Share

Lanjutkan di Kamar Saja

last update Last Updated: 2025-08-06 13:00:37

Jemari Jasmine memegangi ujung kemeja yang dikenakan Reiner, membuat pria itu tertegun melihatnya. Baru kali ini Jasmine menunjukkan kelemahannya dan ketakutannya di depan Reiner seperti ini.

“Aku sudah dengar semuanya dari Mama.” Reiner memeluk Jasmine. “Kamu jangan takut ya. Ada aku yang akan melindungi kamu. Peneror itu cuma ingin membuat kamu takut, Jasmine. Mereka akan senang kalau kamu takut begini.”

Jasmine mengangguk. Mendengarkan detak jantung Reiner yang berirama konstan, membuat Jasmine merasa nyaman dan tenang.

Ya, seharusnya Jasmine tidak perlu takut. Ada Reiner di sampingnya. Perkara hidup atau mati, semua sudah digariskan.

“Reiner, gimana tadi konferensi persnya? Lancar-lancar saja, ‘kan?” Jasmine mendongak menatap pria itu penuh tanya.

Reiner mendecakkan lida

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pernikahan Dadakan dengan Bos Arogan   Membawa Bahagia untuk Reiner

    “Gimana keadaanmu sekarang, Jasmine” tanya Evano.“Sudah baikan. Aku boleh pulang siang ini.”“Syukurlah. Aku sempat khawatir kemarin saat dengar kamu harus dilarikan ke rumah sakit.”Jasmine tersenyum tipis. “Terima kasih sudah menjengukku, Van.”Kemudian meletakkan bunga pemberian Evano di atas rak, bahkan di sana sudah ada beberapa ikat bunga pemberian ibu mertua, Feli dan Kanaya yang datang silih berganti tadi pagi.“Di mana attitude-mu, Van? Memberi bunga pada istri orang lain di depan suaminya sendiri?” berang Reiner tidak suka.“Reiner ... Evano cuma mau menjengukku saja. Kamu jangan verlebihan begitu ah.” Jasmine berusaha menenangkan Reiner. Dia tahu suminya itu pasti akan meradang setelah melihat dia menerima bunga dari Evano

  • Pernikahan Dadakan dengan Bos Arogan   Semuanya!

    Reiner mengernyitkan dahi ketika samar-samar dia mendengar ponselnya bergetar cukup lama. Tanpa membuka mata, Reiner menjulurkan tangannya untuk meraih ponsel dari rak di samping ranjang.“Ada apa? Kalau tidak ada hal penting yang ingin kamu bicarakan, gajimu akan kupotong. Pagi-pagi kamu sudah menggangguku,” desis Xavir setengah berbisik begitu mengangkat panggilan telepon dari Bayu.Reiner kesal. Untuk apa pagi-pagi begini menelepon? Bayu hampir saja membuat Jasmine terbangun dari tidur lelapnya.“I-iya maafkan saya, Pak. Saya Cuma mau kasih tahu terkait kejadian di restoran itu,” ujar Bayu takut-takut dari seberang.Mata Reiner sontak terbuka nyalang. “Katakan padaku, apa yang kamu temukan?”“Kejadiannya ternyata memang disengaja, Pak. Saya sudah datang menemui pengelola restoran dan meminta rekaman CCTV. Ternyata ada seorang pelayan yang sengaja mengunci pintu toilet, dan membuat lampu di toilet seolah-

  • Pernikahan Dadakan dengan Bos Arogan   Tidak akan Meninggalkanmu

    “Sebenarnya Jasmine kenapa, Kak? Apa dia punya trauma dengan ruangan sempit atau ....”“Dia phobia gelap, Nay.”Leica dan Kanaya sontak terkejut mendengar fakta yang baru kali ini mereka ketahui.“Jasmine tidak boleh terlalu lama ada di ruangan gelap, atau akibatnya akan seperti ini.” Telapak tangan Reiner mengelus-elus puncak kepala Jasmine dalam posisi berdirinya di samping Leica.“Maafkan Mama. Seharusnya Mama menemani Jasmine tadi kalau tahu akan begini.” Leica menatap Jasmine dengan tatapan nanar.“Bukan salah Mama,” ralat Reiner, “Mama tidak perlu menyalahkan diri sendiri, kalau Jasmine tahu, dia pasti tidak akan suka.”Ya, satu hal yang paling menonjol dalam diri Jasmine adalah perasaannya yang lembut dan kebaikan hatinya. Reiner menyesal karena dulu telah menyia-nyiakan wanita sebaik Jasmine.“Toiletnya terkunci dan lampunya mati?” tanya Reiner

  • Pernikahan Dadakan dengan Bos Arogan   Maaf, Datang Terlambat

    Reiner mengusap wajahnya dengan kasar. Dia benci situasi seperti ini, sungguh. Di satu sisi, perasaannya pada Jasmine telah berkembang.Dan Jasmine adalah istrinya, ibu dari anak-anaknya. Tapi di sisi lain, Reiner merasa bersalah pada Nadira.“Kamu lihat itu, Reiner?!”Reiner mengikuti arah telunjuk Nadira ke salah satu sudut ruangan. Di sana menumpuk barang-barang milik Nadira pemberian dari Reiner.Tas, parfum, pakaian, sepatu bahkan beberapa foto dalam bingkai kecil hingga besar. Semua itu adalah Reiner yang memberikannya sewaktu mereka sering mengunjungi negara lain bersama-sama.“Miniatur drum itu ... kamu ingat janji yang kamu ucapkan sebelum kamu benar-benar pergi meninggalkan panti asuhan dulu?” Nadira mengelap air matanya dengan punggung tangan. “Kamu janji akan selalu melindungiku! Tapi sekarang apa buktinya?”Reiner menatap Nadira dengan sorot mata lelahnya. Semua yang Nadira katakan adalah bena

  • Pernikahan Dadakan dengan Bos Arogan   Hanya Mempermainkanku?

    Jasmine menggedor pintunya sembari berteriak meminta tolong. Namun, detik demi detik berlalu, tubuhnya seketika melemas, tarikan napasnya semakin lama semakin pendek.Bayangan itu kembali muncul berkelebat di depan mata Jasmine, membuat dadanya kian sesak. Tangannya yang menggedor pintu perlahan melemah.Hingga yang bisa Jasmine lakukan saat ini hanya memanggil nama Reiner dalam suara lirihnya.Sekali lagi Leica mengecek arlojinya. Sudah lima belas menit berlalu sejak kepergian Jasmine ke toilet. Tetapi sampai saat ini menantunya itu tak kunjung kembali.“Apa dia baik-baik saja?” gumam Leica yang mulai merasa khawatirLeica tidak bisa menghubungi Jasmine. Sebab sejak peristiwa teror itu Jasmine belum berani memegang ponsel sampai sekarang.Diam pun Leica merasa tidak enak hati. Dia akhirnya memutuskan untuk bangkit, lalu menyusul Jasmine ke toilet.Begitu Leica tiba di depan toilet yang lumayan agak jauh dari tempatnya dud

  • Pernikahan Dadakan dengan Bos Arogan   Terkunci di Toilet

    Kedua tangan Reiner memegangi bahu Jasmine sembari menatap matanya lekat. “Sekarang kita sudah tahu siapa orangnya, Jasmine. Aku janji, tidak akan melepaskan dia. Akan kubuat orang ini menyesal karena telah mengganggu kamu.”Jasmine mengangguk samar. Sudah seharusnya dia percaya danmenyerahkannya pada Reiner. “Tapi kamu harus hati-hati, Jangan sampai membahayakan diri kamu sendiri.”Reiner tersenyum. Dia menangkup kedua pipi Jasmine lalu memagut bibirnya dengan lembut. Meski singkat, tapi berhasil membuat Jasmine terdistraksi.“Kamu jangan mengkhawatirkanku, aku bisa menjaga diri, Jasmine. Kamu pikirkan saja anak-anak kita, ya?” ujar Reiner setelah tautan bibir mereka terlepas.Lagi-lagi Jasmine mengangguk. “Mau kusiapkan air hangat?”“Tunggu dulu sebentar, ada y

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status