“Nad?” Sarah mengguncang tubuh Nadira yang tengah tertidur. “Nadira?!”
“Hmm ... apaan sih, Sar?”
“Heh! Lihat itu! Reiner sedang konferensi pers. Kamu tidak penasaran memangnya?”
Mendengar nama Reiner, Nadira sontak terlonjak kaget kemudian duduk di samping Sarah. “Sejak kapan?”
“Baru.”
Nadira meraih remote TV dan meninggikan volume-nya agar bisa mendengar suara Reiner dengan jelas.
“Apa istri Reiner benar-benar wanita penghibur, Nad?”
Nadira mengedikkan bahu. “Reiner pernah bilang kalau perempuan itu memang bekerja di tempat karaoke. Tapi aku malas membahasnya.”
“Cemburu nih?” goda Sarah.
“Yeah ... kamu tahu hubunganku dengan Reiner dulu seperti apa. Wajar aku cemburu, ‘kan?”
Sarah hanya menanggapi dengan kekehan kecil. Tapi jauh di dalam hati, Sarah tidak setuju dengan cemburunya Nadira. B
Kedua tangan Reiner memegangi bahu Jasmine sembari menatap matanya lekat. “Sekarang kita sudah tahu siapa orangnya, Jasmine. Aku janji, tidak akan melepaskan dia. Akan kubuat orang ini menyesal karena telah mengganggu kamu.”Jasmine mengangguk samar. Sudah seharusnya dia percaya danmenyerahkannya pada Reiner. “Tapi kamu harus hati-hati, Jangan sampai membahayakan diri kamu sendiri.”Reiner tersenyum. Dia menangkup kedua pipi Jasmine lalu memagut bibirnya dengan lembut. Meski singkat, tapi berhasil membuat Jasmine terdistraksi.“Kamu jangan mengkhawatirkanku, aku bisa menjaga diri, Jasmine. Kamu pikirkan saja anak-anak kita, ya?” ujar Reiner setelah tautan bibir mereka terlepas.Lagi-lagi Jasmine mengangguk. “Mau kusiapkan air hangat?”“Tunggu dulu sebentar, ada y
Reiner lantas menghentikan langkahnya. “Sudah kubilang, aku bisa melakukan apapun untuk mendapatkan keinginanku.” Lalu kembali berjalan. Tetapi lagi-lagi langkahnya terhenti oleh seruan John di belakangnya.“Baiklah. Aku akan memberi tahu siapa yang sudah menyuruhku,” ujar John pada akhirnya.“Syaratnya berikan aku uang tiga kali lipat dari yang diberikan orang itu padaku. Maka aku akan menyerahkan semua bukti. Ada rekaman CCTV, dan percakapanku dengan dia di telepon maupun pesan singkat.”“Deal!”**“Ternyata, dugaanku salah?” Reiner menahan tawa, menertawakan diri sendiri yang telah salah menduga. “Kukira Alvin, ternyata ada di luar dugaanku.”“Apa kita akan ke sana sekarang dan memberi dia pelajaran?” Mike melirik Reine
“Uncle ...!” seru kedua anak itu yang membuat Reiner terkejut.Sial. Kalau sudah bertemu dua anak ini, Reiner yakin dia akan kehilangan momen berdua dengan Jasmine di dalam kamar sekarang.“Kamu bisa terbebas sekarang, Jasmine, tapi tidak dengan nanti,” bisik Reiner di dekat telinga Jasmine, sebelum akhirnya dia menyambut kedatangan dua keponakannya.“Haloo ... kesayangannya Uncle.” Reiner menggendong Ernest, anak kedua Feli yang berusia lima tahun.Lalu mengecup kedua pipi Kimberly, si sulung yang sudah kelas dua SD sekarang. “Datang ke sini kenapa tidak bilang-bilang sama Uncle, hm?”“Surprise ...!” seru kedua anak itu bersamaan.“Huh? Aunty Jasmine! Uncle, turunkan aku!” Ernest menggerakkan tubuhnya meminta turun, yang langsung dit
Jemari Jasmine memegangi ujung kemeja yang dikenakan Reiner, membuat pria itu tertegun melihatnya. Baru kali ini Jasmine menunjukkan kelemahannya dan ketakutannya di depan Reiner seperti ini.“Aku sudah dengar semuanya dari Mama.” Reiner memeluk Jasmine. “Kamu jangan takut ya. Ada aku yang akan melindungi kamu. Peneror itu cuma ingin membuat kamu takut, Jasmine. Mereka akan senang kalau kamu takut begini.”Jasmine mengangguk. Mendengarkan detak jantung Reiner yang berirama konstan, membuat Jasmine merasa nyaman dan tenang.Ya, seharusnya Jasmine tidak perlu takut. Ada Reiner di sampingnya. Perkara hidup atau mati, semua sudah digariskan.“Reiner, gimana tadi konferensi persnya? Lancar-lancar saja, ‘kan?” Jasmine mendongak menatap pria itu penuh tanya.Reiner mendecakkan lida
“Nad?” Sarah mengguncang tubuh Nadira yang tengah tertidur. “Nadira?!”“Hmm ... apaan sih, Sar?”“Heh! Lihat itu! Reiner sedang konferensi pers. Kamu tidak penasaran memangnya?”Mendengar nama Reiner, Nadira sontak terlonjak kaget kemudian duduk di samping Sarah. “Sejak kapan?”“Baru.”Nadira meraih remote TV dan meninggikan volume-nya agar bisa mendengar suara Reiner dengan jelas.“Apa istri Reiner benar-benar wanita penghibur, Nad?”Nadira mengedikkan bahu. “Reiner pernah bilang kalau perempuan itu memang bekerja di tempat karaoke. Tapi aku malas membahasnya.”“Cemburu nih?” goda Sarah.“Yeah ... kamu tahu hubunganku dengan Reiner dulu seperti apa. Wajar aku cemburu, ‘kan?”Sarah hanya menanggapi dengan kekehan kecil. Tapi jauh di dalam hati, Sarah tidak setuju dengan cemburunya Nadira. B
Jemari Jasmine memegangi ujung kemeja yang dikenakan Reiner, membuat pria itu tertegun melihatnya. Baru kali ini Jasmine menunjukkan kelemahannya dan ketakutannya di depan Reiner seperti ini.“Aku sudah dengar semuanya dari Mama.” Reiner memeluk Jasmine. “Kamu jangan takut ya. Ada aku yang akan melindungi kamu. Peneror itu cuma ingin membuat kamu takut, Jasmine. Mereka akan senang kalau kamu takut begini.”Jasmine mengangguk. Mendengarkan detak jantung Reiner yang berirama konstan, membuat Jasmine merasa nyaman dan tenang.Ya, seharusnya Jasmine tidak perlu takut. Ada Reiner di sampingnya. Perkara hidup atau mati, semua sudah digariskan.“Reiner, gimana tadi konferensi persnya? Lancar-lancar saja, ‘kan?” Jasmine mendongak menatap pria itu penuh tanya.Reiner mendecakkan lida