Jasmine menggeleng. "Sekarang tidak terlalu, Reiner."Ya, Jasmine tidak perlu merasa takut berlebihan. Ada Reiner di sampingnya yang selalu berhasil menenangkannya.Seberat apa pun kisah Jasmine di masa lalu, Jasmine yakin dia akan mampu menghadapi kenangan buruk itu bersama Reiner.Selama ini Jasmine selalu menghindari kenangan itu. Tapi sekarang perlahan demi perlahan Jasmine akan mulai membuka diri dan menerima kenangan itu sebagai bagian dari masa lalunya.Jasmine tidak menolak saat Reiner melingkarkan sebelah tangannya di pinggang. Mata Jasmine memperhatikan Reiner yang tengah membuka penutup botol air mineral dengan tangan yang lain, lalu meneguknya.Jasmine tidak bisa mengalihkan perhatiannya dari jakun Reiner yang bergerak naik turun seiringan dengan masuknya air ke tenggorokannya.Deg!Jantung Jasmine mendadak berdebar-debar saat ekor mata Reiner bergerak, menangkap basah Jasmine yang tengah memperhatikannya.Seulas se
Tapi saat ini Reiner terpaksa melakukannya. Yaitu menekan-nekan kombinasi angka tempat tanggal lahir Luna pada digital smart lock yang menempel di pintu. Reiner masuk ke dalam unit Luna saat kuncinya terbuka. Tapi sayang sekali Luna tidak ada di dalam. Sialan."Mas, cari Nadira, ya?" tanya seorang pria penghuni unit sebelah yang sudah kenal dengan Reiner karena seringnya Reiner datang ke tempat ini."Iya. Kamu tahu di mana dia?""Tadi pagi sih sempat lihat dia keluar bawa koper. Sepertinya mau pergi ke Jepang lagi."Arrghh! Sial. Reiner memaki dalam hati. Sepertinya Luna tahu kalau Reiner akan datang. Dan Reiner tidak mungkin pergi ke Jepang cuma buat memberi peringatan wanita itu. Buang-buang waktu."Ya sudah, Di. Terima kasih ya."**Keesokan harinya Jasmine datang ke perusahaan Reiner untuk pertama kali setelah mereka menikah. Dulu Jasmine pernah ke sini saat akan meminta pertanggung jawaban Reiner.Tadi pagi Reiner berangka
Begitulah judul yang tertera dalam artikel tersebut. Perasaan Jasmine berkecamuk, tangannya mendadak bergetar saat membaca nama korban ternyata ayah dan ibu tirinya. Dan anak kecil yang diselamatkan oleh mereka adalah Jasmine."Ayah?" gumam Jasmine dengan bibir bergetar.Air mata Jasmine tanpa bisa dicegah akhirnya terjatuh. Bayangan masa lalu yang telah susah payah Jasmine lupakan kini terlihat lagi dengan jelas. Meski samar-samar, tapi Jasmine ingat bahwa memang dialah penyebab kematian mereka saat itu.Jasmine lantas membuka lipatan kertas yang lain dan berisi catatan tangan seseorang yang ditulis oleh tinta warna merah.'Pembunuh! Baca berita ini baik-baik supaya kamu sadar siapa dirimu sebenarnya. Dasar pembunuh?’Sontak, Jasmine berteriak histeris sambil menjatuhkan benda di tangannya ke atas lantai. Dia
Jasmine berteriak, kemudian terbangun dari tidurnya dengan napas terengah-engah dan peluh bercucuran di dahi juga pelipis. Wajahnya nampak pucat pasi karena mimpi buruk yang baru saja dialaminya."Tidak ... aku bukan pembunuh ... aku tidak membunuh," gumam Jasmine sambil menarik-narik rambutnya agar bayangan mimpi buruk itu menghilang dari kepalanya. Mimpi itu terlalu nyata."Jasmine kamu kenapa?" tanya Reiner panik. Teriakan Jasmine beberapa detik yang lalu telah membuat Reiner bangun seketika. "Ada yang sakit dengan perutmu?"Reiner mengecek seluruh tubuh Jasmine untuk memastikan tidak ada sedikit pun yang terluka. Tapi melihat wajah Jasmine yang pucat pasi dan berkeringat, membuat Reiner yakin istrinya ini baru saja bermimpi buruk."Reiner ... aku ... aku takut," ucap Jasmine dengan bibir gemetar.Dengan spontan Reiner meraih tubuh Jasmine dan mendekapnya sambil mengelus-elus punggungnya untuk menenangkannya."Tidak perlu takut, Jasmine i
"Kan ada kamu yang menemaniku, Reiner. Aku percaya kamu akan melindungiku."Reiner menarik napas panjang. Memang benar, Reiner akan selalu melindungi Jasmine apa pun yang terjadi. Pada akhirnya Reiner mengangguk mengiakan kemauan istri hamilnya ini."Mobil siapa itu?" Jasmine mengerutkan kening saat kendaraan yang dilajukan Reiner berhenti di depan rumah. Terlihat ada mobil Audi terparkir di sampingnya."Oh. Itu mobil Archer. Kamu tahu 'kan siapa dia?" Reiner menarik rem tangan sebelum melepas seatbelt.Jasmine mengangguk. Tentu saja Jasmine tahu. Pria yang tampannya sebelas dua belas dengan Reiner itu adalah suaminya Feli. Katanya sih, orangnya sangat sibuk. Sampai-sampai jarang bertemu selain di acara keluarga besar."Dia sudah berani ke sini rupanya." Reiner tersenyum miring."Hm? Kok gitu, Reiner. Memangnya dia tidak pernah ke sini sebelumnya?" Jasmine menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi saat Reiner melepas seatbelt dari tubuhnya. Mata Jasmine seketika terpejam saat Reiner ti
Jasmine mengangguk mengiakan. Kemudian duduk berhadapan dengan Luna setelah melihat kepergian Reiner.Jasmine lebih dulu memesan minuman. Baru setelah itu Jasmine memandangi Luna dengan tatapan datar.Mengamati wajah Luna yang benar-benar jauh berbeda dari Luna kecil yang dulu dikenalnya. Keduanya tidak ada yang bersuara selama beberapa saat."Ada yang ingin kamu katakan padaku?" Jasmine memulai percakapan mereka."Tidak ada yang perlu aku katakan," jawab Luna sambil tersenyum sinis."Benarkah?" Jasmine menahan tawa mirisnya. Dia sama sekali tidak mengharapkan permintaan maaf dari wanita di hadapannya ini. "Kalau begitu biar aku yang bertanya beberapa hal."Luna mengedikkan bahunya sembari memalingkan pandangan ke arah lain."Mengapa kamu melakukan hal itu padaku?" Jasmine tetap mempertahankan ketenangannya."Hal apa?""Mengurungku di rumah kosong. Lalu berbohong pada Reiner bahwa aku tidak mau bertemu dengannya saat itu." Jasmine mengepalkan kedua tangannya yang tersimpan di atas pah