Share

Hanya Bisa Pasrah

"Bukankah kita pernah bertemu sebelumnya?" Andriana menoleh. Benar, pria ini yang menolongnya pada malam itu. 

"Lalu? Aku sudah berterima kasih kepadamu," balas Andriana dengan begitu dingin. Raut wajahnya terlihat cuek, serasa tidak ingin berbicara dengan Daniel.

"Jangan terlalu angkuh. Aku semakin suka dengan wajahmu yang cantik itu," celetuk Daniel. Rasanya menggelitik saat lelaki itu meraih pinggul Andriana. 

"Belum waktunya berdansa! Jangan menyentuhku!" Peringat Andriana. Daniel mulai beraksi dan tidak semudah itu melepaskan mangsanya. 

"Kamu akan menjadi istri ku. Sementara orang-orang di sini hanya mengetahui kedekatan kita saja. Andriana, ingatlah dirimu sudah menjadi milikku!" Daniel berbisik tepat di telinga Andriana. Deru nafas membuat lehernya terasa agresif. 

"Lelaki ini pintar membuatku terangsang! Sialan," cetusnya dalam hati. Andriana tidak bisa berkutik sekarang. 

Daniel akan membawanya ke suatu tempat. "Kamu harus ikut denganku. Bibir sexy itu membuatku tergoda!" Daniel mengelus bibir gadis itu perlahan. Andriana menolak. Ia pikir Daniel tidak akan berbuat senekat ini padanya, ternyata lebih dari pikirannya. 

"Sialan! Jika ada yang melihat kamu sendiri yang malu!" Andriana benar-benar tidak bisa berkutik. Ia dibawa ke ruangan sepi, lelaki itu menguasainya sekarang.

"Tidak akan. Karena aku akan membawamu ke tempat yang tertutup!" Semua orang akan sibuk dengan pesta meriah ini. Sedangkan Daniel memiliki beribu cara untuk meluluhkan gadis keras kepala ini. "Kamu akan kudapatkan malam ini juga!" Lelaki itu terus berbisik. 

"Jangan menyentuhku! Dasar manusia iblis lepaskan aku!" Andriana terus memberontak dan pada akhirnya dia terbebas dari Daniel mencoba kabur, saat lift akan tertutup Andriana bisa meloloskan diri. 

"Sialan! Gadis itu sangat berani," umpatnya kesal.

"Belum menjadi suami tetapi sudah berani menyentuhku. Dia pikir aku gadis murahan? Sial. Ayah terlalu percaya dengan wajah tampannya!" Andriana berjalan kembali ke pesta. Tapi, dia meminta Mark untuk mengantarkannya ke parkiran mobil. 

"Ada apa denganmu, Riana?" Mark bertanya kepada Adiknya yang tiba-tiba meminta pulang, acara juga belum selesai.

"Aku hanya sakit kepala, Kak," jawab Andriana. 

"Apakah Daniel melakukan sesuatu yang buruk?" Mark mencoba bertanya lagi. 

"Tidak, Kak. Sepertinya aku tidak enak badan," dusta Andriana. Padahal untuk menghindari lelaki biadap itu adalah hal yang lebih penting sekarang. 

"Baiklah. Setelah sampai di rumah kamu istirahat ya," kata Mark. 

Andriana mengangguk. Masuk ke dalam mobil diantar pulang oleh Sopir pribadi. Andriana menyadarkan kepalanya santai memandangi luar jendela. Sebentar lagi dia akan menikah dengan Daniel, kenapa terlalu cepat? Andriana bimbang. Bagaimana dengan pacarnya jika mengetahui kalau dirinya akan menikah dengan orang lain. 

"Kenapa hidupku menjadi rumit," keluhnya.

"Pak, kita mampir ke diskotik!" Ia mau menghilangkan penatnya sejenak.

***

Andriana menuju meja makan dengan mata yang masih mengantuk, cewek itu masih kusut dengan piyama tidurnya. Membuka matanya lebar-lebar sarapan sudah siapkan oleh sang kakak dan Andriana hanya menurut pada kakaknya, tadi saja Mark yang membangunkannya. Andriana mulai duduk tegap dan membuka matanya. Di hadapannya sudah ada susu dan roti berselai strowberry. 

"Sarapan dulu setelah itu mandi. Kakak tidak akan memberi kunci mobilmu kalau tidak sarapan pagi ini!" Mark serta mengancam Andriana. 

"Kakak dengar, kamu telat kan kemarin? Bukan dengar lagi, tapi kakak lihat kamu lari di lapangan! " Mark membuat Andriana menghentikan kunyahan nya. 

"Salah kakak! Kenapa tidak membangun ku," cetusnya lalu mengunyah roti. 

"Ck, aku sudah menggedor pintu kamarmu dan kamu bahkan tidak bangun! Kunci cadangan harus kakak yang pegang!" Ancam Mark kembali memarahi Andriana itu penting, karena siapa yang akan memarahinya kalau bukan Mark. 

"Iya, iya, Kak. Kakak ku yang paling tampan!" Andriana mengalah pagi ini dari pada kunci mobil di tahan.

Di kampus besar itu, tidak ada yang mengetahui kalau Andriana memiliki seorang kakak laki-laki tampan. Memang sengaja mereka diam-diam untuk tidak memberitahu orang lain. Sebab, Andriana tidak mau orang lain tahu kakak laki-lakinya memiliki Adik seperti dirinya. 

Sadar dirikan si cantik. 

Andriana dan Mark beda satu tahun karena setelah sang Ibu melahirkan anak kedua meninggal dunia. Membuat Marvelino harus mengurus kedua anaknya dan membesarkannya sendiri. Sosok Ayah yang berjuang untuk kehidupan anaknya tapi setelah mereka dewasa Marvelino kembali fokus pada pekerjaan. 

Ia tahu kelakuan putrinya yang sangat jauh dengan Mark membuat Marvelino bingung harus cara apalagi agar Andriana tidak membuat ulah. Dulu Andriana sempat masuk Asrama di Amerika, tapi tidak bertahan lama karena Andriana membuat kenakalan sampai teman-temannya takut. Tentu saja orang tua mereka tidak bisa kalau Andriana tetap di asrama tersebut.

"Semalam kamu pergi kemana sama Daniel?" Pertanyaan Mark membuat Andriana bingung. 

"Maksud kakak?" 

"Kamu mabuk berat, dia yang membawa kamu pulang ke rumah tengah malam. Astaga, Riana! Kalau dia bukan laki-laki baik pasti kamu sudah diperkosa!" Menyentak Adiknya yang susah sekali dikasih tahu. Anak perempuan suka main malam-malam dan mabuk sendirian, pulang sendirian!

"Apa iya? Padahal aku tidak banyak minum kok," balasnya membela diri. 

"Apa kamu bilang? Kamu muntah, kamu seperti orang gila ketawa-ketawa sendiri!"

"Masa sih?"

Flashback kejadian tadi malam.

Andriana panggilan Riana, dia sedang mabuk berat hingga tak bisa berdiri kemudian tertidur. Di paha seseorang yang sama sekali tidak ia kenal sebelumnya. Lelaki itu, Daniel yang mengikuti Andriana keluar dari pesta untuk menghindarinya, tanpa pikir panjang dia akan mengantarkan Andriana pulang ke rumah. 

"Kenapa aku harus menikah dengan dia?!" Andriana sambil meneguk sudah 50% mabuk. Matanya sayup-sayup. "Kalau aku kabur, bagaimana ya pasti Ayah akan benar-benar bangkrut." Kemudian gadis itu benar-benar tidak sadarkan diri lagi.

Daniel mendengarnya."Kamu pikir, aku mau denganmu? Ck, kamu salah besar cantik!"

"Merepotkan! Kalau dia bukan bagian dari rencana kami. Aku malas membawanya!" Daniel membopong tubuh gadis itu lalu mengantarkannya pulang ke rumah.

"Tapi dia cantik juga, ya. Sexy," pujinya seraya melihat paha mulus Riana membuatnya sedikit berpikiran jorok. Dia bertemu dengan Andriana kedua kalinya, sebelumnya dia pernah bertemu dengan wanita ini. 

"Argh! Lumayan juga, aku bawa dia ke rumah atau hotel?" Lelaki itu tersenyum miring. "Tidak, aku harus mengendalikan diriku. Biasanya aku tidak tergoda dengan siapapun tapi kok, 'milikku' tak sabaran?" Ucapnya seraya melihat ke bawah dibalik celananya.

Daniel mengabaikannya. Dia segera membawa Riana pulang ke rumah daripada nanti kemalaman. Sebenarnya Daniel ini tidak ingin menikah dengan Andriana karena umur mereka terpaut cukup jauh. Apalagi, Daniel ini orang yang cukup dewasa, berpikiran luas serta sibuk akan perusahaan yang dia kelola. Ketika sang Ayah menjodohkannya dengan anak berusia 21 tahun, tentu saja ia menolak.

Dia sungguh tidak mau membayangkan hidup bersama anak kecil itu yang katanya juga gadis nakal. Ya, kerajaannya mabuk, suka sekali melanggar aturan kampus. Daniel benar-benar menentang perjodohan ini. Kalaupun keduanya menentang hubungan ini, maka mereka akan mendapatkan hukuman dari orang tua mereka masing-masing. Menjadi anak pebisnis besar, hutang dimana-mana dan mencoba mempertahankan perusahaan agar tetap maju. Daniel dan Andriana harus menikah secara diam-diam, orang tua mereka punya alasan masing-masing. Intinya saling menguntungkan. Ditambah Daniel harus membalaskan dendam kepada keluarga Andriana, makanya Daniel harus menikahi gadis itu meski tidak ada cinta sekalipun.

Huek!

Huek! 

Andriana muntah-muntah di mobil Daniel sebagian baju Andriana juga kena muntahan dia sendiri. Lelaki itu berhenti, "Dasar jorok! Ya Tuhan, kenapa aku harus menikah dengan orang yang bukan tipeku, menjijikkan sekali!" Omelnya seraya memberikan jas miliknya menutup dress Andriana yang terkena muntahan.

Sesampainya di depan rumah. Ada beberapa pengawal yang berjaga di depan kemudian menghampiri Daniel, setelah tahu siapa, mereka langsung membantu lelaki itu membawa Andriana. "Bawa dia ke dalam, apa Tuan Marvelino sudah pulang?" Daniel bertanya. Ini sudah tengah malam tentu saja sudah pulang.

"Sudah Tuan. Beliau sedang beristirahat," jawab pengawal.

"Oh baiklah." Daniel langsung masuk kembali ke dalam mobil untuk pulang. Dia tidak sadar kalau ponsel Andriana ketinggalan hanya tas saja yang dia berikan kepada pengawal itu. Daniel berpikir besok saja mengembalikannya sekalian membahas pertemuan ketiga kalinya dengan Andriana.

Flashback off.

"Jadi, dia yang membawaku pulang?" Andriana baru ingat serta dia malu kenapa harus Daniel yang membawanya pulang. 

"Makanya, jangan mabuk! Kapan kamu mau berubah tidak mabuk lagi? Kalau kamu hidup bersama Daniel, kamu bakal dilarang kemana-mana. Dia itu orangnya selalu hati-hati, dia bukan pria nakal seperti kakak-kakaknya." Mark mengomeli dan memberitahu Adiknya. Sedangkan Andriana menundukkan kepalanya mendengarkan omelan dari kakaknya.

"Dia pasti sangat posesif, dan aku akan dilarang kemana-mana? Hem, aku tidak mau!" 

"Mungkin kamu juga seperti binatang peliharaannya," ucap Mark membuat Andriana membayangkan betapa miris hidupnya tinggal bersama Daniel.

"Sialan!" Andriana percaya apa yang kakaknya katakan.

"Mark, jangan membuat Adikmu takut. Daniel itu lelaki baik, dia hanya gila dengan pekerjaannya. Dia akan merubah Andriana menjadi wanita yang baik dan penurut. Ayah yakin!" Marvelino menyahut. Ia sudah percaya dengan Daniel yang 100% akan membuat anaknya bahagia.

"Mungkin saja begitu, tapi kalau sebaliknya? Ayah pasti akan menyesalinya!" 

"Tidak, Nak! Ayah tidak akan menyesal. Daripada kamu kelayapan tidak jelas dengan pacar kamu," balas Marvelino. Pria itu tidak menyukai pacarnya Andriana yang sekarang karena nakal dan membawa dampak buruk untuk putrinya.

"Jangan bawa-bawa pacar aku!"

"Kan, kamu masih berani melawan Ayah!" Marvelino menyentak putrinya yang kemudian langsung diam dan menunduk. Marvelino paling tidak suka ada yang menentang keputusannya.

"Siap-siap, hari ini Daniel mau menjemput kamu! Jangan membuat Ayah malu kalau kamu masih mau hidup dengan fasilitas mewah dan kuliah di kampus yang kamu inginkan!" Kemudian Marvelino langsung berangkat pergi ke kantor karena hari ini ada meeting pagi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status