LOGIN"Aluna, ini Aryan. Pria yang aku ceritakan padamu itu." ujar Miko.
Aluna pun melihat ke arah Aryan sambil tersenyum kecil. "Perkenalkan nama saya Aluna." ujar Gadis itu dengan suara lembut. "Duduklah." sahut Aryan dengan sedikit ketus. "Aku dengar katanya kamu berasal dari kampung dan baru pertama kali datang ke Jakarta, kenapa kamu sampai senekat itu?" tanya Aryan. "Mau bagaimana lagi Mas, saya tidak memiliki pilihan lain lagi karena ada Bude yang harus saya bahagiakan. Saya datang ke Jakarta niatnya ingin mencari pekerjaan." "Lalu apa kamu memiliki saudara disini?" Aluna pun menggelengkan kepalanya dengan ekspresi wajah yang sedih. "Sebenarnya ada teman saya di kampung yang sudah lama tinggal dan bekerja di Jakarta, Dia itu sudah sukses dengan bekerja di perusahaan besar. Niatnya saya ingin menumpang di tempat teman saya itu, tapi tiba-tiba saja teman saya meminta saya untuk kembali ke kampung karena mendadak dia tidak bisa menampung saya." "Untung saja saya bertemu dengan Mas Miko ini, katanya Mas Miko akan memberikan saya sebuah pekerjaan. Saya bisa memasak dan mengerjakan berbagai pekerjaan rumah, jika berkenan saya harap bisa di pekerjaan di rumah ini." ungkap Aluna dengan polosnya. "Dan Aluna juga setuju untuk di jadikan sebagai istri sewaan, benar begitu kan Aluna." celetuk Miko. "Hhmm, iya." balas Aluna sambil menganggukkan kepalanya pelan. "Aku belum bisa memberikan keputusan soal pernikahan, aku butuh waktu untuk berpikir agar tidak salah langkah, tapi untuk sementara dia bisa tinggal disini dan membantu pekerjaan Mbok Jum. Setidaknya aku bisa membatunya dengan memberikan sebuah pekerjaan untuk nya." Ujar Aryan dengan tegas. "Terimakasih banyak Mas Aryan, saya sangat senang sekali karena saya bisa bekerja disini. Saya janji akan bekerja dengan baik dan tidak akan membuat kalian kecewa pada saya." sahut Aluna dengan ekspresi wajah yang begitu senang. Tak banyak bicara, Aryan pun lebih memilih untuk kembali ke kamar nya lagi. "Mas Miko, terimakasih banyak ya karena sudah mau membantu saya lagi. Mas Miko adalah orang yang paling berjasa di hidup saya, saya janji tidak akan pernah lupa dengan kebaikan Mas Miko." "Sama-sama Aluna, kamu tidak perlu berlebihan seperti itu. Mungkin saja Tuhan sudah mengatur pertemuan kita ini, bekerjalah dengan baik disini. Dan kamu harus tahu satu hal, Aryan itu memang kelihatan sangat cuek sekali tapi dia itu pria yang baik, hanya saja dia sangat tegas itulah kenapa dia terlihat sangat galak." "Aku sama sekali tidak merasa begitu, justru aku bisa melihat jika Mas Aryan adalah orang yang sangat baik. Aku benar-benar merasa beruntung bisa bertemu dengan orang seperti kalian berdua." "Mbok Jum." panggil Miko. Dengan cepat wanita paruh baya itu pun segera datang. "Iya Dan Miko, apa Den Miko butuh sesuatu?" tanya Mbok Jum. "Hari ini Aluna akan bekerja disini untuk menantu Mbok Jum, tolong antarkan Aluna ke kamar nya Mbok." "Baik Den, ayo Non." ajak wanita paruh baya itu yang tampak senang. Aluna pun menganggukkan kepalanya dan berjalan mengikuti Mbok Jum. "Jika Aryan menolak untuk menikah dengan Aluna, itu berarti aku harus mencari Gadis lain lagi. Entah sampai kapan tugasku ini segera berakhir." Gumam pria itu yang terlihat lelah. "Ayo masuk non, ini kamar nya Non Aluna sekarang." "Ini kamar pembantu mbok?" "Iya Non, ini kamar pembantu di rumah ini." "Ya ampun Mbok, kamar pembantu di rumah ini sangat bagus sekali ya. Bahkan jika dibandingkan dengan kamarku di kampung jelas lebih bagus kamar disini, bagaimana dengan kamar utama nya pasti sangat mewah dan besar sekali." ujar Aluna yang merasa takjub. "Ya begitulah kehidupan orang kaya Non, dengan kita bisa tinggal dan bekerja disini saja itu sudah seperti sesuatu yang sangat membanggakan sekali. Mbok harap Non Aluna bisa betah bekerja disini bareng si Mbok." sahut wanita paruh baya itu. "Iya Mbok, Mbok Jum tenang saja aku bisa melakukan berbagai pekerjaan rumah kok. Tapi meskipun begitu, aku harus tetap banyak belajar dari Mbok Jum mengenai kebiasaan yang ada di rumah ini, mana yang boleh dan tidak boleh aku lakukan." "Tentu saja si Mbok pasti akan mengajari Non Aluna, ya sudah lebih baik sekarang Non Aluna istirahat dulu saja ya. Si Mbok akan bawakan makanan, pasti Non Aluna belum makan kan?" Aluna pun hanya merespon dengan tersenyum kecil, lalu Mbok Jum pun segera pergi ke dapur. Saat sedang melihat-lihat suasana di kamar itu, tiba-tiba saja handphone miliknya berdering. "Bude menelpon, ya ampun aku hampir lupa untuk mengabari Bude." dengan cepat gadis itu pun segera menjawab panggilan telpon itu. "Assalamualaikum Bude." "Waalaikumsalam, Aluna sayang apa kamu sudah sampai di Jakarta nak? kamu sudah bertemu dengan teman mu itukan nak? Bude disini tidak bisa tenang karena terus menunggu kabar dari kamu, untunglah kamu segera menjawab telpon dari Bude." ujar wanita paruh baya itu dengan banyak pertanyaan. "Alhamdulillah aku sudah sampai di Jakarta Bude, maaf ya karena aku tidak langsung mengabari Bude dan sudah membuat Bude merasa khawatir. Disini aku juga baik-baik saja kok, jadi Bude tidak perlu cemas lagi ya." sahut Aluna. "Syukurlah, Bude merasa lega sekarang. Kamu sudah bertemu dengan temanmu itukan Aluna?" "Tidak Bude, saat ini aku tidak sedang bersama Sintia. Saat aku menelponnya tadi, tiba-tiba saja dia meminta aku untuk kembali pulang karena dia tidak bisa menampung aku di tempat nya. Untung saja aku bertemu dengan orang baik, dan Alhamdulillah nya aku sekarang sudah mendapat pekerjaan juga. Ya meskipun hanya sebagai seorang pembantu, tapi aku merasa senang sekali." "Mungkin itu sudah rejeki kamu Aluna, bersyukurlah karena kamu masih bisa bertemu dengan orang baik disana. Apapun pekerjaan nya yang paling penting halal, dan kamu harus bekerja dengan baik ya jangan sampai membuat majikan kamu kecewa." "Iya Bude, aku pasti akan selalu ingat pesan Bude ini. Disini juga ada Mbok Jum, orang yang bekerja di rumah ini juga. Sepertinya usia Mbok Jum tidak jauh beda dengan usia Bude, dan Bude harus tahu aku bekerja di rumah yang sangat besar sekali seperti istana." "Benarkah? Bude ikut senang mendengarnya, ya sudah sekarang lebih baik kamu istirahat dulu ya, jangan lupa untuk sering mengabari Bude tentang kondisi kamu disana ya Alun." "Baik Bude, aku berharap disana Bude selalu baik-baik saja dan jaga kesehatan Bude ya. Aku pasti akan selalu merindukan Bude." "Iya Aluna sayang, kamu tidak perlu mengkhawatirkan Bude disini fokus saja pada pekerjaan kamu ya. Bude tutup dulu telponnya, Assalamualaikum." "Waalaikumsalam." Balas Aluna, lalu menutup telponnya.Melihat Aluna yang sendirian, Kirana pun langsung datang menghampiri nya. "Aluna, kamu boleh saja mendapatkan pujian dari banyak orang atas penampilan mu hari ini, dan aku tidak peduli sama sekali dengan hal itu. Karena yang penting bagiku, Aryan akan turun ke bawah dengan memakai kemeja yang sudah aku berikan untuk nya tadi." Bisik Kirana dengan pelan. Mendengar hal itu, tentu saja membuat Aluna pun terkejut dan menatap Kirana."Kenapa? Kamu pasti sangat terkejut karena aku menghadiahkan barang yang sama seperti kamu, tentu saja aku juga ingin memberikan sebuah kemeja untuk Aryan." "Tadinya aku memang tidak akan memberikan itu sebagai kado, karena aku merasa itu hanyalah barang biasa saja. Tapi saat mendengar kalau kamu akan memberikan Aryan kemeja sebagai kado ulang tahun, akhirnya aku berpikir untuk melakukan hal yang sama." "Kamu jangan terlalu merasa senang Mba, bagaimana jika Mas Aryan memakai hadiah pemberian dariku, bukan hadiah darimu." Sahut Aluna. "Itu tidaklah mungkin
Sore harinya, pada saat jam pulang kantor Aryan terkejut saat ban mobil nya kempes. "Loh kenapa ban mobil nya bisa kempes begini, perasaan tadi pagi baik-baik saja." Gumam pria itu dengan ekspresi bingung. Dengan terpaksa, dia pun meminta karyawan nya untuk memanggil montir agar bisa cepat di perbaiki."Ada-ada saja, kenapa kejadian seperti ini harus terjadi sekarang. Tidak ada pilihan lain lagi, aku terpaksa harus menunggu disini dan pulang terlambat." Ujar pria itu lalu kembali masuk ke dalam kantor nya. Di kejauhan, ternyata Miko dan Sintia sedang melihat semua yang terjadi pada Aryan. "Pak, apa kita tidak keterlaluan sudah membuat ban mobil Pak Aryan kempes?" Tanya Sintia. "Tentu saja tidak, ini adalah bagian dari rencana kejutan itu. Jika Aryan pulang ke rumah lebih cepat, semua kejutan yang disiapkan bisa gagal, dan kita harus lebih dulu sampai di rumah Aryan sebelum Aryan pulang." "Belum lagi kita juga harus membeli hadiah nya dulu kan." Ujar Miko. "Ya sudah ayo kita per
Diam-diam Kirana masuk ke dalam kamar Aluna, dan mengambil kado yang sudah Aluna siapkan untuk Aryan, kebetulan kado itu Aluna simpan di atas tempat tidur nya. "Saat ini keberuntungan berpihak padaku, aku tidak perlu repot-repot mencari kado milik Aluna, karena kado itu sudah ada di depan mataku sekarang. Aku yakin sekali pasti ini hadiah yang sudah Aluna siapkan untuk Aryan." "Aluna itu memang sangat ceroboh sekali, bisa-bisanya dia meletakkan kado ini di sini begitu saja." Ujar Kirana sambil tersenyum licik. Dia pun segera membuka bingkisan kado itu, lalu mengeluarkan isi di dalam nya. "Apa aku tidak salah, Aluna memberikan Aryan kemeja berwarna biru cerah seperti ini, jelas-jelas Aryan tidak akan menyukai nya. Selera wanita kampungan itu memang sangat jelek sekali, tapi tidak masalah aku juga tidak akan membiarkan Aryan sampai memakinya." "Karena aku akan merusak kemeja ini dengan tangan ku sendiri, jika kado nya rusak tentu saja Aluna tidak akan bisa memberikan apapun pada A
"Pak Miko." Panggil Sintia."Iya Sintia, ada apa?" Sahut Miko. "Pak, apa bapak sudah tahu kalau nanti malam ada pesta perayaan ulang tahun nya Pak Aryan. Aluna tadi menghubungi aku dan mengundang aku untuk datang." "Iya aku tahu, Aluna juga memberitahu aku soal itu. Tapi ini adalah rahasia, jangan sampai Aryan tahu soal ini karena yang ada kejutan nya akan gagal." "Iya Pak, aku juga tidak akan memberitahu nya pada Pak Aryan. Oh iya apa Pak Miko sudah membeli hadiah untuk Pak Aryan, kalau belum kita bisa membeli hadiah nya bersama-sama." "Hhmm belum sih, kalau begitu sepulang dari kantor kita akan pergi sama-sama membeli hadiah itu." "Iya Pak, ya sudah saya permisi dulu ya Pak." "Iya." Balas Miko menganggukkan kepala nya. Sementara itu, Aluna baru saja selesai membuat kue ulang tahun yang begitu cantik dan indah. "Wah Non kue ulang tahun nya sangat cantik sekali, ini bagus sekali Non. Si mbok tidak menyangka kalau ternyata Non Aluna juga pintar membuat kue." Ujar Wanita paruh b
Keesokan harinya, Kirana pun terlihat sibuk menghias rumah itu untuk acara perayaan ulang tahun Aryan. "Lihatlah Kirana, dia terlihat sangat sibuk sekali menyiapkan segalanya. Mama yakin sekali dia melakukan semua itu agar mendapatkan pujian dari Aryan dan bisa terlihat lebih baik dari pada kamu." Ujar Bu Rianti. "Biarkan saja Kirana melakukan apapun yang dia inginkan, aku juga akan melakukan apa yang akan aku lakukan. Aku juga tidak ingin bersaing dengan siapapun." Sahut Aluna. "Tapi kamu tidak bisa jika hanya diam saja Aluna, kamu juga harus melakukan sesuatu. Jangan biarkan orang lain merusak hubungan rumah tangga kamu, sebagai seorang istri kamu juga harus bisa tegas." "Yang di katakan ibu mertuamu itu benar Aluna, kamu harus bisa tegas dan jangan diam saja." Ujar Bude Ratmi yang tiba-tiba saja datang. "Bude." Sahut Aluna dengan sedikit gugup. "Aluna, jujur saja Bude merasa tidak suka dengan Kirana. Sepertinya dia tidak sebaik kelihatannya, kamu harus bisa menjaga rumah tang
Terlihat Aluna dan yang lainnya sedang makan malam bersama. Bude Ratmi terlihat sangat senang sekali saat semua orang menyantap makanan yang dia masak dengan lahap. "Bu Ratmi, masakan nya sangat enak sekali suami saya sampai nambah beberapa kali." Puji Bu Rianti. "Iya mah, mumpung Bu Ratmi ada disini cobalah mama belajar memasak darinya." Lanjut Pak Lukas. "Iya Pah, mulai besok Mama akan belajar memasak dari Bu Ratmi dan Aluna, agar Mama juga bisa membuat makanan yang enak untuk Papa." "Syukurlah kalau kalian semua menyukai makanan nya, saya sangat senang sekali. Dan dengan senang hati, saya pasti akan mengajari Bu Rianti memasak sampai jago." Sahut Bude Ratmi."Pantas saja masakan Aluna itu sangat enak, karena memang menurun dari Bude. Terimakasih ya Bude, sudah menurunkan bakat Bude pada istriku." Ucap Aryan. Aluna pun langsung tersenyum mendengar suaminya bicara seperti itu, begitu juga dengan yang lainnya. "Keluarga ini jadi sangat lebay sekali, padahal rasa masakan nya juga







