ログイン“Ma, aku ini anak kandung Mama!” “Kalau kamu bukan anak kandung, Mama juga malas urusin kamu. Telepon saja juga nggak bakal. Ya sudah, yang penting kamu nggak apa-apa. Kamu baik-baik ya sama Katarina. Dia anak yang baik. Mama suka sama dia. Semoga di tahun ini atau tahun depan kamu sudah melepas status single kamu. Kalau kamu sudah resmi pacaran, tinggal adik kamu yang cari pacar. Kalian bertiga kalau sudah punya pasangan masing-masing, Mama tinggal tunggu cucu saja.” “Mama ada tabungan untuk kalian, tapi kayaknya kalian nggak butuh juga. Kalian bisa cari uang sendiri untuk menikah, nggak perlu pakai uang Mama. jadi uangnya simpan untuk cucu saja. Entahlah Mama bisa ada kesempatan untuk gendong cucu atau nggak. Ah … setiap kali lihat Audrey yang lucu, Mama mengerti kenapa Nenek selalu mau ketemu Audrey dan bawa dia pulang. Audrey lucu banget, cantik pula, sudah begitu anaknya juga nurut. Dia nggak rewel, dan pintar kalau diajak ngomong,” sambung Fenny. “... Ma, Mama juga ikut ke san
Katarina sempat khawatir gejala ini masih akan terus berlangsung selama beberapa hari ke depan. “Oke,” sahut Samuel dengan suara lirih. Katarina lantas menyuruh Samuel untuk menghabiskan bubur yang sudah dia bawakan. Bubur itu tidak dipadukan dengan lauk apa-apa, tetapi sudah ditaburi sedikit garam sehingga ada rasa gurih. Samuel yang sudah kelaparan langsung menghabiskan bubur itu secepat yang dia bisa. “Mau lagi? Di kotak bekalku masih ada satu.” Samuel menggelengkan kepala. Sekarang sudah malam. Dia tidak ingin makan terlalu banyak karena takut gemuk dan malah akan merusak tubuhnya yang kekar. Dia masih belum berhasil mendapatkan calon istrinya. Samuel harus menjaga badan agar dia tetap terlihat memesona. Setelah infus selesai dan obat dosis terakhir juga sudah dimakan, Katarina baru bisa meninggalkan rumah sakit pukul sepuluh lewat malam hari. Karena sudah tidur dua kali di siang dan sore hari, sekarang Samuel sudah tidak bisa tidur lagi. Katarina tidak mengizinkan Samuel turu
Beberapa menit kemudian, Katarina mengangkat termometer dari tubuh Samuel dan mengangkatnya tinggi untuk melihat angka yang tertulis di alat itu. “38 derajat, masih belum turun sepenuhnya, tapi sudah dari 39.8 derajat pas baru masuk rumah sakit. Tadi jam berapa kamu makan obat? Sekarang sudah waktunya makan obat lagi, ‘kan?” Samuel menggelengkan kepala menunjukkan dia tidak ingat jam berapa tadi dia makan obat. Katarina berusaha untuk mengingat-ingat. Dia berkata, “Kayaknya sudah waktunya. Ayo makan obat dulu, habis itu tidur lagi. Nanti aku suruh anak buahku untuk bawakan makan malam. Kondisi kamu sekarang ini cuma bisa makan yang ringan-ringan. . Makan bubur saja, ya.” Mengingat Samuel sedang radang tenggorokan dan sulit untuk makan, Katarina menelepon orang rumahnya dan meminta asisten rumah tangga membawakan semangkuk bubur hangat untuk Samuel. Tidak ada yang bisa Samuel lakukan selain menganggukkan kepalanya. Sesudah Katarina memberikan tugas untuk asisten rumah tangganya, di
Sosok kakak yang lembut dan penuh perhatian di dalam ingatan Katarina apakah benar seperti itu? Katarina tidak percaya kalau Joshua yang dia kenal akan seperti itu. Ada kemungkinan keluarganya yang terlalu realistis. Melihat keluarga Bella mulai terpuruk, mereka jadi merasa Bella sudah tidak pantas lagi untuk Joshua dan tidak merestui mereka. Tidak. Bella bilang sejak dulu Joshua yang tidak pernah mengungkapkan perasaannya. Tidak mengatakan apa-apa, berarti selama ini Bella yang hanya mencintai Joshua diam-diam. Bella selalu menunggu Joshua mengungkapkan perasaannya, tetapi hal itu tidak pernah datang. Ah … kacau sekali. Katarina tidak mengerti apa yang terjadi antara mereka berdua. Saat ini Katarina hanya bisa menunggu Joshua datang, dan mencari kesempatan untuk bertanya padanya. “Katarina ….” Terdengar suara serak Samuel yang datang dari dalam kamar. Suaranya pelan sekali karena dia masih belum bisa berbicara dengan suara keras. Namun setidaknya, terlihat ada sedikit khasiat sete
Katarina tidak tahu Samuel sudah terbangun. Dia masih berbicara dengan Bella melalui telepon di luar. Bella juga merasa jauh lebih lega mengetahui pria yang disukai oleh Katarina adalah anak dari keluarga yang sangat terpandang. “Kak Bella kapan pulang? Kita sudah lama banget nggak ketemu,” tanya Katarina. “Kak Joshua saja sebentar lagi datang. Kak Bella benar-benar nggak ada rencana untuk pulang? Kak Bella jangan salah paham, ya. Aku dan Kak Joshua nggak ada hubungan apa-apa. Kak Bella jangan berpikir yang aneh-aneh. Justru cewek yang Kak Joshua suka itu Kak Bella. Seharusnya Kak Bella juga sadar. Kalian berdua yang seharusnya jodoh satu sama lain.” Meski Katarina sudah kenal dengan Joshua dan Bella sejak mereka masih kecil, waktu mereka bermain bersama sebenarnya tidak banyak. Sejak dulu Katarina selalu ikut dengan gurunya dan hanya pulang ke rumah orang tua di saat libur musim dingin. Begitu liburan berakhir, Katarina harus segera kembali ke tempat gurunya. Bahkan, studi Katarina
Ada begitu banyak adik-adik yang Clarissa punya, tetapi kenapa harus selalu dia yang diincar. “... ya sudahlah. Anggap saja Mama nggak pernah bahas tentang ini. Urusan anak muda biar kalian sendiri saja yang tentukan, Mama nggak berhak ikut campur terlalu dalam. Tapi ingat, hari Sabtu nanti harus jemput Joshua di bandara, ya. Mama sudah bilang ke Joshua, dia tahu kamu mau jemput. Jangan lupa beli bunga. Kalian berdua sudah lama nggak ketemu, bawa bunga itu wajib,” ujar Pauline mengingatkan.” “Ma, aku setuju untuk jemput dia di bandara, tapi aku ogah kasih dia bunga. Memangnya kalau sudah lama nggak ketemu wajib kasih bunga?” Katarina menolak. “Ma, sudah, ya. Aku tutup dulu.” Katarina langsung menyudahi percakapan mereka tanpa memberi waktu bagi ibunya untuk membalas. Setelah itu, Katarina berpikir sejenak dan mengirim pesan kepada Joshua, bertanya jam berapa dia mendarat di bandara. Setelah beberapa saat, Joshua menjawab dia akan tiba kurang lebih pukul sebelas siang. Katarina menja







