Share

Bab 8 Pesona Elena

Author: yourayas
last update Last Updated: 2025-06-29 11:30:03

Elena memasuki lobi kantor Atmaja Televisi dengan langkah anggun dan penuh percaya diri. Rambutnya tergerai rapi di atas blazer cokelat muda yang membalut tubuhnya, sementara sepatu hak hitam yang dikenakannya menimbulkan suara klik yang teratur di lantai marmer, menciptakan irama yang tegas namun elegan.

Meski pagi itu sedikit melelahkan, Elena tetap berjalan tegak, tidak menunjukkan satu pun celah kelemahan di wajahnya. Senyumnya tipis tapi tulus, ia sempat mengangguk sopan kepada beberapa karyawan yang menyapa dengan hormat.

Elena berjalan lurus menuju lift utama. Begitu pintu terbuka, ia melangkah masuk bersama beberapa karyawan lain. Lift terisi penuh, namun suasana mendadak lebih tenang ketika kehadirannya terasa di dalam ruangan sempit itu. Seorang staf laki-laki yang berdiri di dekat panel segera menoleh padanya.

“Lantai berapa, Bu?” tanyanya sopan.

“Lantai tiga,” jawab Elena singkat, suaranya lembut namun berwibawa.

Bukan lantai lima, tempat ruang kerjanya berada, melainkan l
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pernikahan Bisnis Dua CEO   Bab 39 Aset Berharga

    Gerald merasakan kemarahan yang membara di dalam dirinya. Pria ini terlalu lancang. Terlalu terbuka dalam kekagumannya pada Elena, tepat di depan suaminya. Ia ingin mencengkeram Jonathan dan memberinya pelajaran. Namun, ia adalah Gerald Aiden Mahatma. Ia harus tetap terkendali."Elena is indeed a very valuable asset.” (Elena memang aset yang sangat berharga) Gerald menimpali, suaranya datar, namun ada nada posesif yang jelas dalam kata 'aset'. Ia meletakkan tangannya di pinggang Elena, menarik Elena sedikit lebih dekat dengannya, sebuah isyarat kepemilikan yang halus namun tegas. “I'm very fortunate to have her, both in business and... in life." (Saya sangat beruntung memiliki dia, baik dalam bisnis maupun... dalam hidup.)Jonathan tersenyum tipis, seolah menyadari tantangan Gerald. "I'm sure you are, Mr. Mahatma. Elena is indeed a rare gem. One of a kind." (Saya yakin begitu, Tuan Mahatma. Elena memang permata langka. Tak ada duanya.)Matanya tetap memancarkan kekaguman yang tak ter

  • Pernikahan Bisnis Dua CEO   Bab 38 Kedatangan Jonathan Lim

    Tak lama kemudian, sebuah suara dengan aksen asing yang akrab terdengar dari belakang Elena. "Elena! Is that really you?" (Elena! Benarkah itu kamu?)Elena menoleh, dan matanya seketika memancarkan keterkejutan yang tulus, sebuah ekspresi yang jauh dari topeng profesionalnya. Senyum lebar dan hangat merekah di wajahnya, senyum yang tak pernah terlihat Gerald sejak mereka menikah. Jonathan Lim berdiri di sana, dengan setelan jas abu-abu gelap, rambutnya tertata rapi, dan senyum menawan yang selalu ia miliki. Aura percaya diri dan karisma memancar darinya."Jonathan! Oh my goodness! Thank you for coming." (Jonathan! Ya ampun! Terima kasih sudah datang.) seru Elena, tanpa sadar melangkah maju, tangannya refleks menjabat tangan Jonathan dengan erat, bahkan sedikit memegang lengannya. Kehadiran Jonathan bagai embusan angin segar yang membawa kenangan akan masa lalu yang lebih bebas dan tulus.Jonathan tertawa, tawa renyah yang khas. "I'm here for you, of course! And for Starwave. This part

  • Pernikahan Bisnis Dua CEO   Bab 37 Elena Bertemu Clara

    Perjalanan dari apartemen mewah mereka menuju The Grand Ballroom di jantung kota Jakarta sebenarnya hanya memakan waktu dua puluh menit. Namun, bagi Elena dan Gerald, waktu itu terasa seperti sebuah perjalanan panjang dalam keheningan yang sarat ketegangan. Di dalam limusin hitam mengilap yang meluncur mulus di jalan protokol, mereka duduk terpisah, dipisahkan bukan oleh ruang, tapi oleh banyak hal yang belum pernah benar-benar mereka bicarakan.Gerald duduk bersandar, tangannya menggenggam lutut, mata menatap keluar jendela. Tuksedo hitam yang dikenakannya terlihat sempurna, bahkan dasi kupu-kupu di lehernya pun terikat rapi—hasil kerja tangan Elena, beberapa menit sebelum mereka turun dari apartemen. Sebuah momen intim, cepat, namun penuh dengan ketegangan emosional yang mendesak naik ke permukaan. Elena menolak menatapnya setelah itu, dan Gerald... hanya bisa diam.Di seberangnya, Elena duduk dengan tubuh tegak, bahunya ditarik ke belakang. Gaun zamrud yang membalut tubuhnya dengan

  • Pernikahan Bisnis Dua CEO   Bab 36 Kamu Terlihat Cantik

    Hari yang ditunggu-tunggu tiba. Hari pengumuman akuisisi Atmaja Televisi oleh Mahatma Entertainment. Sejak pagi, apartemen Gerald terasa dipenuhi aura ketegangan yang elektrik. Elena menghabiskan sebagian besar waktu di kamarnya, melakukan panggilan terakhir, memeriksa presentasi, dan mencoba menenangkan diri dari gejolak batin yang tak henti-hentinya. Gaun deep emerald green yang Gerald pilihkan tergantung rapi di lemari, menanti untuk dikenakan.Elena sedang memoles sentuhan terakhir pada riasannya. Matanya tampak lebih dalam dan misterius dengan sentuhan smokey eye tipis, bibirnya dipulas warna nude lembut. Rambutnya sudah ditata rapi dalam sanggul tinggi, menunjukkan leher jenjangnya yang anggun. Ia menatap pantulan dirinya di cermin, sebuah sosok yang asing namun familiar. Ini adalah Elena versi publik, versi sempurna yang dibutuhkan Gerald.Ia mengambil gaun zamrud itu dari gantungan. Kain satin dingin meluncur mulus di kulitnya saat ia mengenakannya. Seketika, ia merasa gaun it

  • Pernikahan Bisnis Dua CEO   Bab 35 Menunggu

    Malam itu, apartemen mewah di puncak gedung pencakar langit itu terasa sepi, namun tidak lagi kosong. Gerald memarkir mobilnya di basement, lalu naik lift dengan langkah-langkah yang, entah mengapa, terasa lebih berat dari biasanya. Ia seharusnya bisa langsung menuju kamarnya, bersantai, membaca laporan, dan mempersiapkan mental untuk hari besar esok.Namun, malam ini berbeda. Pikiran Gerald terus-menerus kembali pada Elena. Pada gaun zamrud itu, bagaimana gaun itu meluncur anggun di tubuh Elena, bagaimana warna itu menghidupkan matanya, dan bagaimana ia sendiri—Gerald Aiden Mahatma—merasa terpukau. Ia membenci perasaan tidak terkendali ini. Ia membenci fakta bahwa Elena, yang seharusnya hanya menjadi bagian dari kontrak bisnisnya, kini begitu kuat menguasai benaknya.Ia masuk ke apartemen. Lampu di ruang tamu utama masih mati. Keheningan menyambutnya. Gerald bisa saja langsung ke kamarnya. Tapi langkah kakinya justru membawanya ke ruang tamu. Ia menyalakan lampu, menerangi ruangan den

  • Pernikahan Bisnis Dua CEO   Bab 34 Ajakan Makan Siang

    Ketika Elena kembali ke area showroom, Gerald sudah berdiri di meja kasir, kartu kreditnya berada di tangan. Ia tidak bertanya harga. Ia tidak ragu. Ia hanya membeli."Sudah?" Gerald bertanya begitu Elena mendekat, nadanya kembali datar. Ia sudah berdiri di meja kasir, kartu kreditnya baru saja ditarik dari mesin, seolah ia tak sabar untuk meninggalkan tempat itu. "Kita bisa pergi."Gerald tidak menunggu jawaban Elena. Ia hanya berbalik dan berjalan menuju pintu butik. Elena, masih sedikit limbung oleh intensitas momen yang baru saja berlalu, mengikuti di belakangnya. Gerald membuka pintu penumpang untuk Elena, sebuah isyarat yang tidak biasa dari pria itu. Gerald menutup pintu dengan suara pelan, lalu berputar dan masuk ke kursi pengemudi. Mesin mobil menyala, meraung pelan, sebelum melaju mulus membelah jalanan Jakarta yang mulai ramai.Mobil bergerak perlahan di tengah kemacetan kota. Gerald menatap jalanan dengan serius, namun, matanya sesekali mencuri pandang ke arah Elena, yang m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status