Share

BAB 2

last update Last Updated: 2023-10-31 12:37:07

 

Yesika menatap Roby dengan kesal. Sudah hampir setengah jam mereka berdebat, tapi kesepakatan masih terasa jauh dari genggaman. Meyakinkan pacarnya ini ternyata jauh lebih sulit daripada meyakinkan Silia.

 

 

“Kamu gila, Yesi! Ini sama aja kamu jual aku!” suara Roby meninggi, matanya berkilat marah. Ia benar-benar tak menyangka gadis yang selama ini ia cintai tega memintanya menikahi wanita lain hanya demi uang.

 

 

“Roby, yang jual kamu siapa? Ini aku lakukan demi masa depan kita. Ini untuk modal kita menikah nanti.”

 

 

“Yesi, aku yang bakal mikirin itu! Aku bisa kerja keras! Kamu nggak perlu maksain aku buat... ”

 

 

“Nggak cukup, Roby!” potong Yesika tajam. “Sekeras apa pun kamu kerja, nggak akan cukup buat modal nikah, apalagi hidup nyaman! Lima tahun kerja siang-malam pun belum tentu kita bisa kumpulin uang segitu! Aku nggak mau hidup susah kayak Ibu aku! Aku nggak mau jadi buruh cuci di rumah orang karena suami aku nggak bisa ngasih nafkah!”

 

 

Roby mengepalkan tangan, berusaha meredam emosinya. “Aku bukan Bapak kamu, Yesi. Aku nggak bakal... ”

 

 

“Bapak aku pengangguran, maksud kamu?!” suara Yesika naik satu oktaf.

 

 

Roby menghela napas, berusaha tetap tenang. “Aku nggak bilang gitu, Yesi. Aku Cuma mau kamu tahu kalau aku nggak bakal biarin kamu hidup susah. Aku kerja, aku punya niat baik buat masa depan kita.”

 

 

Yesika menyilangkan tangan di dada. “Rajin aja nggak cukup, Roby. Kita juga harus pintar dan tahu kapan harus berkorban. Hidup enak butuh modal!”

 

 

Roby menatapnya tajam. “Kenapa aku yang harus tanggung jawab atas kehamilan teman kamu? Kenapa bukan cowok yang ngehamilin dia?”

 

 

“Masalahnya nggak sesederhana itu!” suara Yesika meninggi, nadanya terdengar frustrasi.

 

 

Roby menggeleng, menatap gadis itu dengan sorot terluka. “Aku cinta kamu, Yesi. Selama ini, semua yang aku punya, aku kasih buat kamu. Aku tahu aku nggak kaya, tapi aku selalu berusaha buat bikin kamu bahagia. Tapi kenapa sekarang aku ngerasa kayak... aku aja yang cinta?”

 

 

Yesika mendengus. “Kamu mulai lagi! Maksud kamu apa sih?”

 

 

“Apa kamu juga cinta aku?”

 

 

“Ya iyalah, kamu pacar aku! Aneh-aneh aja pertanyaannya!”

 

 

“Kalau kamu beneran cinta, kenapa kamu tega biarin aku nikah sama perempuan lain Cuma karena uang?” Roby menatapnya lekat. “Kamu nggak sedikit pun cemburu?”

 

 

Yesika tersenyum tipis, seakan pertanyaan itu tidak penting. “Justru karena ini demi uang, aku nggak perlu cemburu. Kamu nggak cinta dia, kan? Lagian, mana mungkin kamu bisa jatuh cinta sama cewek kayak dia.”

 

 

Roby mengepalkan rahang, menahan kata-kata yang ingin meledak keluar. “Aku antar kamu pulang. Aku capek. Dan aku harap, lain kali kita ketemu, kamu nggak bahas ini lagi.”

 

 

Roby bangkit berdiri, melangkah pergi tanpa menoleh. Ia yakin Yesika akan mengikutinya, seperti biasanya.

 

 

Namun, langkahnya mendadak terhenti ketika mendengar suara Yesika.

 

 

“Kamu orang baik, Roby... Tolong temanku. Dia korban pemerkosaan. Kalau nggak ada yang menikahinya, dia bakal bunuh diri karena malu.”

 

 

Dada Roby seketika terasa sesak.

 

 

---

 

 

 

Silia berdiri di depan restoran cepat saji, menatap pintu kaca dengan gelisah.

 

 

“Namanya Roby. Dia kerja di Texas Chicken di mall. Kalau mau ketemu dia, langsung aja ke tempat kerjanya. Besok dia shift siang,” kata Yesika di telepon.

 

 

Silia menghela napas panjang. Tangan dan kakinya dingin. Ia selalu merasa canggung bertemu orang baru. Tapi hari ini, ia harus memberanikan diri.

 

 

Dengan langkah ragu, ia mendorong pintu kaca.

 

 

“Selamat siang! Mau pesan apa?” sapaan ramah dari kasir menyambutnya.

 

 

Silia memesan ayam dan soda dengan suara nyaris berbisik, lalu berjalan ke meja kosong. Matanya diam-diam mengamati ruangan, mencari seseorang yang tak pernah ia lihat sebelumnya.

 

 

Sebuah suara mencuri perhatiannya.

 

 

“Kamu yakin Kak Roby masuk shift siang?”

 

 

“Iya. Kata Mbak Kasir kemarin, dia masuk.”

 

 

Silia melirik ke meja sebelah, di mana tiga gadis remaja duduk cekikikan.

 

 

“Mana dia? Belum keluar? Eh, itu dia tuh!”

 

 

Silia menoleh mengikuti arah pandangan mereka.

 

 

Dan saat itu, dunia terasa melambat.

 

 

Sosok pria itu berjalan keluar dari dapur dengan tray di tangan. Langkahnya santai, gerakannya cekatan. Seragam kerjanya rapi, topi hitam di kepalanya semakin menonjolkan wajahnya yang... tampan.

 

 

Kulitnya bersih, bibirnya merah alami, hidungnya bangir, dan alisnya tebal. Wajah khas Indonesia dengan aura maskulin yang kuat.

 

 

Silia terpaku.

 

 

Selama ini, ia jarang mengagumi pria mana pun—kecuali Vatra, cinta pertamanya sejak SD. Tapi sekarang, jantungnya berdetak lebih cepat.

 

 

“Kak Roby... Sini deh, aku titip yang kotor,” panggil salah satu gadis SMA itu dengan nada genit.

 

 

Roby mendekat, mengangguk, dan membersihkan meja mereka tanpa berkata apa-apa.

 

 

“Kak Roby, minta nomor HP dong?” celetuk salah satu gadis.

 

 

Roby hanya tersenyum tipis, lalu pergi begitu saja tanpa menjawab.

 

 

Ketiga gadis itu manyun.

 

 

Silia tersenyum puas. "Sukurin!" katanya dalam hati.

 

 

Setelah mereka pergi, Silia masih duduk di tempatnya. Ia harus berbicara dengan Roby, tapi bagaimana?

 

 

Akhirnya, ia berdehem pelan. “Mas, bisa minta tolong angkat yang kotor?”

 

 

Roby mengangguk, tangannya cekatan membersihkan meja Silia.

 

 

Saat ia hendak berbalik, Silia memberanikan diri.

 

 

“Roby...”

 

 

Roby berhenti.

 

 

“Saya... saya temannya Yesika,” kata Silia dengan suara bergetar.

 

 

Seketika, ekspresi Roby berubah. Tatapannya tajam, penuh ketegangan.

 

 

“Sekarang aku masih kerja. Kalau mau bicara, aku keluar jam empat sore.” Suaranya datar, nyaris tanpa emosi.

 

 

Silia melirik jam tangannya. Masih jam satu siang.

 

 

“Saya... Saya tunggu di luar,” katanya, hampir terbata-bata.

 

 

Tanpa menjawab, Roby berbalik dan pergi.

 

 

Silia menatap punggung pria itu dengan dada bergemuruh.

 

 

Ini akan menjadi pertemuan yang sulit.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pernikahan Berbayar Si Gadis Culun    Bab 77

    Silia mendekat, tangannya menyentuh jemari Roby yang menggenggam pegangan koper. “Kita pernah saling tolong, saling rawat. Tapi malam ini, aku ingin kita saling miliki.”Roby membuka mata. Ada air bening menggantung di sana. “Beneran?”Silia tersenyum kecil. “Iya. Kali ini bukan karena keadaan. Tapi karena aku yang memilih.”Ia menarik koper dari tangan Roby, meletakkannya di sudut ruangan. Lalu dengan langkah tenang, menggandeng lelaki itu masuk ke kamar.Kamar mereka tidak terlalu besar, tapi nyaman. Bayi mereka sedang tertidur di boks kecil, tubuh mungilnya digerakkan nafas lembut yang damai. Seolah tahu bahwa malam ini, orang tuanya sedang memilih untuk tetap bersama.Silia duduk di tepi ranjang. Ia membuka cardigan pelan, menyisakan kaus tipis yang membentuk siluet tubuhnya yang belum sepenuhnya pulih dari melahirkan.“Tubuhku mungkin belum ideal lagi,” gumamnya pelan, nyaris takut. “Tapi ini aku. Apa adanya.”Roby berdiri di hadapannya. Ia ta

  • Pernikahan Berbayar Si Gadis Culun    Bab 76

    “Kamu pikir hidup aku gampang? Dari kecil aku dibesarkan bapak kayak dia. Pemalas, tukang pukul, penjudi. Ibuku sibuk kerja jadi tukang cuci. Nggak ada yang ngajar aku cara jadi baik, Silia. Yang aku tahu Cuma... cewek harus kuat. Dan satu-satunya kekuatan yang aku tahu... ya cowok. Duit. Gaya hidup.”Silia mengangguk pelan. “Kamu boleh marah. Tapi kamu juga boleh sembuh. Kamu boleh salah... asal kamu mau bangkit.”Yesika membuang muka. Kesal. Tapi juga mulai tampak goyah.“Yesi,” Silia menggenggam ujung jendela kaca pembatas. “Aku nggak benci kamu. Aku datang bukan buat balas dendam. Aku cuma pengen kamu tobat. Karena kamu masih bisa. Masih sempat.”Yesika menunduk. Bahunya naik turun. Tapi wajahnya tetap menegang.“Udahlah. Pulang aja. Aku nggak butuh dikasihani.”Silia menarik napas panjang. Ia berdiri, mengambil tas kecilnya, dan bersiap pergi. Namun sebelum melangkah keluar, ia berkata lirih,“Terima kasih Yesi, karena udah mau jadi temanku se

  • Pernikahan Berbayar Si Gadis Culun    Bab 75

    “Oke. Lokasi antar kita tentuin nanti malam. Harga fix. Bayar cash. No drama.”Yesika menyeringai. “Akhirnya. Kita bisa kabur dari hidup gembel ini.”Dandi mengangguk. Tapi matanya tak sepenuhnya yakin. Ia menatap bayi kecil itu, dan untuk sejenak... ada sesuatu di tatapannya. Mungkin kasihan. Mungkin hanya ragu.Tapi Yesika tidak memberinya waktu berpikir.“Buang kartu SIM itu sekarang. Dan jangan pernah nyebut nama Silia atau Roby lagi. Kita harus bersih. Titik.”Dandi mengambil SIM card dari ponsel dan mematahkan pelan-pelan. Suara ‘krek’ kecil terasa lebih berat dari biasanya.“Besok kita berangkat pagi-pagi. Kalau bisa sebelum ada yang nyari.”Yesika membenahi tas, mengambil uang receh dari dompet kecil mereka, lalu berkata datar, “Anak ini tiket kita. Cuma sementara. Tapi cukup buat mulai hidup baru. Jauh dari kemiskinan busuk ini.”---Di tempat lain, di sebuah warung kopi pinggir jalan, dua pria duduk memandangi layar laptop dari

  • Pernikahan Berbayar Si Gadis Culun    Bab 74

    Dandi tak berkedip. Menatap Yesika dengan serius.“Bapak kenal orang. Yang bisa ‘nampung’. Harganya tinggi... tapi harus bayi yang baru lahir. Gampang dijual.”Yesika mengangguk pelan. “Lakuin aja Pak. Biar Silia ngerasain. Rasanya kehilangan. Rasanya dihancurkan. Sama kayak aku.”Tak ada lagi suara. Tak ada lagi tawa. Hanya diam dan nafas yang berat.Rencana itu belum bulat. Tapi bibitnya sudah tumbuh. Di ruang pengap, di antara abu rokok dan reruntuh harga diri, dua manusia itu mulai menyulam kehancuran untuk satu jiwa tak berdosa—yang bahkan baru lahir ke dunia.**Rumah kontrakan kecil itu masih setengah sepi saat Silia menyalakan kompor. Tangannya sibuk mengaduk bubur, sesekali menoleh ke arah kamar.Putri kecilnya baru saja tertidur. Ia sendiri masih kelelahan, tubuhnya belum benar-benar pulih setelah persalinan. Tapi pagi ini Roby harus keluar, mengambil paket susu formula yang habis sejak kemarin. Ia tak keberatan. Roby sudah melakukan sega

  • Pernikahan Berbayar Si Gadis Culun    Bab 73

    Setelah kelahiran bayi itu, hidup Silia berubah jadi teka-teki yang tak punya jawaban pasti. Bayinya sehat, Roby tetap perhatian, dan Vatra makin sering datang. Tapi hatinya? Semakin berantakan.Pagi itu, Vatra mengajaknya sarapan di taman dekat rumah sakit. Hanya mereka berdua. Ia datang dengan setelan kasual dan senyum yang mematikan, seperti masa lalu yang belum pernah benar-benar ia kubur."Silia," katanya pelan setelah hening cukup lama. "Aku serius."Silia menoleh. "Serius apa?""Serius mau nikahin kamu. Bukan karena pengen memperbaiki masa lalu, tapi karena aku masih cinta. Aku mau kamu. Sama anak kamu. Aku bisa jadi ayahnya."Silia terdiam. Bahkan burung-burung di taman seolah ikut menahan napas."Aku tahu, selama ini mungkin kamu berpikir aku ninggalin kamu dulu. Tapi sekarang, aku balik bukan buat minta penjelasan. Aku balik buat ngelakuin apa yang harusnya aku lakuin dari dulu.""Vatra..." suaranya parau. "Kamu tahu aku udah nikah."

  • Pernikahan Berbayar Si Gadis Culun    Bab 72

    “Kalau kamu beneran sayang anak saya... kamu siap mundur kalau dia milih orang lain?”Roby mengangguk—meski itu mungkin akan membunuhnya. “Saya siap, Pa. Asal dia bahagia.”Arman menatap Roby lama. Untuk pertama kalinya, bukan dengan amarah atau pandangan remeh. Tapi dengan tatapan seorang ayah... yang melihat laki-laki di depan putrinya bukan lagi ancaman, tapi mungkin... perlindungan yang ia tak pernah tahu dibutuhkan.Sementara itu di dalam ruangan, Silia duduk bersandar, memeluk bantal menyusui sambil memperhatikan bayinya yang terlelap di dalam boks.Amira duduk di kursi sebelah tempat tidur, tangan mungilnya menggenggam jemari Silia yang kurus. Ada keheningan yang tak terburu-buru mereka pecahkan. Keheningan yang penuh luka, dan cinta, dan hal-hal yang tak pernah sempat diucapkan selama ini.“Mama minta maaf,” kata Amira akhirnya. Suaranya lembut, serak, seperti seseorang yang baru saja bangun dari mimpi buruk. “Mama harusnya jadi tempat kamu pulang...

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status