Home / Rumah Tangga / Pernikahan Bisnis Dua CEO / Bab 12 Malam Milik Gerald dan Clara

Share

Bab 12 Malam Milik Gerald dan Clara

Author: yourayas
last update Last Updated: 2025-07-03 15:39:17

Ciuman Clara adalah janji, bukan pertanyaan. Gerald merasakannya, kelembutan yang memabukkan. Tangannya terangkat, membalas dekapan Clara, menariknya lebih dekat seolah ingin memastikan kehangatan tubuhnya yang nyata. Aroma vanila dari rambut Clara, bercampur dengan wangi samar wine dan alunan jazzy, memenuhi indra Gerald, menenggelamkannya dalam momen memabukkan ini.

Clara sedikit menjauh, tatapan matanya yang teduh bertemu dengan Gerald. Ada pengertian tanpa batas di sana, seolah ia bisa membaca setiap sudut kelelahan dan kerinduan yang tersembunyi di balik sorot mata Gerald. Tak ada paksaan, tak ada tuntutan—hanya penerimaan murni.

Gerald tahu. Ia tahu ini adalah batas antara dua dunia yang telah ia bangun. Satu, dunia yang dingin dan penuh perhitungan, dengan pernikahan palsu dan ambisi yang tak pernah padam. Yang lain, dunia ini, bersama Clara, tempat ia bisa melepas semua topeng dan bernapas.

Tangan Gerald bergerak, membelai pipi Clara, merasakan kelembutan kulitnya yang halus.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pernikahan Bisnis Dua CEO   Bab 25 Pengingkaran

    Pertemuan Elena dengan tim konten di kafe berjalan dengan sangat baik. Diskusi mengalir lancar, ide-ide segar bermunculan, dan proposal program baru terasa menjanjikan. Elena merasa di elemennya, memimpin, mengarahkan, dan melihat visinya menjadi kenyataan.Elena melirik jam tangannya, lalu meraih ponsel. Waktu berlalu begitu cepat hingga ia tidak menyadari jam sudah menunjukkan pukul empat sore. Ia mengetik pesan singkat untuk Gerald: Pertemuanku kemungkinan selesai sekitar jam 17.30-17.45. Tidak lama kemudian, balasan singkat datang: Oke. Hanya itu. Tanpa embel-embel, tanpa pertanyaan, tapi cukup sebagai konfirmasi bahwa Gerald mengetahui dan akan menepati janjinya untuk menjemput. Gerald Aiden Mahatma adalah pria yang efisien, dan membiarkan Elena menunggu atau pulang sendiri setelah diantar adalah bentuk "inefisiensi" yang ia benci.Elena menatap balasan itu sejenak. Oke. Kata itu mencerminkan dengan sempurna hubungan mereka. Profesional, efisien, tanpa emosi berlebihan. Ia tahu Ge

  • Pernikahan Bisnis Dua CEO   Bab 24 Diantar

    Cahaya matahari pagi hari Sabtu menembus celah gorden, membangunkan Elena. Ia menggeliat, merasakan sisa-sisa kelelahan dari seminggu penuh pekerjaan dan drama pribadi. Pikirannya langsung tertuju pada hari Minggu besok: beribadah di gereja bersama orang tua Gerald. Sebuah tugas tambahan dalam daftar panjang kewajibannya sebagai 'istri' Gerald Aiden Mahatma.Sabtu biasanya adalah hari yang lebih longgar bagi Elena, meskipun sebagai CEO Atmaja Televisi, pekerjaan jarang benar-benar berhenti. Hari ini ia memiliki janji bertemu dengan kepala divisi konten untuk meninjau beberapa draf proposal program baru, namun pertemuan itu dijadwalkan di sebuah kafe dekat kantor, bukan di gedung Atmaja itu sendiri. Ia menghargai keleluasaan itu.Ia bangkit dari tempat tidur, mandi, lalu memilih pakaian santai namun rapi: kemeja linen berwarna krem dan celana panjang palazzo putih. Saat ia melangkah keluar kamar, aroma kopi sudah tercium samar dari dapur. Gerald sudah bangun.Ia menemukan Gerald di meja

  • Pernikahan Bisnis Dua CEO   Bab 23 Makan Malam

    Jam dinding di ruang kerja Atmaja Televisi menunjukkan pukul tujuh malam. Elena membereskan berkas-berkas terakhir di mejanya, merasakan campuran kelelahan dan kepuasan. Hari ini berjalan lancar. Rapat direksi sukses, negosiasi konten digital berjalan sesuai rencana, dan timnya menunjukkan performa yang solid. Ia telah membuktikan dirinya, sekali lagi, bahwa ia adalah CEO yang mampu membawa perusahaannya melangkah maju.Namun, di balik kepuasan profesional itu, ada rasa hampa yang perlahan menyelinap. Apartemen mewah Gerald menanti, tempat di mana ia adalah 'istri' di atas kertas, bukan seorang pemimpin yang dihormati. Ia memikirkan Leo, yang mungkin sedang mengirim pesan menanyakan kabarnya atau mengeluh tentang pekerjaannya. Ia tahu Leo akan menuntut perhatian dan validasi emosional, sesuatu yang seringkali menguras energinya lebih dari pekerjaan kantor. Kemudian, ada Gerald. Pria dingin yang pagi ini secara implisit menunjukkan perhatian melalui sarapan mewah itu, namun tetap kokoh

  • Pernikahan Bisnis Dua CEO   Bab 22 Mulai Kepikiran

    Gerald memasuki mobilnya, melemparkan tas kerjanya ke jok belakang. Pikirannya tidak sepenuhnya terpaku pada rapat penting dengan investor yang akan datang. Sebagian kecil otaknya masih mengulang percakapan sarapan tadi, dan wajah Elena yang lelah semalam.Ia melirik ke arah apartemen, gedung tinggi yang kini tampak sepi dari luar. Mengapa ia harus merasa begitu terganggu dengan keberadaan wanita itu? Kesepakatan mereka sudah jelas. Tidak ada intervensi dalam kehidupan pribadi. Itu adalah salah satu poin pertama yang ia tekankan. Namun, semalam, saat ia duduk di ruang televisi yang gelap, menunggu, pertanyaan itu terus menggerogoti. Siapa yang Elena temui? Mengapa ia pulang selarut itu dengan wajah yang tampak begitu lelah dan rumit?Pikirannya kembali ke sarapan tadi. Wajah Elena yang sedikit terkejut melihat hidangan berlimpah itu. Lalu tatapannya yang lelah ketika ia mengatakan 'pikiranku masih ramai'. Gerald tidak bertanya lebih jauh. Itu bukan bagian dari kesepakatan mereka. Tapi

  • Pernikahan Bisnis Dua CEO   Bab 21 Sarapan

    Pagi menyingsing perlahan, menyelinap masuk melalui celah gorden tebal, membangunkan Elena dari tidur yang tidak sepenuhnya nyenyak. Pertengkaran dengan Leo, kecemburuan dan tuntutan emosionalnya, disusul dengan ketegangan sunyi bersama Gerald, telah menguras energinya hingga ke tulang. Ada beban di dadanya, campuran antara kekesalan dan kelelahan mental. Tetapi, Elena harus tetap menjalani aktivitasnya seperti biasa. Ia tahu hari ini akan panjang, dengan segudang pekerjaan di Atmaja Televisi yang menantinya.Elena bangkit dari tempat tidur, meregangkan tubuh yang terasa kaku sebelum menyeret langkahnya menuju kamar mandi. Menikmati air hangat yang menyentuh kulitnya, seakan tiap tetesnya bisa membasuh lelah yang menempel di sekujur tubuhnya.Hanya butuh waktu dua puluh menit bagi Elena untuk menyelesaikan rutinitas mandinya. Setelah selesai, ia melilitkan handuk ke tubuhnya dan berjalan keluar kamar mandi. Udara pagi yang menyelinap dari celah jendela terasa lebih dingin dari biasany

  • Pernikahan Bisnis Dua CEO   Bab 20 Gengsi Menunggu

    Malam semakin larut saat Elena kembali ke apartemen mewah Gerald. Pikirannya masih dipenuhi perdebatan sengit dengan Leo. Ada rasa lelah yang menusuk, bukan hanya fisik, tetapi juga mental. Leo selalu berhasil menariknya ke dalam pusaran emosi yang melelahkan, di antara cinta yang dalam dan tuduhan-tuduhan pahit yang tak henti-hentinya. Ia menghela napas, berusaha menyingkirkan semua itu dari benaknya. Begitu pintu lift terbuka di lantainya, ia merasakan keheningan yang lebih pekat dari biasanya.Elena melangkah perlahan ke dalam apartemen, melepas sepatu hak tingginya di dekat pintu. Udara terasa dingin, dan lampu di ruang tamu hanya menyala remang-remang, menciptakan suasana yang suram. Ia mengernyit. Gerald biasanya sudah di kamar pada jam segini, atau setidaknya, ia tidak akan membiarkan lampu menyala redup jika sedang beraktivitas.Saat ia berbelok ke arah ruang televisi, matanya menangkap siluet seseorang duduk di sofa tunggal. Itu Gerald. Pria itu bersandar, dengan satu tangan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status