Home / Rumah Tangga / Pernikahan Bisnis Dua CEO / Bab 13 Bantuan Tak Terduga

Share

Bab 13 Bantuan Tak Terduga

Author: yourayas
last update Last Updated: 2025-07-04 22:13:23

Sinar matahari menyelinap masuk melalui celah gorden jendela kamar apartemen Clara, membuatnya terbangun dari tidurnya yang sangat nyenyak, melelahkan, sekaligus menyenangkan. Aroma lembut linen yang bercampur dengan wangi samar wine dan parfumnya sendiri membelai indranya. Clara menggeliat pelan, merentangkan tangannya ke samping, bermaksud menemukan keberadaan Gerald, tetapi yang ia temukan hanyalah kekosongan.

Ia membuka mata sepenuhnya, menatap ruang kosong di sampingnya yang sudah acak-acakan, bantal-bantal berantakan, selimut yang melilit, semua adalah saksi bisu permainan panas mereka semalam. Seulas senyum tipis, bercampur sedikit rasa hampa yang familiar, tersungging di bibirnya. Semalam adalah kenangan yang begitu nyata, begitu membara, membanjiri setiap sel tubuhnya dengan gairah dan kelembutan. Namun kini, di bawah cahaya pagi yang dingin, ia kembali sendiri.

Clara menghela napas panjang, membiarkan kehangatan semalam perlahan memudar, digantikan oleh realitas pagi yang su
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pernikahan Bisnis Dua CEO   Bab 137

    Bau logam dan lembap memenuhi udara. Ruangan itu sepi, hanya terdengar suara tetes air yang jatuh dari pipa tua di langit-langit. Lampu gantung di atas kepala berkedip pelan, seakan ikut berjuang untuk tetap hidup.Udara dingin menggigit kulit. Lantai semen yang basah memantulkan cahaya kekuningan yang redup, membentuk bayangan rapuh dari tubuh Elena yang duduk di kursi besi di tengah ruangan. Tangannya terikat erat di belakang punggung, pergelangannya memerah karena tali kasar yang terus menggesek kulitnya. Nafasnya berat, tersengal, sementara keringat dan darah yang mengering di pelipisnya menyatu dengan debu.Rambut panjangnya menjuntai berantakan, menutupi sebagian wajahnya yang kini tampak pucat di bawah cahaya lampu yang tak stabil. Ia tidak tahu sudah berapa lama berada di sana — jam, hari, atau mungkin minggu. Semua terasa kabur, bercampur menjadi satu kesatuan waktu yang tak berujung. Yang ia tahu hanya rasa nyeri yang datang dan pergi, nyeri yang merambat bukan hanya di t

  • Pernikahan Bisnis Dua CEO   Bab 136 Cari Elena

    Satu jam kemudian.Jakarta diguyur hujan deras. Lampu-lampu jalan berpendar buram di balik kaca mobil yang dipenuhi titik air.Gerald duduk di kursi belakang, ponsel di tangannya terus berdering. Lucas di depan sedang menelpon orang-orang kepercayaannya, menyebarkan perintah langsung dari Gerald Mahatma: Cari Elena. Gunakan semua sumber daya. Aku tidak peduli berapa biayanya.Gerald sendiri hanya diam, matanya menatap keluar jendela, tapi pikirannya berlari jauh. Tangannya menggenggam cincin pernikahan di jari manisnya. Ia menahan napas panjang, seolah mencoba bertahan dari kepanikan yang menelan seluruh tubuhnya.“Pak…” Lucas menoleh. “Saya sudah hubungi tim keamanan internal Maha Pictures, juga pihak keamanan apartemen. Semua disiagakan. Bahkan saya sudah kontak teman saya di kepolisian.”Gerald masih diam. Lalu, perlahan ia berkata, suaranya nyaris bergetar. “Kalau dia terluka, Lucas…” Ia berhenti sebentar, lalu menatap bawahannya dengan tatapan yang belum pernah terlihat sebelu

  • Pernikahan Bisnis Dua CEO   Bab 135 Kabar Elena Menghilang

    Langit Jakarta sore itu tampak mendung, awan kelabu menggantung berat di atas gedung-gedung tinggi. Hujan seperti menahan diri di udara, menunggu waktu untuk turun. Suasana di Atmaja Televisi pun sama suramnya — sibuk, tapi menegangkan tanpa alasan yang jelas.Elena baru saja menyelesaikan rapat dengan tim acara. Ia tampak sedikit lelah, namun tetap menjaga senyum. Beberapa kru menyapanya saat ia keluar dari ruang meeting lantai lima, dan Elena sempat melambaikan tangan dengan sopan.“El, mau gue bantu bawain dokumennya?” tanya Rani, sekretaris pribadinya.Elena menggeleng lembut. “Gak usah, Ran. Lo istirahat saja. Gue cuma mau turun ke lobby sebentar.”Rani mengangguk. “Oke, El.”Elena melangkah ke lift dengan tumpukan berkas di tangan. Pikirannya masih sibuk menimbang revisi rundown untuk acara mendatang. Ia bahkan tidak memperhatikan ketika seseorang mengenakan topi hitam dan masker wajah berdiri di dekat lift bersamanya — hanya sekadar mengira itu tamu kantor.Lift turun perlahan.

  • Pernikahan Bisnis Dua CEO   Bab 134 Proteksi Dari Jauh

    Udara di kota itu terasa hangat dan lembap, menyelimuti seluruh area hotel tempat Gerald menginap. Dari jendela kamar lantai dua belas, terlihat gemerlap lampu kota yang tak pernah benar-benar gelap. Tapi bagi Gerald, pemandangan itu tak memberi ketenangan apa pun.Ia duduk di tepi ranjang, menatap layar laptop yang penuh laporan produksi film. Di depannya, beberapa berkas terbuka, tapi matanya kosong — pikirannya tak sepenuhnya di sini.Sebuah pesan dari Elena muncul di layar ponsel.Elena: “Sudah selesai meeting-nya?”Elena: “Jangan lupa makan malam, ya.”Gerald tersenyum tipis, lalu mengetik cepat.Gerald: “Sudah. Aku mau makan habis ini. Kamu sudah makan, Sayang?”Tak lama, balasan muncul.Elena: “Sudah. Jangan khawatir.”Namun entah kenapa, Gerald tetap tidak bisa berhenti khawatir.Ia menatap layar ponsel itu lama, jari-jarinya mengetuk ringan meja.Biasanya, setiap kali Elena mengirim pesan, ada sedikit emoji atau tanda yang menunjukkan perasaannya — entah senyum, tanda hati, a

  • Pernikahan Bisnis Dua CEO   Bab 133 Dinas Luar Kota

    Udara sore di Jakarta perlahan berubah lembap. Hujan baru saja turun sebentar, meninggalkan aroma tanah basah yang lembut menembus jendela apartemen. Langit tampak pucat keabu-abuan, dan cahaya lampu kota mulai menyala satu per satu, menandakan datangnya malam yang tenang.Elena sedang di dapur, menyiapkan teh chamomile — minuman favorit Gerald setiap kali ia merasa tegang menjelang perjalanan jauh. Sementara dari arah ruang kerja, terdengar suara suaminya sedang berbicara dengan seseorang lewat telepon, suaranya berat dan tegas, khas Gerald ketika berbicara urusan bisnis.Tak lama kemudian, pintu ruang kerja terbuka. Gerald keluar, masih mengenakan kemeja biru tua yang bagian lengannya digulung sampai siku. Wajahnya tampak lelah, tapi tetap memancarkan ketenangan yang hanya ia miliki.Elena menoleh sekilas, tersenyum kecil. “Sudah selesai rapat virtualnya?”Gerald mengangguk sambil duduk di kursi makan. “Ya, baru saja. Tapi… ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu.”Nada suaranya

  • Pernikahan Bisnis Dua CEO   Bab 132 Rencana?

    Dua hari setelah pertemuan itu di Café Aurelia, Clara masih belum tenang.Setiap kali ponselnya bergetar, jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya.Ia tahu Leo akan menghubunginya lagi — dan entah kenapa, sebagian dari dirinya menunggu hal itu terjadi.Dan benar saja.Sore itu, saat ruang rapat Maha Pictures baru saja kosong dan Gerald kembali ke ruang kerjanya, notifikasi pesan masuk membuat Clara menghentikan langkahnya.LEO: “Sudah waktunya kau membuktikan dirimu berguna.”Clara menatap layar lama, jemarinya kaku.Ia menatap pintu ruang kerja Gerald yang tertutup rapat, lalu menjawab cepat.CLARA: “Apa maksudmu?”LEO: “Aku butuh sesuatu yang hanya bisa kau dapatkan — jadwal Gerald selama dua minggu ke depan.”Clara menelan ludah. Jadwal pribadi Gerald?Itu bukan hal yang sulit untuknya — Lucas, sekretaris pribadi Gerald, sering menyalin file jadwal untuknya jika ada urusan produksi atau promosi. Tapi sekarang, tujuannya berbeda.Tujuan ini… berbahaya.CLARA: “Untuk apa kau mem

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status