat ke kantor." ujar Aryan. Mereka berdua pun segera duduk di meja makan, dan dengan cepat Aluna menyajikan semua makanannya. "Apa Mas Aryan dan Mas Miko butuh sesuatu lagi?" tanya Aluna. "Tidak ada, kamu bisa melanjutkan pekerjaan kamu." balas Aryan tanpa menoleh ke arah Aluna. "Wah benar sekali yang di katakan Mbok Jum, rasa makanannya sangat enak sekali. Sepertinya pagi ini aku akan makan banyak." ujar Miko memuji. Aluna dan Mbok Jum pun merespon dengan memberikan senyuman. "Rasanya memang sedikit berbeda dari biasanya, ini sepertinya bukan masakan nya Mbok Jum." gumam Aryan di dalam hatinya. "Kata Mbok Jum semua makanan ini Aluna yang memasak, bagaimana menurut kamu?" tanya Miko pada sahabatnya itu. "Cukup enak." balas pria itu singkat. Mereka berdua pun melanjutkan makan sementara Aluna dan Mbok Jum melanjutkan pekerjaan mereka. "Jadi bagaimana pendapat kamu tentang Aluna, apa kamu sudah mengambil keputusan untuk menjadikan nya sebagai istri bayaran. Jika di perhatikan Aluna juga cantik, dia sederhana, polos dan baik sesuai dengan yang kamu inginkan." Bisik Miko. "Aku belum bisa memutuskan sekarang, lagi pula aku dan dia baru saja saling kenal. Butuh waktu untuk aku bisa mengenal lebih dalam lagi tentang karakter nya itu, meskipun ini hanya pernikahan kontrak tapi aku tidak ingin sembarangan dalam memilih istri, kamu tahu sendirikan bagaimana sifat kedua orang tuaku." ujar Miko. "Ya baiklah, terserah kamu saja." balas Miko pasrah. Setelah selesai sarapan, mereka berdua pun segera berangkat ke kantor. Aluna juga terlihat terus saja memperhatikan mereka dari kejauhan.. "Ada apa Non?" Tanya Mbok Jum. "Tidak ada apa-apa Mbok, kelihatannya Mas Aryan dan Mas Miko itu sangat dekat sekali ya, mereka terlihat seperti saudara." Ujar Aluna. "Tentu saja, karena mereka berteman sudah sejak kecil. Kedua orang tua mereka juga berteman dengan sangat baik, itulah kenapa mereka terlihat seperti saudara, Den Miko juga sudah di anggap seperti putra di keluarga ini. Apalagi Den Aryan itu adalah putra tunggal, jadi hanya Den Miko orang yang paling dekat dengan nya." Sahut Mbok Jum. "Lalu dimana kedua orang tua Mas Aryan, apa di rumah sebesar ini Mas Aryan hanya tinggal sendirian?" Tanya kembali Aluna yang penasaran. "Mereka tinggal di luar negeri untuk mengurus bisnis mereka disana, sementara bisnis yang disini di kelola oleh Den Aryan. Di usianya yang masih muda, Den Aryan sudah menjadi pengusaha sukses dan menjabat sebagai Presdir." "Ternyata Mas Aryan itu bukan orang sembarangan yah, dia juga sangat tampan dan mapan. Tapi kenapa dia mencari seorang Gadis yang mau menikah kontrak dengan nya, aku rasa pasti banyak Gadis yang ingin menjadi pendamping hidupnya. Tidak mungkin juga jika dia tidak memiliki seorang kekasih." gumam Aluna di dalam hatinya. Sementara itu, terlihat Sintia sudah berada di kantor lebih dulu. Gadis itu berdandan dengan sangat rapih dan cantik sekali, sengaja dia merubah sedikit penampilan nya untuk menarik perhatian Aryan. "Sepertinya sebentar lagi Pak Aryan akan sampai, aku harus memastikan jika penampilan aku hari ini bisa menarik perhatiannya dan membuat Pak Aryan makin menyukai aku. Aku sudah tidak sabar sekali ingin segera dilamar oleh Pak Aryan dan dengan senang hati aku akan menerima lamaran nya itu." "Jika semua karyawan wanita disini tahu, mereka pasti akan merasa iri padaku karena hanya aku satu-satunya wanita yang bisa meluluhkan hatinya Pak Aryan." Gumam Sintia dengan penuh percaya diri. Benar saja tak lama dari itu mobil yang di tumpangi Aryan dan Miko pun sampai. Melihat orang yang di tunggu sudah datang, Sintia pun segera merapihkan pakaian dan rambut nya untuk memastikan penampilan nya sudah sangat baik. Gadis itu pun mulai tersenyum ke arah Aryan dengan penuh percaya diri. Sementara itu Aryan melihatnya dari kejauhan dengan tatapan yang sedikit sinis.Terlihat Zaki sedang duduk di depan teras rumah nya, namun tiba-tiba Aryan datang menghampiri nya. "Boleh aku ikut duduk disini." Ujar Aryan. "Tentu saja, silahkan." Sahut Zaki. Aryan pun langsung duduk dan tersenyum ramah pada pria di depan nya itu. "Aku baru tahu kalau ternyata kau ini adalah kakak nya Sintia, selain itu kau juga mantan pacar nya Aluna." "Sebenarnya hubungan ku dan Aluna sudah lama berakhir, sekarang kami tidak memiliki hubungan apapun. Ya meskipun sebenarnya aku masih tidak percaya jika Aluna bisa dengan mudah melupakan ku." Ujar Zaki."Itu berarti apa yang di katakan oleh istrimu tadi pagi adalah benar, kalau kau masih memiliki perasaan pada Aluna?" Tanya Aryan. "Aluna adalah wanita yang baik, sederhana dan juga cantik. Pria manapun pasti ingin memiliki istri seperti Aluna, tapi sayang nya tidak semua pria beruntung bisa menikahi nya, kau termasuk beruntung karena bisa menjadi suami Aluna, aku harap kau bisa menjaga dan mencintai Aluna dengan sepenuh hati, t
Ibu dengar apa yang di katakan menantu kesayangan ibu ini, dia sudah sangat lancang sekali." Ujar Sintia marah. "Sudahlah Sintia, tidak ada waktu lagi untuk kamu bernegosiasi dengan kakak ipar mu itu, ikuti saja apa kemauannya sebelum Aluna dan Aryan datang." Sahut Bu Ina. "Sstttt baiklah, aku akan memberikan apapun yang kamu inginkan, kamu ingin uang akan aku berikan, sekarang kamu sudah puas kan." Mendengar hal itu tentu saja membuat Mala merasa senang bukan main, sementara Sintia terlihat marah dan cemberut. Lalu Mala pun pergi di susul oleh Zaki. "Nyebelin banget ya si Mala ini, Mas Zaki juga bukan nya belain aku dan negur istrinya malah diam saja kayak begitu. Suami istri sama saja tidak ada gunanya, menyebalkan." Gerutu Sintia di dalam hatinya. "Kamu ngapain sih pake meras Sintia segala, seharusnya kita tidak perlu ikut-ikutan drama mereka ini." Tegur Zaki. "Ya suka-suka aku dong Mas, lagi pula selama ini adikmu itu sangat pelit sekali. Selama dia bekerja di kota dia tida
Sementara itu, terlihat Bude Ratmi sudah berada di rumah nya dan sedang menyiapkan begitu banyak buah-buahan dan juga berbagai macam sayuran. "Aluna, besok kamu dan suami kamu akan pulang ke Jakarta jadi Bude siapkan ini semua untuk kalian bawa pulang." Ujar wanita paruh baya itu."Banyak sekali, Bude. Seharusnya Bude tidak perlu melakukan semua ini, aku jadi tidak enak karena sudah merepotkan Bude." Sahut Aluna. "Tidak apa-apa Nak, semua ini adalah hasil panen kita di ladang, ada pisang, singkong, ubi dan sayuran lainnya. Bude tahu kalau semua makanan ini bisa dengan mudah kamu dapatkan, tapi disana harganya sangat mahal-mahal, kalau disini kan gratis dan di jamin rasanya lebih nikmat." "Ya ampun Bude, terimakasih banyak ya Bude karena Bude sudah sangat baik sekali." "Sama-sama, Aluna." Tak lama Aryan pun datang menghampiri mereka. "Wah ada apa ini? Kenapa banyak sekali makanan, apa Bude akan membuat acara di rumah?" Tanya Aryan. "Tidak Nak Aryan, semua ini Bude siapkan untuk
Saat sedang asik berbincang, tiba-tiba saja Aluna dan Aryan bertemu dengan Sintia di jalan."Ya ampun, kenapa aku harus bertemu dengan mereka sekarang disini. Apa yang harus aku katakan pada mereka nanti." Gumam Sintia dengan perasaan sedikit gugup. "Sintia, kamu disini ternyata." Sapa Aluna dengan ramah. "Iya Aluna, aku baru saja sampai semalam. Selamat pagi Pak Aryan." Sahut Gadis itu sedikit gugup. "Selamat pagi Sintia, Miko sudah memberitahu saya jika kamu mengajukan cuti mendadak, katanya Ibu kamu sedang sakit ya." "Iya benar sekali Pak, setelah pulang dari kota ibu langsung sakit, mungkin karena kecapean itulah kenapa saya terpaksa harus ijin untuk merawat ibu sebentar, karena tidak ada yang merawat ibu selama sakit." Ujar Sintia berbohong. "Bukankah di rumah kamu masih ada Kakak dan iparmu ya, apa mereka tidak bisa merawat ibu kamu dengan baik." Sahut Aryan. "Hhmm sebenarnya mereka bisa merawat ibu, hanya saja ibu selalu memanggil nama saya Pak. Maklum saja, saya inikan
Sementara itu, terlihat Sintia yang baru saja terbangun dari tidur nya. Tentu saja hal itu membuat Zaki dan Mala terkejut saat melihat keberadaan Sintia di rumah itu. "Oh ya ampun rasanya badanku masih lemas sekali, ingin sekali rasanya aku tidur kembali di atas kasur." Gumam Sintia sambil meregangkan tubuh nya. "Sintia, kapan kamu datang?" Tanya Zaki.."Ya ampun Mas, kamu membuat aku terkejut saja." "Justru kamu yang membuat kami terkejut, karena tiba-tiba saja kamu ada disini. Apa kamu baru datang semalam." Lanjut Mala. "Iya, aku memang baru saja datang semalam. Kalian berdua sudah tertidur lelap saat aku datang." "Tapi kenapa kamu pulang ke rumah mendadak seperti ini, apa ada masalah?" Tanya Zaki. "Sebenarnya tidak ada masalah, aku hanya rindu saja dengan suasana di kampung halamanku ini makanya aku mengambil cuti agar bisa pulang. Lagi pula aku ini sudah lama tidak pernah pulang ke rumah, jadi kenapa kalian terlihat heran seperti itu melihat aku." Ujar Sintia. "Ini pasti ak
Sintia pun sudah sampai di rumah nya, kedatangan nya di sambut hangat oleh Bu Ina yang memang sudah menunggu nya sejak tadi."Sintia, bagaimana dengan perjalanan kamu kesini? Tidak ada masalah kan Nak?" Tanya Bu Ina. "Semua berjalan dengan lancar kok Bu, aku merasa lelah sekali. Setelah pulang dari kantor aku langsung siap-siap untuk pulang kesini." Sahut Sintia. "Apa kamu sudah makan? Ibu sudah memasak makanan untuk kamu." "Tidak Bu, aku sudah makan saat di perjalanan tadi. Aku ingin lansung istirahat saja karena rasanya lelah sekali." "Baiklah kalau memang begitu, kamu masuklah ke kamar mu ya." "Oh iya Bu, dimana Mas Zaki dan Mala? Apa dia sudah tidur?" "Iya sepertinya mereka sudah tertidur, ini Jugakan sudah jam sebelas malam, biasanya jam segini mereka sudah tertidur lelap." "Ya sudahlah, aku pergi ke kamar ku dulu ya Bu. Ibu juga sebaiknya segera pergi tidur dan beristirahat." "Iya baiklah, selamat malam Sintia sayang." "Selamat malam Bu." Sahut gadis itu lalu segera per